Deringan ponsel mengganggu tidur seorang remaja laki-laki yang masih terperangkap dalam mimpinya. Tangannya berusaha mencari letak dimana ponselnya dengan mata yang masih terpejam.
Akhirnya ia menemukan benda yang di carinya tergeletak disamping bantal yang menjadi alas tidurnya kemudian di tempelkannya ke telinga.
"Halo"
Tidak ada jawaban dari si penelpon. Dilihat ponselnya kembali dengan mata yang sedikit terbuka, ternyata ia belum menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut.
"Hai, Libra apa kabar?" suara yang tidak asing lagi di telinga remaja yang dipanggil Libra itu. Ia langsung menunjukkan ekspresi menahan amarah.
"Mau apa kau?" tanyanya yang terbangun dari ranjang tidurnya.
"Aku mau kau datang kesini!" perintahnya.
"Untuk apa?" tanyanya lagi.
"Tidak usah banyak tanya, cepat datang kesini atau nyawa teman-temanmu ini jadi taruhannya!"
"Kirim alamatnya." tanpa menunggu jawaban lagi, Libra langsung merampas kunci motor dan jaketnya yang bersandar di meja belajarnya.
Sebelum Libra benar-benar pergi. Ia menyempatkan diri mengunjungi kamar seorang.
Dibukanya pintu secara perlahan agar tidak membangunkan si pemilik kamar. Di lihatnya seorang yang tidur pulas dengan selimut yang tidak menutupi tubuhnya. Dia adalah Virgo saudara Kembarnya yang notabenya sebagai kakak.
Libra tersenyum kecil melihat saudara kembarnya. Menurutnya, Virgo tampak seperti anak kecil saat tidur. Padahal sekarang mereka hampir berusia 17 Tahun.
Di tarik selimutnya sampai ke leher Virgo agar ia tidak ke dinginan. Se brandal-brandalnya Libra, ia sangat menyayangi Virgo karena hanya Virgo lah yang peduli denganya. Sedangkan orang tuanya, tak memperdulikan Libra sehingga ia melampiaskan kekesalannya di luar.
Sesuatu bergetar di saku celananya membuat si empu tersadar dari lamunannya. Sebuah pesan tanpa nama tercantum di layar ponselnya lalu di bukanya pesan tersebut. Isi dari pesan tersebut ialah sebuah foto seorang yang sudah babak belur dan di bawahnya tertulis sebuah alamat yang harus ia datangi.
Tangan kirinya menggegam kuat menahan amarah yang sudah sampai di ujung kepalanya. Ia beranjak dari berdirinya mengambil kertas dan pulpen yang tergeletak di atas meja belajarlalu ia menuliskan sebuah pesan untuk Virgo kemudian di tempelkannya ke buku yang tertata rapi di atas meja.
"Aku pergi" pamitnya yang menoleh ke saudaranya yang masih pada posisinya.
Dengan tergesa-gesa ia menuju ke arah garasi untuk mengambil motor sport hitamnya. Di dorongnya motor tersebut hingga sampai pintu gerbang kemudian dinyalakannya setelah situasi aman tak lupa ia memakai helm fullfacenya untuk melindungi tengkorak kepalanya.
Libra memacukan motornya diatas rata-rata untung saja malam sudah sangat larut sehingga jalan raya nampak begitu sepi jika, tidak mungkin ia sudah mengalami kecelakaan.
Tak butuh waktu lama motornya berhenti di depan gedung kosong yang sudah tak terpakai setelah melepas helm fullface nya ia segera masuk ke dalam dan langsung menuju ke atap gedung tersebut.
Napasnya naik turun setelah ia menaiki ribuan anak tangga untuk sampai ke atas. Di lihat sekelilingnya tak ada satu pun orang.
"Akhhh." erangnya frustasi.
"Jangan jadi pengecut kalian! Cepat tunjukkan wajah kalian!" teriaknya begitu keras.
Ia melirik sebuah arloji yang melingkar di tangan kirinya. Menunjukkan jarum pendek ke angka 11 dan jarum panjang ke arah 55." Jam dua belas." batinnya
Tap tap tap
Langkah kaki terdengar di telinga Libra membuat mata elangnya bekerja.
Dor dor dor
Betapa terkejutnya Libra saat mendapati teman bukan lawan di sekeliling. Mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan salah satunya membawa kue berlapis cokelat yang di sukainya serta terdapat lilin berbentuk angka 17 diatasnya.
Mereka sudah merencanakan kejutan ini dengan matang tanpa sepegetahuan Libra. Sedangkan Libra, ia tak menyadari bahwa besok adalah ulang tahunnya.
Libra berniat untuk membalas lima sahabatnya yang hampir saja membuatnya ke hilangan akal.
"Happy Birthday my best friend, Libra." Ucap salah sahabatnya yang sering ia panggil Jeje. Mereka pun saling berpelukan.
Libra hanya terdiam tanpa menunjukkan ekspresi sedih maupun senang dari wajahnya.
Jeje melepaskan pelukannya dan menyuruh Libra untuk meniup lilinya yang hampir meleleh.
Hufff...
Semuanya bertepuk tangan dan tertawa kecuali seorang yang baru meniupnya. Mereka menyadari hal tersebut langsung menghentikan tawanya.
"Sudah selesai?" tanyanya. Rasanya Libra ingin tertawa melihat ekspresi wajah mereka. Namun, ia tahan agar rencana berhasil.
"Sudah puas membuat orang yang hampir kehilangan akalnya?" Tanyanya kembali. Mereka hanya terdiam menundukkan kepala tanpa berani melihat mata elang milik Libra.
"Apa yang kalian lakukan bisa membuatku senang seperti yang kalian bayangkan?" Sungguh, Libra tak tahan lagi untuk menahan tawa. Ia membalikan badan untuk sekedar mengulas tawanya agar tidak keluar sebelum waktunya. "Aksi pembalasan berjalan dengan lancar." Pikirnya
"Hemmm..." Libra berdehem
"Tatap mataku jika, memang kalian sahabaku!" Perintahnya.
Sebelum mereka mengangkat kepala, Libra terlebih dahulu berbicara. "Apa aktingku bagus?" tanyanya dengan senyum mengoda.
Mereka berlima terkejut dengan pertanyaan yang baru saja Libra lontarkan. Mereka pun langsung memukul Libra secara bergantian sedangkan Libra mengeluarkan tawanya yang sudah ia tahan sejak tadi.
Setelah puas saling pukul dan tertawa mereka pun merebahkan tubuhnya tanpa alas yang membentuk lingkaran. Pandangan mereka ke langit gelap yang di penuhi taburan bintang.
"Libra, apa yang kau harapkan di ulang tahunmu ini?" Tanya Aksa yang ada di samping kanan Libra.
Libra menoleh ke Aksa lalu beralih ke langit kembali. "Masih seperti tahun-tahun sebelumnya."
Mereka hanya mengangguk, sudah pasti itu jawab yang akan keluar dari mulut Libra.
"Kita akan menjadi sahabat selamanyakan?" Tanya Ravn ke semua sahabatnya.
"Selamanya." Ucap Libra sambil membentuk huruf V dengan tangannya yang menghadap ke langit lalu di ikuti yang lainnya.
"Selamat Ulang Tahun, Virgo." Batinnya dengan tersenyum.
Di tempat lain Seorang sedang duduk di kursi belajarnya membaca pesan yang di tinggalkan saudara kembarnya, siapa lagi kalau buka Virgo entah sejak kapan ia terbangun dari tidurnya.
Ia beranjak dari duduknya untuk mendekati jendela kamarnya. Dibukanya jendela tersebut sehingga angin malam langsung menerpa wajah tampan Virgo.
Tangannya ia ulurkan ke udara membentuk huruf L yang berlatar belakang hitam putih.
"Selamat Ulang Tahun, Libra." Ucapannya yang begitu lirih dan diakhiri dengan senyuman manisnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
Подростковая литература"Revenge" Kata itu yang selalu muncul di kepala Libra. Setelah kejadian yang menimpa kakaknya itu. Membuatnya tak henti-hentinya mencari siapa pelakunya. Libra tak lagi percaya akan detektif maupun polisi karena mereka menghentikan penyelidikan kas...