Gadis itu menghembuskan nafasnya dengan kasar, mematikan laptopnya. Ia jenuh dengan alur hidupnya yang biasa-biasa saja, berharap kisahnya bahagia seperti di novel-novel romantis yang Ia baca.
Setengah jam yang lalu, Dia baru saja membaca sebuah cerita yang tingkat halu nya yang bisa dibilang kelewatan.
Judulnya Mimpi, cerita yang mengisahkan dua anak remaja yang jatuh cinta karna sama-sama bermimpi tidak senonoh. Tak pernah terfikirkan mengapa gadis itu membaca cerita aneh seperti itu, yang pasti karena rasa penasaran anak remaja akan menggebu jika melihat kata plus-plus di deskripsi sebuah cerita.Agatha Prillya Mauryna, biasa di panggil Agatha, anak tunggal yang kesepian, hidupnya hanya dihabiskan untuk kegiatan yang menurutnya biasa-biasa saja, bosan berpacaran, padahal hanya pernah satu kali berpacaran, selalu memikirkan siapa jodohnya kelak, padahal umurnya baru menginjak tujuh belas tahun.
"Kenapa hidup gue gak seromantis di novel, sih?" ujar Agatha menatap Sandra, sahabatnya.
Sandra menatap Agatha. "Lo kebanyakan nge-halu ."
"Terserah, orang gue emang berharap."
Sandra tersenyum melihat kelakuan Agatha, dia tau bahwa sahabatnya itu sedang jatuh hati dan berharap kisah cintanya seperti di novel-novel, berakhir bahagia. Padahal, manusia hanya bisa meminta, tanpa tau kedepannya bagaimana dan seperti apa.
"Ta, gue pulang dulu ya, udah hampir jam tujuh nih," ujar Sandra, beranjak dari kasur dan berdiri didepan cermin rias milik Agatha.
"Gak sadar gue udah malem aje, lo kenapa gak nginep aje, sih?" tanya Agatha, melirik jam di dinding.
"Telinga gue bisa rusak gara-gara denger curhatan lo tiap waktu," dengus Sandra.
Bersama-sama menuruni tiap anak tangga, mereka berdua dikejutkan dengan seorang lelaki yang sibuk berbincang dengan Ibu Agatha, entah apa yang mereka bicarakan.
"Ma, aku anterin Sandra ke depan, ya," ujar Agatha, setelah itu mereka berlalu menuju gerbang rumah. Tak mendengar sahutan Ibunya.
"Lo jangan grogi ya kalo ngobrol sama dia!" ucap Sandra sambil memasang helm, Ia menatap Agatha serius. Dibalas senyuman aneh Agatha, Sandra hanya mencebikkan bibirnya dan berlalu dari hadapan Agatha menggunakan motornya. Dengan cepat Agatha menutup gerbang dan menguncinya, berlari memasuki rumah dengan dada yang bergemuruh.
Ia memasuki ruang tamu dengan senyuman manis, duduk di samping Ibunya, berhadapan dengan lelaki yang membuat dadanya berdegup cukup kencang, apalagi ketika bersalaman dan mencium wangi tangan lelaki tersebut, rasanya tubuhnya melemah seketika. Berlebihan memang, tapi itulah yang di rasakan seseorang ketika jatuh cinta. Memandang tubuh tegap di depannya dengan seragam berwarna coklat muda lengkap dengan atribut-atributnya, entah sejak kapan Agatha jatuh cinta kepada lelaki itu, seorang polisi dengan pangkat Briptu yang sering bertamu dengan alasan memiliki bisnis dengan Ayahnya. Lelaki yang menjadi tokoh utama didalam curahan hatinya setahun belakangan ini, yang dia sebut di dalam doanya tak henti-henti.
Heri Antino Nusantara, sering dipanggilnya Kak Tino, lelaki keturunan Jawa itu seakan menjadi magnet yang membuat Agatha bertahan dengan ke jomblo annya. Selalu berpikir bahwa Kak Tino juga jatuh hati kepadanya. Memang Remaja adalah masa-masa dimana mengkhayal adalah sesuatu yang lumrah. Seakan mengerti arti senyuman anak semata wayangnya, Ibu Agatha memilih pergi ke dapur dengan alasan sakit perut, meninggalkan putrinya yang kelihatan bahagia.
Agatha malu untuk memulai sebuah obrolan, ia tidak tau apa yang harus di bicarakan, karna memang, mereka tidak terlalu dekat, akrab, dan sejenisnya. Pria di depannya tidak pernah kelihatan tertarik dengan Agatha, karna memang pembawaannya yang dingin atau memang dia tidak menganggap Agatha orang yang istimewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowing
RomanceSebenarnya kita tidak pernah tau kemana hati akan berlabuh dan dua hati akan menyatu. Manusia hanya bisa meminta, Tuhan yang berkehendak, yang tau mana yang terbaik untuk hamba-Nya. Suatu peristiwa yang membuat kami hanya bisa berpasrah kepada takdi...