9 - Diving Bell and Butterfly

308 54 118
                                    

LENGAS. Memalukan. Riskan. Menyayat hati. Hubungan dan persahabatan memburuk. Ya, daftarnya panjang jikalau kita berbicara tentang rahasia, tentu saja, dan semua hal yang dapat terjadi, juga konsekuensi yang akan muncul begitu mereka diberitahu. Sejak kapan segala sesuatu menjadi kompleks seperti ini? Aku bahkan tidak mengingat kapan terkahir kali aku mereguk hari tanpa inkuiri mengalir barbar dalam benak.

Daya pikirku terguncang, merandek pelik. Kepergian Fayre entah bagaimana meninggalkan impresi elusif hingga aku terperangkap dalam keadaan hipnosis karenanya. Referensi Little Shop of Horrors yang kami perbincangkan beberapa milisekon sebelumnya terlupakan begitu saja, sepasang turkois bergeming pada selembar plano persegi panjang, berkelir putih dengan slogan koheren; who we are and who we need to be to survive are two different things.

Mendadak abilitas Taehyung untuk memberikan kedamaian dan konsepsi tatkala tidak ada orang lain yang memahami kesalahanku tak lagi mempunyai pengaruh jangka panjang. Aku tidak mengetahui bagaimana cara mengerti situasi ini tanpa membutuhkan seseorang untuk berbagi rasa sakit dan responsibilitas yang datang seenaknya sekaligus memproteksi kewarasan yang tersisa tetap utuh.

Aku benar-benar bingung, terjerat dalam turbulensi dilema. Opsi esensial, tentu saja, bertanya pada Jimin apa yang sebenarnya terjadi, namun bagian lain dari diriku menghalangi agar tidak melakukan sesuatu yang akan kusesali di masa depan. Atau ini lebih kepadaku merasa sangat takut dan tidak siap dengan kebenaran di balik petala tebal labirin yang disembunyikan Jimin tentang dirinya sendiri.

"Aku ingin bertanya keadaanmu, tapi aku merasa bahwa pertanyaan retoris sangatlah tidak kompatibel dengan situasi." Hoseok yang sedari tadi diam, menautkan jari-jemari gelisah di sampingku, akhirnya bersuara. Tanpa harus berperang mulut, aku sudah tahu orang yang Hoseok cari adalah Fayre, semuanya hanya merujuk pada prakarsa itu. "Apakah aku boleh menyembunyikan alasan mengapa aku di sini?"

"Kamu sungguh bertanya padaku?" Kekehan hampa menyembur keluar dari kedua belah bibir, atensiku berpusat pada dataran ekstensif yang mulai lengang. Pengunjung The Park at OWA telah berkurang drastis, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul delapan tiga puluh. Aku dan Hoseok masih betah berlama-lama di bawah tenggat ketaksaan, sisi terjauh danau menjadi ilustrasi penenang beserta iluminasi rembulan yang mengetsa projeksi pekat di permukaan air. "Lagipula, itu pilihanmu, entah ingin memberitahuku atau tidak. Aku sepertinya sudah mulai terbiasa dengan orang-orang menyisihkanku dari dunia mereka."

"Maaf, Em. Aku sudah berjanji pada Jimin," katanya, menghela getir. "Menceritakan masa lalunya bukanlah sesuatu yang mudah dan bisa disampaikan seenaknya pada orang lain, dan bukan tugasku juga untuk menjelaskan."

Aku mendengus terhadap seleksi kata-katanya yang payah. "Apakah aku terlihat seperti orang lain bagimu?"

Hoseok hampir tersedak, hendak memulai, namun sepersekian sekon kemudian langsung mengatupkan labium rapat. Tampaknya ada pertempuran batin tentang betapa buruknya preferensi sabda, sehingga mengusap tengkuk canggung menjadi alternatif dalam bertingkah.

"Katakan padaku satu hal," tuturku berkontinyu, bermaksud menyelamatkannya dari rasa malu derivatif. "Apa Jimin baik-baik saja?"

Denting notifikasi beradu sengit dengan keheningan di atmosfer, berdesakan memohon untuk diperhatikan, tetapi saat ini, mengabaikannya jauh lebih masuk akal. Aku tidak sedang mencari pengirim pesan dan penelepon yang mungkin adalah Jimin, Imogen, atau Taehyung—pemuda Kim yang kutinggalkan sendirian sembari mengais buncah lantaran absensi diri dari titik temu.

Ya dan tidak, itu jawaban yang kucari. Lucu, betapa respons yang paling kutakuti merupakan sebuah ihwal yang teramat signifikan, namun aku hanya tidak tahan lagi.

Lubang hitam di kepala terus-menerus menggerogoti, merealisasikan skenario terburuk dan mengacaukan bagaimana aku mengobservasi kekasihku dan segala tentangnya.

QuarterbackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang