Hai, kini aku sedang mengandung anak pertama ku. Aku ingin menceritakan perjalanan cintaku dari awal.
Diusiaku yang 10 tahun aku telah merasakan rasanya menyukai seseorang, yup umur segitu memang masih sangat kecil. Bisa dibilang ini yang dinamakan cinta monyet, cinta monyet yang bertepuk sebelah tangan.Berawal dari ayahku mengajak kami sekeluarga berlibur di jogjakarta namun ternyata kami tidak hanya sekeluarga, kami berlibur bersama keluarga teman ayahku. Teman ayahku hanya membawa istri dan anak bungsunya. Kami berjanjian untuk bertemu di bandara dan disaat itulah pertama kalinya aku melihat sosok lelaki yang ku sayangi, ini bukan cerita tentang cinta pada pandangan pertama karena aku belum menyukainya saat kami masih di jogja.
Setelah 3 hari kami di jogja kami pun kembali pulang dan menjalankan rutinitas seperti biasa. Aku menjalankan rutinitas sekolah ku seperti biasa, ketika jam istirahat aku bergegas ke kantin bersama teman teman ku disaat itulah aku bertemu kembali dengannya namun dengan perasaan yang berbeda jantungku berdegup kencang ternyata dia selama ini kakak kelasku, namanya Ghiffari seorang yang sulit keluar dari pikiranku.
Kami tak pernah saling berbicara bahkan aku tak tahu apakah dia mengenalku atau tidak. Sejak saat itu aku sering melihatnya bermain basket maupun sepakbola di lapangan sekolah dan sejak itu yang biasanya setiap dari kantin selalu balik ke kelas menjadi selalu duduk di pinggir lapangan namun aku tak berani menyapanya. Aku tau kami masih sangat kecil kami masih duduk di bangku sekolah dasar tapi entah mengapa aku sangat menyukainya.
Kukira perasaan ini takan berlangsung lama namun aku salah semakin hari aku semakin menyukainya walaupun kami tak pernah saling bicara. Sampai pada saatnya dia telah lulus sd dan melanjutkan smp di kota bandung, begitu sedih rasanya hari hariku yang biasanya duduk di pinggir lapangan sambil melihatnya sudah tak ada lagi. Kupikir dengan begitu aku akan melupakannya namun aku salah lagi.
Aku masih ingat aku melihatnya lagi ketika aku kelas 1 smp ketika usiaku 12 tahun ketika sedang merayakan hari raya, aku melihat dari kejauhan melihatnya berjalan walaupun hanya melihatnya hatiku sudah sangat senang. Setelah itu aku tak pernah melihatnya lagi.
Aku selalu bertanya 'kapan aku bisa melupakan dirinya?' dan diriku selalu menjawab 'mungkin aku akan melupakannya ketika aku telah bertemu seseorang lain yang membuat jantungku berdegup lebih kencang' tapi kenyataan nya setelah aku 4 tahun benar benar tidak pernah melihatnya lagi aku tetap masih mencintainya, yup aku melihatnya kembali setelah 4 tahun kemudian ketika aku berusia 16 tahun namun aku tak berani memanggilnya tak berani menyapanya, aku hanya mengikutinya dari belakang. Perasaan ku campur aduk senang bahagia pastinya namun juga sedih karena aku terus memendam perasaan ini tanpa bisa memberi tahunya.
Banyak yang bilang masa SMA adalah masa masa paling indah namun tidak denganku kisah cinta SMA tak seindah kisah cinta orang lain. Aku terus saja mencintainya terus saja membiarkan cinta ini bertepuk sebelah tangan. Aku selalu menghiraukan lelaki yang mencoba mendekatiku karena yang aku pikirkan aku hanya menyukai Ghiffari dan tak ingin mencintai yang lain.
Aku sungguh mencintainya sungguh ingin memilikinya namun aku tak bisa berbuat apa apa, ingin sekali aku berteriak di atas gedung paling tinggi berteriak betapa aku mencintainya betapa merindukannya betapa aku ingin memilikinya.
Hingga 9 tahun lamanya aku memendam perasaan ini hingga aku merasa lelah dengan semua ini, aku yang dulu sangat ingin memilikinya menjadikannya teman hidup berharap dia lah jodohku namun kini aku sudah pasrah, pasrah dengan semuanya jika dia adalah jodohku seorang yang Tuhan telah persiapkan maka aku akan senang namun jika dia bukan untukku aku tak masalah karena aku yakin aku akan dapat yang lebih baik dari nya.