"Kay, lo makan dong. Gue capek nih bujuk lo mulu dari kemarin."
"Tinggal jangan kasih gue makan. Ribet amat." Kayanna memainkan infusan yang masih tertempel sempurna di punggung tangannya.
"Jangan dimainin terus infusannya."
"Emangnya kenapa? Gatel banget pengin gue copot aja nih jarum sialan!"
"Heh, emangnya lo gak mau sembuh?"
"Buat apa gue sembuh kalau hidup gue kayak gini terus?"
"Gitu gimana sih? Kan udah ada si Junior yang jadi penyemangat lo. Masih mau nambah?"
Kayanna berhenti memainkan infusannya, "Chik,"
"Apa? Mau makan?" Sesegera mungkin gadis itu mengangkat sendok berisi bubur. Bukan bubur buatannya, melainkan bubur yang sudah disediakan dari rumah sakit.
"Bukan."
"Terus lo mau apa?"
"Gue mau tau perasaan lo kalau gebetan lo ternyata suka sama orang lain."
"Ya gue gak tau lah. Mana pernah gue punya gebetan."
"Ish! Lo bayangin aja gimana rasanya."
"Gak bisa Kay! Udah lah, makan dulu deh. Otak lo jadi ngaco gara-gara perut lo kosong."
"Pasti rasanya sakit kan, Chik? Apalagi kalau dia--"
Kayanna menghentikan perkataannya tatkala pintu ruangannya terbuka sehingga menimbulkan suara berderit.
"Gue denger lo masuk rumah sakit."
Panjang umur. Yang tengah mereka bicarakan tiba-tiba muncul. Junior memasuki ruangan, mendekati Kayanna yang tengah terduduk sambil melongo melihatnya.
"Lo ngapain ke sini, Jun? Enggak sekolah?"
"Temen lo sendiri ngapain di sini?" Junior berpaling kepada Chika.
"Chika? Oh, dia emang bolos pake alesan mau jagain gue di sini. Emang dasar tuh, cari kesempatan di tengah kesempitan." Ungkap Kayanna berhasil membuat Chika melotot ke arahnya.
"Gue sama kayak temen lo."
"Hah??"
Junior mengambil mangkuk bubur yang masih ada di pangkuan Chika.
"Kalau lo gak makan, mana bisa sembuh." Pria itu menjulurkan sesendok bubur kepada Kayanna.
"Gue--"
"Makan."
Entah Junior memakai sihir apa kepada gadis itu, Kayanna mulai membuka mulutnya. Ia menelan bubur itu dengan susah payah. Meski hanya bubur, kerongkongan Kayanna masih terasa nyeri.
"Kalau sama Junior aja, lo mau buka mulut. Ya udah gue pergi dulu." Chika melangkahkan kaki keluar dari ruangan Kayanna.
"Mau ke mana lo?"
"Ada urusan. Habisin aja dulu makanan lo. Ntar gue balik lagi. Gue titip Kay ya, Jun,"
Junior mengangguk. Apa lagi yang akan dilakukan pria itu selain mengangguk, menggeleng, dan bergumam tak jelas.
"Udah habis?"
"Hah? Apanya?" Kayanna mengernyit.
"Makanan yang ada di mulut lo. Udah habis?"
"Oh, udah."
"Buka mulut lo."
Kayanna membuka mulut lebar-lebar. Lalu menggigit sendok itu kuat-kuat. Tidak mau melepaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verruckte Liebe
Roman pour AdolescentsBermula dari seorang cewek yang tergila-gila kepada cowok dingin yang masuk ke sekolah barunya. Junior yang apapun kosakata yang ia keluarkan, nada bicara dan ekspresinya tetap sama. D A T A R.