1. Waktu senja

33 3 0
                                    

Di lapangan menatap senja, ditambah lagi dengan secangkir kopi hitam sambil dengerin lagu folk ampuh banget buat lepasin beban hidup. Gitu katanya.

[Kenalin namanya Deva Radhian. Panggilannya Deva. Si anak senja, Sering dipanggil gitu juga. Mantan Fakboi. Kelas 11. Ngincer adkel dari pertama dia masuk]

"Hai kak!" Sapa perempuan yang gak jauh dari tempat si anak senja ini duduk.

"Eh Thea. Sini" ajak Deva ke perempuan bernama Thea itu untuk duduk disebelah nya.

[Namanya Thea Alessandra. Panggil aja Thea. Anak kelas 10. Punya julukan 'bidadari titisan dewa' karena bisa bikin si fakboi itu tobat. Ya, si Deva]

Thea duduk disebelah Deva dengan beralaskan sendal. Biar gak kotor. Melakukan hal yang sama dengan yang Deva lakukan. Gak. Thea gak ikutan minum kopi, cuma ikutan liat senja sama dengerin lagu folk yang diputar Deva.

Angin yang berhembus dengan damai serta burung-burung yang berterbangan kesana-kemari, tak lupa dengan kicauannya membuat kehangatan tersendiri bagi dua sejoli ini.

Deva menghela napasnya dan bertanya kepada Thea yang ada disampingnya "Thea ngapain kesini?"

"Gak boleh ya?" jawab perempuan bersurai hitam panjang ini. Dengan wajah yang bertanya-tanya.

"E-eh bukan gitu. Yaudah pulang aja yuk!" ajak Deva yang sudah berdiri dari duduknya.

"Aku baru dateng..." ucap Thea sambil mengerucutkan bibirnya.

"Beli makan. Mau gak?" tanya Deva lagi.

"Ayo!" seru Thea dengan sedikit berteriak. Dan beranjak untuk berdiri.

"Lucu banget sii" gumam Deva sambil mengacak rambut panjang Thea.

Mereka pun berjalan menuju tempat makan yang tidak jauh dari tempat mereka tadi. Tempat makannya berada tepat dibelakang tempat tadi mereka duduk. Bukan cafe. Apalagi restoran. Mereka makan di warkop punya mang Dudung. Mesen Indomie rebus ditambah cabe rawit minumannya es teh manis. Sederhana. Tapi bisa bikin bahagia.

Mereka makan dengan tenang ditemenin sama Mang Dudung yang berdiri di sebrang mereka. Mang Dudung yang melihat dua sejoli ini membuat senyuman kecil di wajahnya.

"Liat kalian berdua gini saya jadi inget masa muda" ucap Mang Dudung pada mereka berdua.

Deva yang mendengar perkataan Mang Dudung memberhentikan kegiatannya dan lebih memilih memperhatikan sosok pria tua didepannya.

"Waktu itu saya punya pacar. Yang sekarang jadi istri saya. Dulu, hampir tiap sore pasti ngajak dia ke taman. Gak jarang juga dimarahin sama ibunya. Karna ngajak jalan terus pas sore-sore. Ibunya galak, terus nurun ke anaknya." Lanjut Mang Dudung dan berbisik di kalimat terakhir nya. Respon mereka hanya tertawa kecil mendengar pengakuan dari pria yang sudah agak beruban itu.

"Ekhem" suara batuk yang dibuat oleh wanita dengan daster serta rambut dikonde itu dari belakang Mang Dudung beserta sapu lidi ditangan kanannya.

*********

Mereka pulang setelah tragedi suami istri yang— bisa di bilang kdrt. Bukan kejadian serius. Hanya gurauan pasangan suami istri kepada anak muda yang sedang dalam zona asmaranya.

Berdua menaiki Vespa milik Deva. Membelah jalan dengan ditemani bulan dan bintang yang menyinari kota Jakarta.

Tak perlu lama untuk sampai ke halaman rumah orang tua sang pujaan hati yang akan menjadi mertuanya, kelak. Berharap akan begitu.

"Makasih ya, kak" ucap Thea dengan senyumannya yang baru turun dari motor Vespa milik Deva.

"Santai aja" kata Deva seraya mengacak rambut Thea untuk yang kedua kalinya hari ini.

"Selamat malam" ujar Thea malu-malu.

"Selamat malam" balas Deva yang mengembangkan senyuman khasnya.

"Pulang dulu" lanjut Deva sembari menyalakan motor bekas peninggalan ayahnya.

Yang diajak bicara pun melambaikan tangan —tanda selamat jalan— kepada Deva.

TO BE CONTINUE

Makasih yang udah nyempetin baca cerita ini!!!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang