Cerita ini ditulis sambil membayangkan wajah mereka berdua 😂❤
....................
Semenjak kejadian di mall beberapa hari lalu, aku terus menghindar dari ayah. Sudah kuceritakan semuanya pada ibu, tapi ibu hanya memelukku dan Bang Arsya serta bilang bahwa kami berdua harus terus berdoa dan belajar mengampuni. Ibu percaya suatu saat ayah akan berubah. Kadang aku berpikir, terbuat dari apa hati ibuku ini. Beliau tetap bersikap biasa saja pada ayah, bahkan masih menyiapkan sarapan dan kopi untuk ayah pagi tadi.
Pagi ini, aku seharusnya kuliah pukul sepuluh pagi. Namun baru pukul delapan, aku sudah tiba dikampus. Semalam Topan mengirimiku pesan yang isinya dia mau menjemputku pagi ini. Aku tidak membalasnya. masih malu jika bertemu dengannya. Oleh karena itu, aku datang lebih pagi dari jadwal. Selain itu, aku juga ingin bertemu Nilam dan menanyakan perihal nomor ponselku yang tidak diberikan Nilam pada Topan.
Aku memutuskan untuk duduk di kelasku. Ruangan berwarna krem itu kosong. Aku masuk dan memilih duduk di sebuah kursi lipat di bagian sudut kiri belakang. Sambil menunggu Nilam, kuambil ponsel dan membuka aplikasi instagram. Betapa kagetnya aku karena video aku bertengkar dengan ayah telah tersebar. Ternyata Diandra adalah seorang model yang cukup terkenal, sehingga kejadian kemarin menjadi viral di akun-akun gosip. Aku menutup mata frustasi. Entah apa yang harus aku lakukan jika bertemu dengan teman-temanku.
Akhirnya, aku menelpon Tita dan menceritakan semuanya. Tita bilang, dia sudah tahu. Bang Arsya yang melarangnya memberitahuku, katanya biar aku tahu dengan sendirinya. Tita menasehatiku untuk tetap bersikap positif. Mungkin, dengan tersebarnya video tersebut, ayah akan sadar dan tidak lagi berhubungan dengan Diandra.
Aku mengakhiri obrolanku dengan Tita ketika Nilam masuk ke kelas. Dia masuk dengan beberapa anak lainnya yang mulai sibuk dengan tugas yang belum mereka kerjakan. Aku bangkit berdiri dan mulai mendekati Nilam.
"Pagi, Nilam. Lagi sibuk?", sapaku.
"Enggak, kok. Kenapa, Sia?"
"Aku cuman mau nanya doang, kok. Kata Topan, dia minta nomor HP aku ke kamu, tapi enggak kamu kirimin ke dia. Bener begitu?"
"Iya, Sia. Sorry sebelumnya. Aku bukannya nggak mau kasih nomor HP kamu ke dia. Tapi HP aku rusak, setelah diperbaiki, nomor kamu kehapus makanya enggak aku kirimin ke dia."
"Terus kenapa kamu nggak cerita ke aku waktu itu? Kamu bilang kalian ngobrol. Kok, kamu enggak cerita kalau dia minta nomor HP aku."
"Yah, karena waktu itu kamu bilang kamu mau nemuin dia makanya aku pikir nanti juga kamu tahu dari dia. Maaf, yah, Sia."
"Iya, ya udah. Enggak apa-apa, kok. Aku juga minta maaf, yah," kataku mencoba mengerti penjelasan Nilam. Namun, jauh di lubuk hatiku aku masih belum sepenuhnya percaya padanya. Aku hanya tidak ingin memperpanjang masalah dan merusak pertemanan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIA.
Non-FictionBanyak yang bilang move on itu bukan tentang melupakan, tetapi mampu bersikap biasa saja jika mendengar namanya atau mengingat kenangannya. Setidaknya, itu yang dipikirkan Asia tentang perasaannya sendiri. Move on dari seseorang yang dicintainya sel...