🐥 S E B E L A S 🐥

153K 18.2K 2.6K
                                    

"Di Bumi okhang-nya jahat-jahat."

- Ayana Talisha Moracco.

***

Semenjak duduk di bangku sekolah dasar, si Kembar lebih senang bermain keluar bersama anak tetangga. Sebenarnya bukan si Kembar, lebih tepatnya Ayana. Keana mah mageran, enakan juga di rumah nonton tv atau nggak belajar sama Mama. Tapi karena diseret mulu sama kakaknya, mau nggak mau Keana harus ikut.

Semakin sering si Kembar keluar, maka semakin bar-bar pula anak-anak gadis Arthur ini. Karena kurva keaktifan seorang anak di luar itu berbanding lurus dengan tingkah lakunya. Jangan lupakan juga mulut Kinzy yang rasanya semakin melebar karena melihat tingkah laku keduanya. Belum lagi kalau bapaknya ikut bertingkah. Macam-macam yang keluar dalam batin Kinzy. Tapi kalau mulut mudah-mudahan masih dapat disaring.

Akhir-akhir ini si Kembar sering banget nyasar kemana-mana pas pulang sekolah. Bukannya pulang ke rumah dulu, malah pergi ke rumah tetangga, kalau nggak ke taman komplek. Dicariin sama Kinzy kesana-kemari gak ketemu. Ditanya tetangga katanya lagi pada main sama anak-anak yang lain tapi gak tahu mainnya kemana, terus tiba-tiba udah balik aja katanya lapar.

Jadilah sejak dua hari yang lalu Kinzy selalu menunggu bus antar jemput si kembar di depan rumah. Biar bisa langsung ditarik ke dalam. 

Itulah yang dilakukan Kinzy saat ini. Menunggu si Kembar sembari bermain dengan Ansell di kursi teras depan. Sementara Ansell berada di pangkuan Kinzy.

"Lung, lung, lung!" Seru Ansell keras sambil ikut menunjuk apa yang ditunjuk ibunya pada buku yang mereka pangku.

"Iya, terus burungnya ikut sama elang. Mereka terbang ke tengah hutan." Kinzy melanjutkannya narasinya pada Ansell.

"Bang?" Ansell berbalik untuk menatap Kinzy. Mata Ansell melebar seiring dengan nada pertanyaan yang ia berikan, seolah-olah mengerti dengan percakapan mereka.

"Iya, terbang. Tuh kayak burung yang itu!" Kinzy beralih menunjuk burung yang baru saja terbang dari pohon yang terdapat di halaman depan.

"Bang! Bang!" Ansell menepuk-nepuk tangannya riang ketika melihat burung itu.

Bagi Kinzy sangat mudah untuk membuat anak-anaknya merasa senang. Anak-anak senang, Kinzy pun senang.

Tidak seperti yang satu lagi. Anaknya senang dia ikut senang. Tapi dia juga buat anaknya tiba-tiba nangis pas lagi senang-senangnya. Saat anak-anak sudah menangis, disitulah puncak rasa senangnya.

Belum sempat Kinzy melanjutkan ceritanya pada Ansell, di depan tiba-tiba riuh dengan suara mobil.

Si Kembar pulang.

Kinzy langsung berdiri lalu berjalan sambil menggendong Ansell ke arah pagar. Kemudian Kinzy membukanya.

Setelah mengucapkan terimakasih pada guru yang mengantar si Kembar, barulah Kinzy menyambut anak-anaknya.

"Ayo, masuk, nak!" Kinzy menuntun keduanya.

"Ma, nanti Aya sama Kea mau ikut lomba balap sepeda sama si Ucul. Doain kita menang, ya, Ma." Ayana membuka suara disela-sela langkahnya.

"Aya aja, Kea gak ikutan!" Sahut Keana yang menolak namanya diikut sertakan.

"Kea sama Aya itu satu! Kalau Aya ikut, Kea juga ikut!" Masih bocah bijak bener.

"Kea gak mau jadi adek Aya! Si Ucul aja yang jadi adek Aya!"

"Ih, kok gitu?!" Ayana gak terima.

"Udah, udah! Kalian gak boleh ikut lomba balap sepeda!"

"Yah, Mama." Ayana merengek. "Aya udah janji sama Ucul. Nanti Ucul gak ada kawannya. Masa lomba balap sepeda sendikhian."

Jajar Genjang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang