Pukul 10.27 malam, aku duduk diam menatap layar laptopku. Tak memikirkan tugas Matematika yang sedang kukerjakan di depan mataku, aku memikirkan apakah sebaiknya aku membeli sesuatu untuk dimakan atau tidak. Perutku lapar sekali, dirumah sedang tidak ada makanan berat, ini sudah jam setengah sebelas malam dan tugas matematika ini membuatku muak. Aku ingin makan sesuatu.
Aku melamun selama beberapa menit hingga memutuskan untuk keluar dan membeli sebungkus nasi goreng untuk kumakan. Aku pun bangkit dan duduk di salah satu di sisi kasurku yang sudah cukup lama kupakai, namun masih saja kelihatan baru karena jarang kupakai, hanya kupakai untuk tidur saja. Tidak biasanya aku mengerjakan tugas dengan serius sampai larut malam seperti ini. Aku memang malas belajar apalagi mengerjakan tugas, yah, kupikir rata-rata anak SMA seumuranku juga begitu. Aku membiarkan laptopku duduk mendongak keatas diatas kasur yang didekap dipan berukir bunga-bunga itu. Dipan itu berwarna putih, juga semua benda dan interior di kamar tidur yang berukuran 3x4 meter itu. Dipan dan lemariku adalah benda yang menurutku paling estetik, berwarna putih es dengan sedikit sentuhan emas di setiap sisinya. Lemariku dengan 2 pintunya memiliki pintu kaca cermin yang kadang bisa menjadi sangat menyilaukan mataku saat kacanya memantulkan cahaya matahari pagi dari jendela yang terletak persis di depan kanan lemariku, hingga membuat dipanku, yang terletak di pojok kamar yang berlawanan, dan semua benda di kamarku, menjadi sangat terang dan menyilaukan, rasanya seperti melihat surga untuk pertama kalinya. Namun, kupikir kamarku tidak sesuci itu, dan lebih terlihat seperti kamar tidak terpakai karena semua warna putihnya.
Aku pun mematikan lampu kamarku dan mendapati seluruh anggota keluarga sedang tidak memegang kesadarannya. Aku bisa mendengar dengkuran halus orang-orang di rumah, yang entah kenapa bisa sedikit menenangkan pikiranku saking halusnya suara itu. Biasanya aku selalu meminta uang pada Ibu atau Ayahku saat aku ingin membeli suatu kebutuhan, namun kelihatannya mereka sudah tertidur pulas. Jadi aku harus menggunakan uangku sendiri untuk membeli makan. Yah, hitung-hitung bisa meringankan beban orang tuaku.
Sebenarnya aku sedang malas keluar rumah, namun aku butuh sesuatu untuk dimakan, jadi aku tetap keluar dan memilih membeli di penjual nasi goreng yang biasanya berjualan di jalan besar dekat rumahku. Jalan besar itu letaknya tak jauh, namun jika ingin cepat sampai harus melewati belakang rumahku yang sangat gelap dan minim penerangan. Aku harus melewati beberapa kebun dan menyebrangi rel kereta api untuk cepat sampai kesana. Aku memilih berjalan kaki saja untuk kesana, walaupun aku sebenarnya agak takut berjalan sendirian di tengah gelap malam seperti ini.
Greeek...
Aku menggeser pintu gerbangku dan tidak menutupnya kembali, kupikir tidak apa jika hanya kutinggal sebentar. Aku langsung berjalan ke samping, lalu berbelok melewati jalan setapak di belakang rumahku.
Saat aku kembali ke rumah, ternyata pintu gerbangnya tertutup. Aku sedikit terkejut dan bertanya-tanya siapakah yang menutup gerbangnya. Padahal, setahuku semua orang di dalam rumah sudah terlelap. Aku membuka pagar yang tidak terkunci itu, kemudian masuk ke dalam rumah dan menyantap makanan yang baru saja kubeli. Setelah makan, aku sangat mengantuk dan tidak jadi melanjutkan tugas sekolahku dan memilih untuk tidur saja. Deadline juga masih lama, pikirku.

YOU ARE READING
Tempat Sepi
Mystery / ThrillerKumpulan cerita horor yang berusaha kurangkai jadi satu. Selamat membaca.