~
ˡᵉᵗ'ˢ ˢᵗᵃʳᵗ
~pagi ini aku dan adikku berjalan menyusuri taman yang kata orang-orang bisa membuat siapa saja cepat bertemu dengan takdirnya. jika orang itu melempar 1 sen ke arah air yang menjadi pusat taman ini, air mancur tercantik jika di lihat pada malam hari.
apa aku percaya? jika bertanya padaku tentang takhayul, tentu aku tak akan pernah sekalipun seumur hidup mempercayainya.
"hyung! ini giliran mu melempar koin" jiyoon berhasil membuat pikiranku kembali ke kenyataan, dia menarik lengan hoodie ku, membawa ku ke depan air mancur untuk melempar 1 sen koin.
"ngga ah, mending hyung beli coffee di coffee machine aja" aku memutar tubuh, hendak berbalik meninggalkan jiyoon dan pergi ke arah mesin kopi yang kulihat tadi.
"hyung, pleaseee!" jiyoon kembali menarik lengan hoodie ku, membuat ku berbalik menatapnya yang sedang memasang wajah memelas.
dia tahu aku tak mempercayai takhayul, tapi ntahlah aku bingung dengannya hari ini.
"jangan maksa hyung, jiyoon" sebenarnya kelemahan ku adalah melihat jiyoon dengan aegyo handalannya, tapi kali ini aku benar-benar tidak ingin melakukan hal yang membuang waktu santai ku di hari minggu.
"pleasee hyuuung, nanti jiyoon traktir chicken deeh. ya ya ya" jiyoon kembali membujukku, bahkan kali ini dia mencium pipi kanan dan kiri ku.
"issh! yaudah iyaaa" aku memutuskan untuk mengalah, merotasikan mata ku malas, aku mulai berjalan sembari menghentak-hentakkan kedua kaki ku.
~plop~
bunyi air yang diciptakan koin yang ku lempar berhasil membuat jiyoon berteriak kegirangan, dia melompat dan menghambur ke dalam pelukkan ku.
"kau kenapa sih hari ini jiyoon-ah?" tanyaku keheranan padanya, namun yang kudapat hanya sebuah senyuman. dia melepas pelukkannya padaku, berjalan berdampingan di sebelahku.
"hyung harus cepet-cepet nikah dan kasih eomma appa cucu, kesian mereka hyung" jiyoon menatapku berbinar, aku tahu itu bukan keinginan eomma dan appa, mereka bahkan membiarkan aku hidup sendiri sampai sekarang, mereka bilang kebahagiaan ku lebih penting.
"dasar kau dongsaeng tak tahu diri"
~~~~~
"EOMMA APPA AKU BERANGKAT!" pagi ini aku bangun terlambat dari biasanya, jam sudah menunjukkan pukul 07.57
pagi ini jam delapan tiga tujuh aku harus menghadiri sebuah rapat penting bersama salah satu klien terpenting bagi perusahaan tempatku bekerja.
"JIMIN-AH MAKAN ROTI MU, NAK!" aku mendengar eomma berteriak dari arah dapur, dia berjalan menghampiri ku yang sedang bersiap mengenakan sepatu hitam pekat yang biasa menemaniku bekerja, di depan pintu.
"eomwya ukwu bwerangkwat" aku memasukkan semua roti yang eomma bawa ke dalam mulutku, mencium punggung tangan dan pipi sebelah kanan milik eomma, kemudian aku berlari keluar rumah menuju halte terdekat.