Peristiwa tujuh

19 3 0
                                    

Aphy masih bersembunyi di balik dedaunan. Namun, sepasang matanya masih menatap lekat dua makhluk yang disebut manusia itu. Mereka seperti ras peri dengan ukuran berbeda dan tidak mempunyai sayap.

Aphy tahu ada kota tempat tinggal manusia, tapi ia tidak menyangka bahwa itu sangat dekat. Bahkan ia sudah menemukan manusia di dalam hutan.

Manusia itu menggendong seseorang, mungkin itu anaknya karena mereka terlihat sangat mirip. Bahkan seperti tiruan.

Orang itu terlihat sangat panik, wajahnya pucat pasi, napasnya tidak beraturan, keringatnya membasahi sekujur tubuhnya. Saat ia berteriak meminta tolong, suaranya bergetar--Aphy sedikit terkejut mendengar teriakannya.

Aphy masih menatap keduanya dengan minat, ia belum pernah melihat manusia sebelumnya dan sekarang bertemu dengan manusia. Ini sangat menarik! Namun, apakah manusia memang selemah ini? Jika ia tidak salah Sil pernah menceritakan jika manusia itu kuat, mereka pintar dengan menciptakan benda-benda aneh untuk perang. Hasilnya mereka tidak kalah, tapi juga tidak menang.

Namun, manusia yang Aphy lihat tidak seperti itu, yang ia lihat hanyalah manusia lemah, apalagi Sosok gadis kecil yang digendong. Ia akan mati karena kehilangan banyak darah dalam sekejap.

Aphy masih melihat mereka. Lama-lama ia tidak tahan--laki-laki yang menggendong gadis kecil itu menangis. Ia tidak suka melihatnya, karena itu seperti melihat dirinya sendiri.

Aphy dulu lemah, ia menangis sepanjang hari sambil menyalahkan dewa karena dilahirkan seperti ini--dipojokkan, diperlakukan seperti monster dan sekarang setelah melihat laki-laki itu seluruh kenangan memalukannya seolah terputar kembali di pikirannya. Itu sangat tidak nyaman.

Dengan perlahan ia mendekat menuju mereka. Cahaya keemasan muncul dari sayap kecilnya, mungkin jika dilihat orang biasa itu hanyalah seekor kupu-kupu yang bercahaya, tapi peri memang pintar berkamuflase mereka menyembunyikan dirinya dengan kegelapan ataupun dedaunan hijau hingga yang tampak di mata manusia hanyalah setitik cahaya keemasan. Mereka juga didukung dengan sihir, jadi cukup sulit untuk menemukannya.

Aphy berputar-putar di sekitar tubuh manusia itu. Ia ingin melihat dari dekat dan sungguh manusia itu sangat menyedihkan. Bajunya ternoda, wajahnya penuh keringat bahkan air matanya, tidak jarang ia menemukan ranting kecil yang menyangkut di rambutnya--ah jangan lupakan baju yang ternoda darah.

Semua itu sangat menyedihkan bagi Aphy.

Ia berputar di sekitar manusia itu lagi sebelum bersembunyi di balik semak belukar.

Aphy tidak tahu jika sedari tadi manusia tersebut sudah memperhatikannya, bahkan mencari Aphy saat menghilang dari pandangannya. Mungkin ia terlalu dekat dengan manusia itu.

Sekelebat ia mengingat memori dengan Sil. Ah, ia mengingatnya dengan jelas. Ucapan Sil yang seolah menyihir dirinya, tertanam di bawah alam sadarnya.

Sil berkata, "rasukilah manusia dan kau akan mencapai tujuanmu Aphy."

Kata-kata itu seolah merasuki tubuhnya. Ia langsung kembali menuju kedua manusia tersebut, dengan hati-hati Aphy menyalurkan kekuatan magisnya ke arah anak manusia yang digendong.

Ia tidak bisa merasuki manusia dewasa itu, karena pengendalian kekuatannya masih kurang--ia tidak sama dengan Sil yang kuat. Ia masih lemah, yang bisa ia lakukan hanyalah merasuki anak manusia itu.

Aphy melihat anak manusia itu dari jauh, ia merasa sedikit kasihan. Namun, langsung ia tepis bahkan sedikit menyombongkan diri--ya, kalau ia merasuki anak ini pasti ia bisa melakukan tujuannya--mati.

Ah, lihatlah anak ini. Mungkin bila ia rasuki anak itu akan mati seketika. Oh--apakah mungkin baginya untuk meledak dalam diri manusia itu?

Walaupun mati meledak pun ia 'tak apa. Sebenarnya Aphy lebih mengiginkan mati dengan cara yang lebih terhormat, mungkin layaknya orang baik yang menyelamatkan protagonis dalam novel? Hahaha! Bahkan jika ia lakukan, mungkin Aphy akan mendapat peran antagonis.

Ngomong-ngomong, ia sudah mendapat peran antagonisnya.

Dengan merasuki anak itu, kemungkinan terbesar manusia akan mati. Kemungkinan terkecilnya adalah selamat--itupun ia tidak tahu anak itu akan cacat atau tidak. Namun, dengan kemungkinan besarnya itu mati, ia tidak apa! Ia merasa sangat bersyukur.

Bila kalian bertanya kenapa ia tidak mencoba cara yang lain, ia akan menjawab dengan tegas! Ia tidak bisa mencoba yang lain!

Kemampuan peri Aphy tidak seperti peri yang lain. Jika ia terluka, maka ia dapat menyembuhkan lukanya walau itu memerlukan waktu, tergantung dengan kerusakan yang ia terima. Salah satu caranya mati adalah, dengan tidak menerima kekuatan dari alam yang membuatnya bisa melakukan sihir. Namun, itu sama. Ia tidak bisa.

Karena tubuhnya itu seperti magnet yang dengan mudah menarik kekuatan alam dan menyimpannya dalam tubuhnya, pil yang diberikan itu berfungsi untuk mengontrol agar tidak menarik berlebihan kekuatan alam. Karena jika itu terjadi, ia akan mengamuk yang akan menjadi salah satu legenda tentang peri campuran itu.

Namun, Aphy tidak tahu semua itu.

Karena semua terlalu takut, semua terlalu takut untuk mengatakannya. Sehingga saat peri campuran terlahir ke dunia semua ras peri membisu, menuli, dan tidak menganggap mereka ada.

Ras peri terlalu takut dengan legenda mereka--takut jika 'mereka' sekali lagi menghancurkan rasnya sendiri. Itu adalah mimpi buruk mereka.

Dan saat Aphy menghilang, mereka panik. Ras peri sangat jarang muncul di permukaan. Namun, dengan Aphy yang hilang, apakah mereka akan kembali muncul?

[ ☄️ ]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Olifia's DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang