(Namakamu) menatap paperbag hitam didepannya dengan raut bertanya. Pupil mata (Namakamu) mengikuti tangan kekar diatas paperbag itu yang ternyata adalah tangan iqbaal.
"Apa ini pak?" Tanya (Namakamu) polos, sebab tiba-tiba saja Iqbaal menaruh paperbag ini tanpa berkata.
Iqbaal tak kunjung bicara, sementara (namakamu) menelisik isi paperbag itu.
"Buat kamu," ucap Iqbaal.
"Hah? Buat saya pak?" Tanya (Namakamu) memastikan.
Iqbaal mengangguk cuek.
(Namakamu) membuka paperbagnya yang ternyata berisi sebuah rok lipit sebetis berwarna hitam. (Namakamu) tersenyum sumringah, rok ini bagus sekali meski simple.
"Ini dari bapak?" Tebak (Namakamu), ia menyangka barang ini mungkin tanda maaf karena menyusahkannya.
"Ya," jawab Iqbaal cuek. (Namakamu) tersenyum makin lebar, tapi tak sampai lima detik, senyumnya luruh saat Iqbaal berkata. "Itu buat nutup mulut kamu, biar kejadian tadi gak kamu jadikan bahan gosip."
Huah! Gila nih orang!
(Namakamu) membatin, padahal tadi ia sudah berjanji dalam hati akan memaafkan semua perlakuan Iqbaal yang membuatnya kesal, eh ternyata Iqbaal tetaplah bosnya yang menyebalkan.
(Namakamu) memasukan kembali rok itu, lalu menyeretnya kearah Iqbaal, "Meskipun tanpa ini saya bisa tutup mulut kok pak," katanya datar.
"Yaudah buang aja kalau kamu gak mau," ucap Iqbaal dengan nada menyebalkan.
Cih! Sombong kali!
Kalau saja (Namakamu) tidak menginginkan rok itu, dan kalau saja (Namakamu) tidak melihat tag harganya tadi mungkin ia dengan masa bodoh akan membuang rok itu, tapi akhirnya (Namakamu) menarik paperbag itu. Lagi pula roknya yang ia pakai sekarang masih terasa lengket dan basah.
"Oh iya sebenarnya tadi itu gak seperti yang kamu bayangin," ujar iqbaal tak jelas.
"Hm? Gimana pak?"
Iqbaal menggeleng, "Ah udah gak jadi, gak jadi," ujar iqbaal lalu melenggang masuk ke kantornya.
(Namakamu) mengangkat sebelah alisnya, dengan cepat ia menuju kamar mandi untuk berganti rok.
***
Iqbaal masuk ke dalam kantornya dengan merubah ekspresi datar menjadi kesal. Dia menghela napas kasar. Bisa-bisanya sih dia bilang barang itu buat sogokan. Padahal niat Iqbaal sangat baik. Agar (Namakamu) tidak lagi merasa tidak nyaman memakai roknya yang basah.
Apa susahnya sih bilang "Ini buat kamu, maafin saya," dengan senyuman?
Iqbaal tak henti-hentinya menggerutu. Kenapa setiap didekat (Namakamu) dia selalu pasang wajah judes, datar, atau apapun yang sebenarnya tidak mau Iqbaal tunjukkan didepan (Namakamu). Mengapa mulutnya jadi pedes sepedas lambe turah sih?!
Sebenarnya ingin sekali Iqbaal menyapa (Namakamu) dengan benar. Bertanya kabar selama ini. Mengingat mereka pernah berteman saat kecil. Kalian pikir Iqbaal tidak mengenal (Namakamu)? Sumpah sampai matipun Iqbaal akan ingat.
"Aish, kenapa juga (Namakamu) harus ngelihat gue sama Cassie sih?!" Tanya iqbaal bicara sendiri. Dia mengacak rambutnya frustasi. Bahkan menjelaskan bahwa kejadian tadi tidak seperti yang (Namakamu) bayangkan saja susah. Kejadian tadi sebenarnya Casssie sedang meniup mata Iqbaal yang kelilipan. (Namakamu) pasti salah mengartikan karena melihat posisi Iqbaal dan Cassie yang sangat dekat.
Ngomong-ngomong soal Cassie. Iqbaal tahu perempuan yang dijodohkan dengannya itu akan datang ke kantor, makanya ia menyuruh (Namakamu) membeli jus nangka, itu hanya agar (Namakamu) sibuk mencarinya dan tidak melihat Iqbaal bersama Cassie. Tapi cewek itu malah dengan cepat datang. Salah paham juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Boss
Fanfiction(Namakamu) benci bosnya! Dia adalah iqbaal, pria menyebalkan dan bermulut pedas. Tapi tanpa (Namakamu) tahu ada maksud berbeda dari semua kalimat pedas Iqbaal padanya. "Saya gak suka warna pakaian kamu, terlalu mencolok bikin mata saya sakit, ganti...