Satu

6.4K 336 18
                                    

"GUE JUGA MAU PACARAN!" Ucapan lantang itu berasal dari seorang gadis yang kini tengah menunjukkan ekspresi cemberut yang membuat teman-temannya mengalihkan pandangan dan menutup wajahnya untuk menutupi rasa malu karena menjadi pusat perhatian.

"Kenapa cuma si Santan aja yang bisa kencan, sementara gue enggak?!" Tanyanya lagi kesal.

Sebuah tangan terulur dan menepuk tangan si gadis yang sedang protes itu seraya bergumam. "Sabar Fal, nanti juga ada waktunya." Ucapnya berusaha menenangkan.

"Nanti tuh kapan? Gue tuh dah 22 ya, bentar lagi wisuda. Masa muda gue tuh ancur. Seancur-ancurnya gara-gara si Santan. Masa iya selama 22 tahun gue idup gak pernah ngalamin pacaran. And you know what? Semua itu karena si Santan sama si Iler." Keluh gadis cantik peranakan Indonesia-Turki itu lagi masih dengan tampang kesalnya.

"Ilker, Fal, Ilker." Jawab gadis berwajah oriental mengingatkan. "Masa sepupu sendiri lo panggil Iler sih." Lanjutnya tanpa menyembunyikan senyuman gelinya mendengar sahabatnya membuat nama panggilan yang menggelikan untuk sepupunya.

"Bodo!" Sungut si gadis Indonesia-Turki itu lagi seraya cemberut. "Dia aja manggil gue Pali. Emangnya nama gue ini nama jalan tol?!"

Kedua sahabatnya saling pandang dan lantas tersenyum mendengar kejengkelan di suara si gadis Indonesia-Turki itu.

Ya, ketiga gadis yang sedang berkumpul di meja kantin itu adalah sahabat baik yang memiliki perbedaan yang cukup kentara.

Si gadis yang sejak tadi tak berhenti cemberut itu bernama Falisha Permata Levent. Gadis keturunan Indonesia-Turki yang saat ini sedang merasa kesal pada saudara kembar dan juga sepupunya. Sementara dua gadis yang berusaha menenangkannya sejak tadi itu adalah Intan, gadis berwajah cantik oriental keturunan Indonesia-Jepang. Sementara yang satu lagi, gadis bernama Meylan, satu-satunya gadis keturunan murni Indonesia.

"Gue juga kan pengen kayak kalian." Keluhan dari Falisha kembali terdengar. "Malam mingguan. Jalan gandengan. Cipokan. Aaarrrggghhh frustasi gue!" Fali mengacak rambutnya dan menjatuhkan wajahnya di atas meja kantin begitu saja yang membuat kedua sahabatnya hanya bisa saling memandang dan kembali menggelengkan kepala.

Falisha, gadis itu memang cantik dan terlihat kalem jika sedang diam. Tapi jika sudah bicara, dia persis seperti mobil yang tidak punya rem di jalanan menurun. Tak bisa dihentikan. Tingkahnya seenaknya dan bahkan seringkali tampak seperti orang gila yang tidak punya kendali. Namun meskipun demikian, dia tetap tampak mempesona.

Keluhan dan kekesalan Falisha kali ini terjadi karena mereka baru saja mengetahui kalau pria yang sedang mendekati Falisha dilabrak oleh kembaran gadis itu, pemuda jurusan kedokteran yang bernama Akara dan juga oleh sepupu gadis itu yang bernama Ilker yang saat kesal disebut Santan dan Iler oleh Falisha.

"Lagian gue heran juga sebenernya sama kembaran dan sepupu loe. Apa mereka itu terkena sindrom 'Sister Complex'? Kok mereka sampe gitu amat sama lo?"

"Meneketehe!" Jawab Falisha kesal. "Sister complex kek, sister triplex kek, gue gak peduli. Yang gue mau itu mereka berhenti ngerecokin hidup gue.

"Apa sih susahnya bikin hidup gue tenang? Kenapa mereka doyan banget bikin masa muda gue sengsara?

"Kalian tahu, sejak gue SMP sampe sekarang, mereka gak pernah bolehin gue deket sama anak cowok. Alasannya mereka gak mau gue patah hati atau dimainin sama cowok nakal. Tapi herannya, kalo gue sakit hati sama temen cewek dan bahkan sampai berantem sama mereka, mereka sama sekali gak peduli dan biarin gue gitu aja.

"Katanya mau ngelindungin gue, tapi kok seteng-seteng sih?"

"Lo pernah berantem?" Tanya Meylan terkejut. Karena sekalipun Falisha banyak bicara, dan hobi mengeluh, gadis itu tidak pernah mengibarkan bendera permusuhan, apalagi sampai bertengkar dengan main fisik. "Kapan? Sama siapa?"

My Doctor, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang