♪ The Civil Wars — Dust to Dust
♪ Hwasa — LMM────────────
"INI bukan percobaan merampok bank, Gen." Konstruksi kalimatku benar-benar tidak terbetik kasual, segurat kaku dan getir mengemasi intonasi selaras dengan vibrasi jantung yang bertalu ekspres per milisekon. Visiku tertuju pada kerumunan orang yang berlalu-lalang memasuki dan meninggalkan gedung, mengeratkan jari-jemari pada setir mobil tatkala menyuarakan aposisi, "Tidak perlu memakai masker dan kacamata hitam seperti itu."
Selagi mengomentari opsi mode Imogen yang nyaris membuatnya melebur serempak dengan antariksa legam di atas sana, pikiranku secara gradual bercabang, terpecah menjadi kepingan fragmen yang mendadak memenuhi otak. Setelah konversasi sepekan lalu, Jimin sama sekali tidak berkunjung ke rumah atau sekadar menghubungiku, bahkan enggan mempertahankan kontak mata barang lima sekon di kampus.
Di samping dari sirkulasi kekecewaan dan nyeri merengkuh hati ketika melihat presensinya yang kian merenggang dari jangkauan, entah mengapa aku mulai mengasumsikan Jimin berlakon sedemikian rupa bukan didasari oleh kekesalan, melainkan pernyataan kontroversial yang keluar dari bibirku minggu lalu sudah menciptakan prediksi dalam benaknya bahwa aku mengetahui secuil informasi tentang dirinya.
Namun, hubungan yang sedang terguncang disharmonis ini tidak semata-mata mengikis luntur intensi guna memulihkan keadaan di antara kami, melainkan justru menumbuhkan dorongan kolosal untuk mengeksplorasi lebih jauh sehingga membuatku menanggapi advis Mary Frances dengan serius. Mengejutkan, bukan? Selama ini, aku hampir tidak tahan dengan eksistensinya, tetapi sekarang, aku malah menggunakan instruksinya demi meruntuhkan partisi hipokrisi yang Jimin bentuk.
"Oke, begini, di hadapanmu adalah sebuah gedung rumah sakit yang akan kita telusuri tanpa izin." Imogen segera mengambil topi bisbol dengan simbol C terpatri gamblang di depan dari tasnya, langsung kuyakini itu adalah milik Taehyung, suvenir yang dibeli dari situs Universitas Columbia sebagai bentuk retorsi lantaran gagal diterima sebelum si gadis menyahut berkontinyu, "Rencanamu adalah menyelinap ke ruang arsip dengan asistensi Mary Frances, yang tidak lain adalah anak dari pemilik Haven Care, apa yang membuatmu berpikir bahwa definisi merampok tidak perlu dipakai dalam aktivitas ini? Maksudku, sebutan seperti apa lagi yang lebih pantas untuk digunakan?"
Pun aku cukup mengenal sahabatku, anggap saja seluruh skenario ini merupakan sesuatu yang bertentangan dengan etiket hidupnya. Imogen tidak menyimpan sisi pembangkang, mulutnya memang kapabel menyembur frasa agresif dan sarkastik, tetapi kenakalan yang mengancam kebebasan hanya mendapat segelintir ransum dalam pola pikirnya.
Seringai imbesil terpahat di labium saat aku berujar mengejek, "Gugup?"
"Tentu saja, aku gugup!" protesnya. "Enam bulan lagi, Em, hanya selama itu jangka waktu yang kita miliki untuk keluar dari kampus. Dan mendadak kamu ingin mempertaruhkan kesempatan tersebut dengan catatan kriminalitas karena menerobos korporasi swasta?"
Aku menghela jemu, mendengarkan keluhan repetitif sepanjang perjalanan ke Haven Care sudah menyebabkan telingaku panas, namun kendati telah menolak intervensi, tetap saja Imogen bersikukuh untuk ikut. "Jika kamu menuturkannya demikian, tentu akan terdengar buruk."
"Baiklah, apa yang kamu sarankan kalau begitu?"
"Menemukan kebenaran?" Deklarasiku lebih menjurus kepada pertanyaan seolah aku pun sedang meyakinkan diri bahwa memang itu yang kulakukan. "Terdengar lebih akseptabel di telinga."
"Tetapi, Em, kumohon beritahu aku bahwa bukan hanya diriku yang merasa semua ini nyaris tidak masuk akal." Kini, tatapan dan intonasinya menukik lembut, mungkin merasakan suar keputusasaan dari sekujur tubuhku. "Maksudku, kita tidak pernah melihat Jimin menderita batuk kronis atau kejang-kejang*."
KAMU SEDANG MEMBACA
Quarterback
Fanfiction❝I'm truly sorry, but it's time you got to be your own quarterback.❞ ──────────── Park Jimin • Female OC © yourdraga 2020