8

12 1 0
                                    

Qinan terlihat sibuk dengan buku-buku nya hari ini dia mendapatkan banyak sekali tugas dari dosennya. Sesekali terlihat Qinan menggigit pulpen nya berpikir.

"Ya Allah kenapa susah banget sih" keluh Qinan.

"Mau jadi dokter aja susahnya kayak gini. Kuatkan lah hati Qinan yang cantik ini ya Allah" kata Qinan sambil mengelus dada nya untuk bersabar.

"QINANNNNNN" Terdengar suara melengking dari ujung sana. Qinan melihat Salwa berlari kearahnya.

"Qinan gue kangen banget sama lo" Salwa langsung memeluk Qinan, Qinan memukul lengan Salwa karena merasa sesak.

"Salwa lepasin gue mau mati ini" peringat Qinan.

"Heheh maap Qi, soalnya gue rindu banget sama lo" heboh Salwa.

"Apa gue segitu gemesnya ya sampe lo rindu sama gue" kata Qinan percaya diri.

"Hooh Qinan kan kembaran salwa" sambung Salwa dengan senyum merekah.

"lo bisa aja kan gue shy shy cat jadinya" Salwa menyentil jidat Qinan. Kenapa temannya satu ini dianugerahi kepedean di atas rata-rata.

"Ih sakit Wa. Gue heran kenapa semua orang suka banget nyentil dahi cantik gue ini"

"Itu Karna lo bodo" Salwa tertawa. Qinan hanya mencebik bibirnya tanda tak suka.

"Salwa, dari pada lo sibuk ngebacot mending bantuin gue buat tugas" lanjut Qinan yang segera mengambil pulpennya kembali.

"Hello Qinan gue ini anak akuntansi mana paham gue" kata Salwa sambil melihat isi buku Qinan.

"Apaan ini jantung koroner, Parkinson,absorsi, metabolisme" Salwa membaca satu persatu tugas Qinan

"Gue ga paham Qi masalah begituan. Gue taunya cuma hitung untung-rugi doang" Qinan mendelik tak suka.

"Udahlah minta tolong sama lo ga ada hasilnya" kesal Qinan.

"Udah ya lo diam gue mau buat tugas dulu. Dan satu lagi duduk yang anteng jangan ganggu gue ,oke Salwa" peringat Qinan. Qinan masih serius mengerjakan tugas nya sejam sudah berlalu Salwa hampir mati kebosanan menunggu Qinan.

"Qi masih lama ngga?" Tanya Salwa hati-hati.

"Husttt Salwa jangan berisik,bentar lagi gue siap" Salwa menghembuskan napas pasrah. Tak lama kemudian akhirnya Qinan selesai juga dengan tugas laknat nya itu. Seperti nya perjuangan Qinan menjadi dokter masih panjang, buktinya baru beberapa Minggu kuliah tugas nya sudah menumpuk.

"Akhirnya" Qinan merenggangkan otot-otot nya yang terasa kebas. Dari jauh Qinan melihat seseorang yang dikenalinya. Itu Fajar, Fajar berjalan kearahnya sambil tersenyum.

"Hai Qi"sapa Fajar yang sudah didepan Qinan dan Salwa.

"Hai Fajar" Qinan merasa canggung

"Gue boleh gabung?" tanya Fajar, Qinan mengangguk mengiyakan.

"Gimana kabar lo?"tanya Fajar

"Gue baik kok" Qinan berusaha bersikap sebiasa mungkin. Karena sedari dulu Qinan dan Fajar tidak pernah berbicara sedekat ini. Bisa dibilang mereka tidak pernah saling menyapa dulu, karna Qinan yang dulunya dikenal sangat tertutup bahkan anti sosial.

"Lo udah beda aja sekarang makin cantik heheh" canda Fajar yang membuat Qinan tersenyum. Salwa yang sedari tadi menjadi pendengar setia tiba-tiba bersuara.

"Kalian temenan?" Tanya Salwa.

"Iya gue sama Qinan teman SMP dulu, dulu gue sama dia ngga begitu dekat sih. Trus juga SMA nya kita pisah "jelas Fajar. Mulut Salwa membentuk huruf O tanda mengerti.

"Fajar ngambil jurusan apa?" tanya Qinan basa-basi

"Arsitek" jawab Fajar.

"Wahh keren, tapi tunggu dulu bukannya gambar Fajar dulunya jelek ya" Fajar yang mendengar nya membulat kan matanya. Habis sudah aib nya dibuka sekarang. Kemaren si Arjuna sekarang Qinan.

"Hehe ngga kok Alhamdulillah udah bagus sekarang" jawab Fajar canggung, Salwa yang mendengar nya menahan senyumnya.

"Yang bener, soalnya waktu SMP dulu Fajar  sering ngegambar di papan tulis, padahal dia gambar Upin Ipin, gue pikir alien" cerita Qinan yg masih mengingat moment sewaktu SMP dulu. Salwa tidak bisa lagi menahan senyumnya. Fajar hanya memijat kepala nya. Kenapa Qinan sekarang banyak sekali berbicara. Bukannya dulu dia si cewe bermuka datar.
Tapi lihatlah sekarang Fajar merasa gemas sendiri melihat nya.

"Oiiii Pajarrrrr " teriak seseorang mendekati nya. Fajar segera menoleh ke arah suara, disana sudah berdiri duo hatersnya. Siapa lagi kalo bukan Arjuna dan Gading.

"Oii cape gue cariin kemana-mana, lo malah ngebucin disini" omel Gading yang langsung duduk di salah satu kursi di dekat Qinan. Arjuna yang melihat Qinan terkejut begitupun dengan Qinan. Dia gugup sekarang.

Arjuna segera duduk di samping fajar yang berhadapan langsung dengan Qinan.

"Gue juga ga nyuruh lo cariin gue, ngerusak suasana aja lo berdua" omel Fajar.

"Maaf ya Qi, teman teman gue edan semua" fajar melihat Qinan sambil tersenyum.

"Iya gapapa Fajar"

"Kenalin ini Arjuna, trus yang samping lo itu si Gading" jelas Fajar memperkenalkan mereka berdua.

"Qinan, ini teman gue namanya Salwa"Qinan memperkenalkan dirinya dan Salwa, Salwa tersenyum manis kearah mereka.

"Biasa aja kali Jun liatnya, nanti dirumah sambung lagi chattingan nya sama Qinan" sindir Fajar, Qinan yang merasa tersindir langsung menormalkan degup jantungnya.

"Apaan sih lo" sahut Juna tak suka.

"Oh jadi ini yang namanya Arjuna, Qinan sering cerita sama gue soal Arjuna, dia bilang kalo Juna itu..." Qinan segera membungkam mulut asal ceplos Salwa. Arjuna yang mendengar nya tersenyum geli melihat mereka berdua.

"Juna maaf ya Salwa mulut nya emang gitu" Qinan menahan malu didepan mereka bertiga.

"Heheh santai aja" sahut Fajar.

"Oi curut kenapa lo bengong dari tadi" kata Fajar melihat Gading yang diam sejak tadi.

"Gue lagi mikir Fa, ternyata bidadari emang beneran ada" kata Gading yang masih menatap kagum Qinan.

"Bacot lu kadal" sinis Arjuna.

" Juna ga bole gitu kasian Gading mukanya udah merah, Gading yang sabar ya" kata Qinan sambil mengelus bahu Gading. Jangan tanya kan lagi bagaimana muka Gading saat ini tertawa bahagia melihat kedua muka temannya ya g memandangi nya sambil menganga tak percaya. Qinan masih saja mengelus bahu Gading.

"Qi udah, turunin tangan lo" kata Juna tak suka.

"Biasanya ya seseorang yang bersentuhan langsung dengan Gading lebih dari semenit besoknya langsung masuk UGD gara-gara alergi berat." Kata Juna menakuti Qinan. Qinan yang mendengar langsung melepaskan pegangan tangan nya dari bahu Qinan.

Fajar tertawa melihat reaksi Qinan. Mereka berlima menghabiskan waktu nya sekedar bertukar cerita. Arjuna dan Qinan sesekali saling melirik yang pasti disadari oleh Fajar. Mungkin setelah ini mereka akan menjadi teman yang akrab. Ternyata berteman dengan Qinan sangat menyenangkan apalagi melihat tingkah gadis ini fajar merasa terhibur dengan kelakuan teman semasa SMP nya dulu. Begitupun Arjuna yang mengagumi sosok Qinan, dia juga tidak tau perasaan apa yang sering muncul ketika melihat Qinan. Juna berharap bukan rasa suka tapi rasa sekedar kagum saja.

TBC

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang