Aku telah meminumnya. Sudah waktunya aku tidur. Kuhempaskan tubuhku ke kasur. Memperbaiki posisi. Sekitar lima menit kemudian kesadaran ku mulai hilang. Aku tertidur.
***
Matahari memimpin pagi hari. Awan cerah ikut serta menyambut pagi. Bunyi kokok ayam berseru dimana-mana. Tak ada suara kendaraan yang bising. Hanya sesekali. Hawa dingin di pagi hari menusuk tulang. Menyebabkan diriku terserang sifat malas beraktivitas. Tubuhku bisa dibilang mager, istilah anak zaman sekarang.
Sepertinya ada yang terlupa. Oh ya, namaku. Ya, perkenalkan namaku Flaurriell Charlist. Lima belas tahun. Kelas sepuluh. Perempuan. Sekolah? Sekolahku mungkin tidak bisa dibilang sekolah elit. Tapi cukup berada. Hobiku? Ulang tahunku? Oh ayo lah, itu adalah perkenalan anak kelas satu sekolah dasar. Itu sangat membosankan. Bisa-bisa, kalian akan dibuat tertidur setelah membaca ini. Tidak-tidak! Itu hanya lelucon. Jangan dimasukkan ke hati.
Saudara kandungku? Tidak! Aku tidak punya. Faktanya, aku anak tunggal. Tapi, aku mempunyai seseorang yang sudah kuanggap seperti kakak sendiri. Setidaknya begitu. Mungkin baginya, aku hanya sebatas sahabat karib. Padahal, aku sudah menganggapnya seperti kakak ku sendiri. Tidak masalah! Aku tidak memusingkan itu.
Namanya Kittly Shoom. Orang-orang memanggilnya Kittly. Berbeda denganku. Aku memanggilnya Shoom. Seperti orangtuanya memanggilnya. Akibat kedekatan kami. Begitu pula ia kepadaku. Ia memanggilku Charlist atau Charly. Tapi, lebih sering Charly. Tak seperti orang-orang kebanyakan, yang biasa memanggilku Flaurriell. Astaga! Situasi ini menjadi lebih rumit. Aku akan meninggalkan perkenalan yang membosankan ini.
Hari ini, hari pertamaku bersekolah di tingkat SMA (Sekolah Menengah Akhir). Kebanyakan orang pasti bahagia ataupun sedih. Bahagia memasuki kehidupan baru. Sedih meninggalkan kawan yang sudah lama mendampingi.
Perasaanku berbalik dengan fakta. Aku bahagia meninggalkan kawan lama. Sedih memasuki kehidupan baru. Tak tahu mengapa. Aku juga heran sendiri. Padahal, ini perasaanku. Oh, lupakan. Itu tidak penting. Hal pentingnya, ini hari pertamaku bersekolah di tingkat SMA.
Aku teringat akan hari pertama sekolah ini. Setelah melamun seberapa lama, aku bergegas mandi. Bertukar pakaian tidur menjadi seragam sekolah. Tak lama kemudian, aku sarapan bersama orangtua tercintaku. Berbincang hangat. Banyak topik yang dibahas. Bercengkrama bersama orangtua memang selalu menyenangkan.
"Charly, jangan lupa mengambil jatah buahmu." Mama menyodorkan sebuah apel segar. Sepertinya baru dibeli kemarin. "Akan kumakan di sekolah." Aku mengambilnya dan memasukkannya ke dalam ransel. Mama hanya mengangguk. Lalu melanjutkan makan.
Pukul enam pagi. Satu jam lagi, aku akan terlambat. Aku mengisyaratkan ke Papa agar segera berangkat. Papa menghidupkan mesin mobil. Gumpalan asap dari knalpot mobil mengubah pemandangan. Sementara itu, aku memakai sepatu dan merapikan poni rambut. Aku iseng berkaca di kaca mobil. "Terlihat rapi", gumamku dalam hati.
Mama mengantarkan bekalku ke teras rumah. Aku menerimanya. "Ma, aku berangkat," pamitku sambil mencium pipinya. "Hati-hati, semoga harimu menyenangkan."
Aku membuka pintu mobil. Lalu masuk. Terlihat Papa sedang pamit ke Mama melalui lambaian tangan. Sepertinya Papa sedang mager untuk turun.
Sepersekian detik mobil ini sudah melaju meninggalkan pekarangan rumahku. Beberapa menit kemudian, gedung-gedung tinggi terlihat kokoh di balik kaca mobil. Pemandangan kota yang begitu sering kulihat. Tiada pernah kulihat hamparan rumput nan hijau yang mengambil hatiku. Namanya juga kota.
Papa melihatku memandangi pemandangan kota di balik kaca spion mobil. "Sudahlah, liburan akhir sekolah besok, kita akan pulang ke kampung," tegur Papa. Papa seakan tahu apa yang sedang kupikirkan. Aku menjawab hanya dengan senyuman.
Aku bersumpah! Aku lebih menyukai kehidupan di desa daripada di kota. Mungkin karena pemandangannya lebih asri.
Setelah bercakap singkat dengan Papa, aku kembali memandangi kaca jendela mobil dengan tatapan kosong.
***
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENCE
Teen Fiction~ Ketika diam berbicara, terlukislah sebuah kenangan indah ~ Namaku Flaurriell Charlist. Lima belas tahun. Kelas sepuluh. Perempuan. Hidupku tak sebahagia hidup orang-orang kebanyakan. Aku memiliki banyak masalah. Mulai dari keluarga hingga balik la...