Rumit (15)

645 44 7
                                    

"Jika hati bisa dikendalikan mungkin tidak ada orang yang akan sakit hati"

🌻

Sampai di sekolah pukul 06.45 banyak sorot mata yang melihatnya saat menuju kelas. Karena wajahnya yang banyak lebam dan Jordi juga masih meringis kesakitan. Tidak ia obati hanya membersihkannya dengan air. Saat menuju kelas Jordi berpapasan dengan Shela yang baru sampai sekolah.

Beberapa menit diam Shela membuka pembicaraan. "Lo baik-baik aja?" tanya pelan Shela.

"Menurut lo? "

"Ayo ke UKS belum lo obatikan? " Ucap Shela berbalik untuk menuju ke UKS. Jordipun mengikutinya dibelakang.

Masuk ruang UKS Shela langsung mengambil obat yang ia butuhkan untuk mengobati luka Jordi. Jordi duduk dikasur, Shela mengambil salep lalu ia oleskan ke wajah Jordi dengan pelan.
"Aah," keluh Jordi.

Shela menghentikan olesannya sejenak. "Maaf," gumam Shela. Shela melanjutkannya sedikit lebih pelan.

"Soal kemarin sorry ya. Rayn cuma salah paham aja," ucap Shela sambil membereskan salep tadi.

"Udah biasa," balas Jordi.

Kring.....

"Gue duluan ya" Bel masuk sudah berbunyi membuat Shela langsung terburu-buru keluar. Masih memakai tas dipundaknya Shela langsung masuk mengetuk pintu terlebih dahulu karena sudah ada Bu Jin. Tahu sendiri guru satu ini masuk kelas sejak gerbang sekolah belum dibuka.

"Kamu ini selalu telat masuk kelas saya. Gak suka sama saya!" seru Bu Jin.

"Saya akan jawab jujur sebenarnya saya memang gak suka ibu" Ujar Shela membuat seluruh kelas terdiam.
"Punya temen sedeng" gerutu Clara.

Bu Jinah yang sudah ingin mengeluarkan bola matanya dan akan meledakan lava membuat Shela menghentikan kejadian gunung merapi itu.

"Coba dipikir deh bu. Masak saya suka ibu kita kan sama-sama cewek. Saya masih suka cowok Bu" jelas Shela meredakan amarah Bu Jinah.

"Bener bu. Shela masih suka Rayn kok" sahut Tino.

"CIEE" seru penghuni kelas.

Rayn yang tadinya tidak mempedulikan masalah didepan dan memainkan pulpennya langsung kebingungan kenapa semua menatapnya.

"Shela!duduk sana" suruh Bu Jinah.

"Siap" balas Shela sambil mengakat tangannya hormat.

Saat Shela berjalan duduk ia menangkap tatapan Rayn yang melihatnya dengan wajah datar.

                            🌻🌻🌻

Rayn berjalan dari kantin menuju kelas sendiri karena perutnya sudah kenyang. Kali ini Rayn tidak akan bolos lagi mungkin besok. Rayn menghentikan langkahnya. Suara yang memang dibuat oleh Rayn dengan suaranya sendiri. Rayn memang tidak suka bila ada yang menelponnya.

Telepon ganggu ganggu ganggu Tele...

Ponselnya berbunyi didalam saku celananya. Tertera nama Salsa di layar, kemudian ia mengangkatnya.

"Habis pulang sekolah lo anterin gue beli alat tulis yaa" pinta Salsa.

Rayn melanjutkan langkahnya ke kelas. Tubuhnya yang tinggi dengan baju seragam yang tidak ia masukan jika tidak ada guru. Membuat semua siswi yang ia lewati memandangnya kagum.

"Gak"

"Gue kasih permen deh"

"Gak"

Rayn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang