Kucingku yang Malang

505 7 2
                                    

ini adalah cerita pertamaku di wattpad. aku anak baru di sini, jadi mohon bantuannya yah...

Kucingku yang Malang

“Hush... hush... pergi sana!”

Tok... tok... aku mengetuk-ngetukan sapu ke lantai, agar kucing kampung yang sedang berlari-larian di dalam rumahku itu cepat pergi –keluar dari rumahku.

Miau... Prang... sebuah panci jatuh tepat di depan wajahku ketika kucing itu melompat hendak keluar dari rumahku, menghindari pukulan ganas yang menyakitkan dari sapu yang sedang ku pegang –tentu saja jika terkena. Yahh, akhirnya kucing itu keluar juga. Dan untung saja pancinya tidak mengenai kakiku.

Aku kembali melangkahkan kaki ke dapur, dengan senyum kemenangan tercetak jelas di wajahku. Kucing itu telah berhasil ku usir keluar. Setelah menaruh sapu di sudut ruangan, aku kembali membantu Mama menyiapkan makanan untuk kami sekeluarga.

“Apa kucingnya udah keluar, Fa?” tanya mama saat aku hendak mengangkat sup ayam. Aku menoleh ke arah Mama, tersenyum dan mengangguk kecil, lalu aku kembali melanjutkan tugasku.

“Udah selesai berburu kucingnya?” ledek kakakku yang baru saja duduk di meja makan, ketika aku sedang menaruh sup ayam di dekatnya.

Aku mengerucutkan bibir, kesal. Bukannya membantuku, dia malah mengataiku dengan seenaknya. “Itu namanya bukan berburu. Dimana-mana kalo yang namanya berburu pasti aku membunuhnya dan dagingnya ku makan.”

“Sudah-sudah, ini masih pagi –tapi kalian sudah bertengkar. Kalian kan bukan anak kecil lagi,” kata Mama menengahi. Mama meletakan lauk terakhir di meja makan, lalu duduk di hadapanku. “Sofi, jangan ajak adikmu bertengkar. Dia masih ulangan hari ini, nanti konsenterasinya bisa terganggu.”

Sekarang giliran Kakakku yang mengerucutkan bibirnya, kesal. Mama membelaku. Memang benar kata Mama, lagian yang lebih tua memang sudah seharusnya mengalah dengan yang muda. Aku sayang Mama.

“Papa jadi pulang hari ini, Ma?” tanya Kak Sofi saat kami hendak makan.

Mama tersenyum sebelum menjawab pertnyaan Kak Sofi, “Nggak Sof, Papa pulangnya minggu depan. Kenapa?”

“Yahh, sayang banget. Aku pasti nggak akan bisa ketemu Papa. Soalnya di kampus udah mulai banyak tugas. Jadi mungkin aku nggak akan bisa pulang minggu depan,” kata Kak Sofi sedikit kecewa.

Kak Sofi memang sedang mengambil kuliah jurusan Pendidikan Matematika di salah satu universitas terkemuka di Bandung. Jarak dari kota Cilegon –rumah kami- dengan bandung tidaklah dekat. 5 jam perjalanan atau kadang 6 jam, membuat Kakakku memilih untuk mengekost di kost-an terdekat dengan Kampusnya. Dan ia hanya akan pulang sebulan sekali, atau bahkan berberapa bulan sekali.

Kak Sofi pasti kecewa, karena dimana ia mendapat kesempatan berkumpul dengan kami –tapi justru ia malah tidak bisa melihat Papa yang sedang sibuk bekerja di bagian Indonesia lain.

Keluarga kami hanyalah sebuah keluarga sederhana, seperti halnya keluarga kecil lainnya. Papaku bekerja sebagai karyawan biasa yang sering di pindah tugaskan, sedangkan Mama hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang seluruh waktunya ia curahkan pada anak-anaknya tersayang. Dan aku adalah Sifa –seorang pelajar SMA biasa di SMA swasta di kotaku.

***

Jarak dari rumah ke sekolahku cukup jauh, di tambah lagi dengan jalan memasuki gang setelah berhenti di perempatan, selama beberapa menit. Tapi aku yang berjalan santai selalu yakin tak akan datang terlambat ke sekolah.

Entah ini adalah suatu penyebab aku memiliki Kakak yang kuliah di jurusan Matematika atau apa, tapi aku sudah mengitung segalanya. Mulai dari sarapan pagi bersama keluarga, jarak tempuh memakai mobil angkot dari rumah sampai perempatan: baik itu perkiraan angkot lelet dan ngebut, dan berjalan kaki memasuki perapatan. Tapi... ini lah aku.

Kucingku yang MalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang