"suster, suster.."
Teriak daniel keluar. Ia melihat rein tiba tiba tergeletak di bawah dengan tubuh terkulai lemas. Darah dari hidungnya menetes tiada henti.Alat medis pun keluar masuk ruangan no 273 itu. Kondisinya mulai memburuk.
Ia segera di pindahkan ke ruang ICU.Semua alat medis menempel di tubuhnya. Aku melihat dari jendela ruangan, entahlah pikiranku kacau.
Entah apa yang terjadi dengan gadis yang selalu ku anggap kuat itu.Ya tuhan, apa aku harus memberi tahu om geraldy. Kalau putrinya sedang sakit, batinku.
Setelah ku pikir lama, aku harus melakukannya.
" Hallo om, ini daniel. Daniel hanya mau memberi tahu bahwa rein sedang ada di rumah sakit."
Terdengar dari seberang sana, pria yang mulai beruban itu menjerit terkejut.
"........"
" Di rumah sakit mitra om, rein masuk ruang icu."
" ......."
" Iya om sama sama."
Aku terduduk di bangku tunggu, sudah 1 jam aku menunggu di sini. Datanglah pria bertubuh kekar itu, tubuhnya sudah tak segagah dulu. Di wajahnya terlihat kekhwatiran yang menggebu gebu.
" Daniel, bagaimana keadaan putriku." Wajahnya terlihat sangat panik.
" Aku juga tidak tau om, kita doakan saja rein baik baik saja."
Tanganku spontan menepuk bahu pria itu untuk menguatkan." Ya tuhan, aku mohon selamatkan putriku." Doanya pada sang kuasa.
" Semua akan baik baik saja om. Tenanglah." Ucapku memberi semangat.
Pria yang sudah berkepala 4 itu pun hanya mondar mandir di depan ruangan. Aku tau, dia sangat khawatir. Terlihat jelas dari matanya bahwa ia sangat sangat takut kehilangan putrinya.
Tak beberapa ruangan itu pun terbuka, menampilkan pria ber jas putih. Mukanya tampak sendu
" Keluarga nona rein?" Tanyanya
" Iya saya dok, saya ayahnya." Sambil mendekat ke arah dokter, tangannya terlihat gemetar.
" Tenanglah, putrimu tak apa apa. Dia hanya kelelahan." Tangan dokter itu spontan menguatkan, seolah tak ingin pria yang ada di depannya menjadi lemah.
"Syukurlah..." Ucap geraldy lega.
Tapi entahlah, aku merasa ada yang aneh dengan dokter itu. Seperti ada yang di sembunyikan, sesuatu hal yang besar tentang rein. Tidak mungkin kan, jika hanya kelelahan langsung di larikan ke icu?
Ah sudahlah, mungkin ini hanya perasaanku.
******
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, menyesuaikan cahaya ke mataku. Terlihat ruangan ini sudah nampak berbeda. Apa yang salah?
Mataku menrawang, apa aku di pindahkan ke ruangan lain? Tiba tibaKrekkkk
Ada yang membuka pintu, dan menampilkan sosok pria yang tak asing bagiku." Ayah..." Suaraku terdengar sendu.
Mengapa ayah di sini? Siapa yang memberitahunya? Apa daniel?
Bukannya aku tak senang, ayah berada di sini. Hanya saja aku lebih suka menyimpan sakit dan luka ku sendiri. Tanpa ada yang mengetahui, walaupun itu ayahku, aku tak mau berbagi dengan siapapun. Aku tak ingin menjadi beban siapapun, aku tak mau menyusahkan orang orang di sekitarku." Bagaimana keadaanmu sayang, ayah sangat khawatir. Kau baik baik saja kan?" Tanyanya lembut, tangannya yang kekar mengusap kepalaku.
" Aku baik baik saja yah, sungguh. Ayah tak perlu risau." Aku menampilkan senyum termanisku.
Aku sangat menyayangi pria ini, terkadang aku ingin selalu berada di dekatnya. Namun kesibukannya selalu membuat kami jauh. Sangat jauh, terkadang terlihat begitu asing.
Terlihat ia sangat lelah, aku bisa melihatnya ia selalu berusaha untuk melupakan ibu, hingga ia selalu kerja terus terusan. Namun bayang bayang ibu selalu ada. Cintanya tak pernah musnah, cintanya selalu melekat." Hei kau mengapa melamun sayang."
Tanyanya padaku" Tak ada yah, aku hanya rindu ayah."
Tanganku memeluk nya erat. Sekejam apapun aku sebagai mafia, aku pun bisa luluh juga oleh pria ini, ayahku.Drtttt
Benda pipih itu membuyarkan semuanya, aku sontak melepas pelukanku." Halo, apa? Klien sedang marah marah? Aku segera kesana." Teriaknya terkejut.
Aku hanya tersenyum, pria ini selalu meninggalkanku, seolah pekerjaan memang lebih penting dari apapun. Bahkan dari diriku, putrinya." Maaf sayang, ayah harus pergi. Ayah akan menemuimu lagi nanti ya."
Aku hanya diam tak menanggapi, aku tak bisa berkata apa apa. Bibirku keluh ingin mengatakan apa.
Ayah pergi meninggalkanku begitu saja. Tak ingin tau responku.
Tak selang lama, daniel masuk ke ruangan. Entah dorongan dari mana. Aku memeluknya...
Aku tak pernah melakukan ini sebelumnya, dengan orang asing. Selain keluargaku." Aku ga butuh uang ayah niel, aku cuma butuh ayah." Lelaki itu hanya mengusap rambutku lembut. Aku memang lemah, dasar lemah. Cengeng! Kenapa air mata ini lagi lagi jatuh? Kenapa?
Tbc
Sayang kalianNext ga nih?
Thanks yang udah baca
Jangan lupa vote and coment
#salam author
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
ActionHujan... Kau tau segala rahasiaku, tolong jangan menjadi penghianat seperti mereka semua...