Setelah menyerahkan kunci mobilnya pada penjaga rumahnya, Jaehyun berjalan menuju kediamannya dengan langkah pelan. Ia masuk lalu berjalan melewati tangga. Jaehyun tersenyum saat melihat siluet seseorang yang tengah berdiri membelakanginya."Ah, Jaehyun! Kau sudah pulang? Selamat datang dirumahh~"
"Taeyong.."
"Kau pulang cepat hari ini huh? Kemari, aku akan menyiapkan air hangat untukmu."
"Jae kema— ahh! J-jae?"
"Aku merindukanmu, maka dari itu aku pulang lebih cepat hari ini." Balas Jaehyun seraya menenggelamkan hidungnya pada perpotongan leher Taeyong.
Jaehyun kemudian menyeret Taeyong ke dalam kamar dan mendorongnya kasar.
"J-jae?"
Tanpa banyak bicara, Jaehyun membuka celananya sebelum menyobek pakaian Taeyong. Ia kemudian menindih tubuh yang berada dibawahnya.
"Nghh J-jae tidak! J-jangan! Kau harus mandi dulu Jaee!"
"Jaehyunn! Ahh s-sakit!"
Taeyong memeluk Jaehyun dengan erat ketika Jaehyun tanpa belas kasihan mendorong kejantanannya hingga tenggelam dalam lubangnya. Taeyong hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan sakit seraya memeluk Jaehyun semakin erat.
"J-jae ahh ahh s-sakit! T-tunggu dulu Nghh.."
Jaehyun melonggarkan sedikit pelukan Taeyong. Ia kemudian mengecup kedua mata Taeyong yang tengah berlinang air mata. Ia mengecupnya dengan penuh kasih sayang sebelum bibirnya turun menuju bibir Taeyong. Mengecupnya lembut sebeleum mengecapnya ganas. Lidah panjangnya terjulur hingga membuat Taeyong nyaris tersedak.
"Taeyong.."
"J-jae jae ahh ahh! Lebih cepattt! Mmhppp.."
Jaehyun menambah tempo kecepatannya saat dirasa pelepasannya semakin dekat. Ia memeluk erat tubuh Taeyong yang berada dibawahnya saat pelepasannya tiba. Jaehyun kemudian bangkit dan melihat bercak merah yang berada di sprei.
"T-taeyong? Maaf.. maafkan aku.. aku terlalu kasar.. lagi.."
-o-
Jaehyun terbangun ketika ia menyadari ranjang disebelahnya kosong. Ia mengerjapkan matanya dan melihat kesekeliling ruangan.
"Taeyong?"
"Tae? Kau dimana?"
"TAEYONG? KAU DI—"
"Jae ada apa? Aku sedang membuat makan malam untuk kita. Sebaiknya kau mandi dulu, setelah itu turun untuk makan malam."
Taeyong muncul didepan pintu dengan mengenakan pakaian baru. Taeyong pasti sudah mandi, terlihat dari rambutnya yang basah. Sudah berapa lama aku tertidur hinga Taeyong dapat mandi dan membuat makan malam, batin Jaehyun.
"Jae, jika kau sudah selesai mengumpulkan nyawamu, segera mandi! Lalu kita bisa makan malam bersama dibawah.."
Jaehyun menghela nafas perlahan saat melihat cara berjalan Taeyong yang terlihat pincang. Jaehyun kemudian menarik Taeyong yang ada di depannya dan memeluknya.
"Jae ada apa? Kenapa kau menangis? Hey, Jaehyun? Kau sakit? Mana yang sakit? Jaehyun?"
Bukan. Bukan aku yang sakit tapi kau.
Jaehyun rasanya ingin berteriak mengucapkan kalimat itu didepan Taeyong.
"Tidak.. aku, tidak sakit. Aku.. maafkan aku.. aku berlaku kasar lagi.. aku—"
"Jae tidak apa-apa.. aku tidak marah. Sudah ya? Jangan menangis." Balas Taeyong seraya mengelus rambut Jaehyun.
"Taeyong.. aku— selalu kasar padamu. Aku.. juga mengurungmu di rumah, bahkan merantai mu. Mengapa, kau masih mau denganku? Kenapa.. kau tidak melarikan diri saja? Kau tahu, aku meletakkan kunci rantaimu di laci kamar kita kan?" Ucap Jaehyun seraya meneguk ludahnya kasar.
"Alasan apa lagi? Tentu saja karena aku mencintaimu Jaehyun. Dan aku akan selalu bersamamu."
"B-benarkah?"
"Hmm.. tentu saja."
Jaehyun tersenyum sebelum mengusap air matanya. Ia berjalan menuju laci di kamarnya dan mengambil kunci yang di maksud. Jaehyun kemudian berjongkok didepan Taeyong dan membuka rantai yang selama ini mengikat kakinya. Jaehyun kemudian mengelus bekas merah yang ada di kaki Taeyong.
Jaehyun mengangkat Taeyong dan membawanya ke kamar mandi.
"Kau akan menemaniku mandi kan?"
"Ehhh?? Tapi aku sudah mandi Jaehyunnn~" Taeyong mencoba membebaskan dirinya dari Jaehyun. Namun sayangnya, tenaganya tidak cukup kuat.
Taeyong menatap kosong pada pintu kamar mandi yang telah tertutup.
Jaehyun.. kau salah paham akan sesuatu.
Bukan.
Bukan aku yang terikat disini.
Tapi kau.
END