Anisa POV
Sang mentari telah terbit. Kegelapan hilang seketika. Suara alarm membangunkan ku, tepat pukul 05.00.
Dengan langkah lunglai, aku mengambil air wudhu untuk sholat subuh.
Setelah sholat, akupun pergi mandi. Bersiap diri, berdandan selayaknya seorang siswa. Dengan make up tipis, berseragam OSIS.
Setelah selesai, akupun keluar kamar. Saat membuka pintu tiba-tiba Mas David ada didepan pintu.
"Astaghfirullah, Mas", ucapku refleks memukul lengannya.
"Santai, Dek. Kek liat hantu aja. Sakit nih tangan mas", ucapnya sambil meringis kesakitan.
"Lagian siapa suruh ngagetin Nisa", kataku pergi meninggalkan Mas David.
"Pagi, Ma, Pa", sapaku hangat.
"Pagi, Dek. Tumben jam segini udah siap?!", tanya Papa.
"Ogh adek hari ini piket jadi berangkat lebih awal. Adek berangkat sama Cecen ya, Pa. Boleh?". "Tentu saja boleh".
Aku, Mas David, Papa, dan Mama sarapan bersama. Dimeja makan ini lah kami sering berbagi cerita sembari makan masakan Mama. Tempat paling asyik untuk berbagi cerita dan bercanda.
Tiiinnn...
Suara itu pasti suara klakson motor Cecen. Akupun berpamitan, "Assalamualaikum, Pa, Ma, Mas. Nisa berangkat dulu".
Semalam memang aku sengaja memberitahu Cecen kalo aku mau berangkat bareng dia. Kalo bilangnya mendadak kan malah ngrepotin.
"Udah lama, Cen?", tanyaku memakai helm. "Enggak, baru aja sampe. Mau berangkat sekarang? Atau nanti?", tanyanya menyalakan motor.
"Satu tahun lagi!! Ya sekaranglah. Cepet sedikit tapi jangan ngebut!!", kataku menaiki motor. "Oke siap, Bosku".
Kamipun berangkat. Menyusuri jalanan yang masih sepi. Hanya satu dua kendaraan yang lewat. Belum ramai tidak seperti saat aku berangkat seperti biasanya.
"Eh, Nis. Lu gak ngrasa ada yang aneh gitu sama Mas Risky?". Aku kaget saat Cecen tiba-tiba menanyakan soal Risky.
"Aneh kenapa?", "Ya aneh gitu, kan dia selalu ngegas sama lu, tapi ngegasnya itu kayak beda. Lu gak ngerasa kalo setiap ketemu dia, dia itu selalu merhatiin lu?".
"Ya sebenernya, gw juga suka mergokin dia ngeliatin gw. Tapi gw biasa aja". "Lu juga diem-diem juga suka merhatiin dia kan, kalo pas lagi kumpul sama Geng Gatara?", pertanyaan dari Cecen membuatku kesal sekaligus malu.
"Agh enggak, gw gak pernah merhatiin dia kok", jawabku salah tingkah sendiri.
"Kalo lu suka sama Mas Risky. Perjuangin aja, sayang kalo diambil orang. Nanti nyesel lo!!", katanya sambil tertawa.
Iya gw emang suka sama dia, tapi masalahnya dia suka nggak sama gw, batinku.
Sampainya diparkiran sekolah. Aku turun dari motor Cecen. Kami berdua berjalan bersama. Menyusuri lorong yang sepi. Namun, pikiranku ramai dengan kata-kata Cecen tapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Goalkeeper
FanfictionAwal mulanya berjalan lancar-lancar saja Sampai pada akhirnya beribu ribu cobaan datang menghadang Mencoba merusak dan menjadi orang ketiga Entah mereka akan sanggup atau tidak Yang jelas mereka ingin semuanya bertahan tanpa ada kata perpisahan S...
