Prelude

7.2K 433 139
                                    

Jenny duduk diam di mejanya menunggu sang kekasih yang tak kunjung datang, ini adalah malam anniversary mereka, tapi lelaki  itu sama sekali tak menunjukkan diri. Ia sudah sangat malu sejak ketujuh kali pelayan datang dan menawarkan menu padanya yang hanya bisa ia jawab tunggu sebentar.

Kini dia mulai menutupi wajahnya yang ingin menangis entah karena Tama belum datang atau karena malu banyaknya orang yang menatapnya penuh rasa kasihan. Ingin rasanya dia pulang, tapi jika ia pulang sekarang maka akan percuma kue yang dia pesan.

"Sorry Babe, Jakarta macet banget dan yah kamu tau asistensi lumayan makan waktu. Jadi maaf telat dan ini hadiah buat kamu, happy anniversary." Jennie yakin Tama belum operasi plastik dan menjadi seperti itu.

"Just take it. I am trying to help you," bisiknya pelan, Jennie menerimanya dengan senyuman yang tampak dipaksakan. Dan pelanggan yang lain juga mulai berhenti memperhatikannya.

"Siapa?" bisik Jennie pelan dan lelaki itu tersenyum lagi.

"Johnny, and your name?"

"Jenny," jawab Jenny.

"Oke Jenny, let's start our date." Jenny tersenyum kecil.

-o0o-

Jisa begitu menikmati perhatian yang diberikan Tama padanya padahal ia sangat paham bahwa sekarang ini Tama sedang ada janji dengan kekasihnya untuk merayakan anniversary. Dia sendiri memang sengaja berpura-pura sakit agar Tama tak pergi darinya dan ternyata berhasil. Hanya bermodalkan hot pack  dan hairdryer  yang membuat badannya panas kini Tama mengira dia sakit demam.

Anggaplah dia gadis yang jahat karena berbohong dan berusaha untuk merebut kekasih orang. Tapi, bukankah cinta tak pernah salah? Itulah kenapa Jisa sengaja melakukan itu semua. Dia yakin bahwa Tama juga merasakan hal yang sama, hanya saja lelaki itu takut jika hubungan pertemanan mereka akan hancur. Tipikal hubungan Friendzone.

"Jis, gue panggil Jeje ya, kasian cewek gue pasti masih nungguin di sana." Jisa memutar otak agar Tama tak pergi, terakhir kali dia berhasil membuat keduanya marahan hingga hampir putus.

"Lo pergi aja, gue bisa sendiri kok. Gue nggak mau ngerepotin Jeje yang lagi ngerjain tugas uhuk uhuk." Jika seperti ini bagaimana Tama bisa meninggalkan Jisa. Gadis itu terlalu pandai berakting.

"Ck, gue telpon cewek gue bentar." Jisa mengangguk lemah dalam hati dia tersenyum lagi-lagi dia menang.

"Halo, Sayang kamu dimana?"

"...."

"Ah maafin aku, tapi Jisa lagi—"

"...."

"Iya, aku janji besok kita habisin waktu bareng, oke?"

"...."

"Jangan ngambek dong, masa aku tinggalin Jisa? Dia lagi demam Sayang."

"...."

"Sayang, namanya juga sakit mana bisa dipre—itu suara siapa?"

"...."

"Pacar baru? Yang bener aja Jenny!" Tama marah-marah ketika sambungan telepon dimatikan sepihak dan saat ia mencoba menghubungi Jenny, ponsel Jenny mati.

"Ahh sialan." Jisa tersenyum puas.

-o0o-

Seorang perempuan dengan pakaian serba hitam tampak mendatangi sebuah restoran yang cukup terkenal di daerah Menteng.  Gadis itu langsung duduk di tempat yang sama dengan sepasang kekasih yang tampak bermesraan.

✅hopeless loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang