Sore itu, di langit, senja telah muncul bersama dengan awan kemeraan oranye yang semakin bergerombol. Angin yang bertiup sepoi sepoi, meniup kertas not lagu yang berserakan di ruang di ruang musik. Aku dan Ivanna yang tengah memegang gitar club, duduk berhadapan dengan Ferro yang juga memegang gitar berwarna hitam pekatnya itu.
Sesuai dengan permintaan pak Ratno, Ferro mengajari kami kunci dasar gitar. Ferro menunjukkan cara memainkan kunci C yaitu jari telunjuk di senar 2 fret 1, jari tengah di senar 4 fret 2, dan jari manis di senar 5 fret 3.
Saat aku tengah mempraktekkan kuncinya insting vampirku seolah mengakatan bawa Ferro tengah menatapku. Dengan rasa penasaran, aku pun melihat ke arahnya. Dan mata kami pun bertemu. Kami pun bertatapan cukup lama, dan sadar bahwa Ivanna tengah menatap kami dengan tatapan yang tajam.
"Kak bisa dilanjutin gak?" Ucap Ivanna kesal.
Ferro pun memilih untuk melanjutkan bimbingannya. Sepanjang latihan aku sempat beberapa kali meliriknya, dan kurasa dia juga. Di akhir latihan kami sudah menguasai kunci C, D, E, F, G, A, dan B.
Ferro kemudian melihat arloji hitam ditangannya yang menunjukkan jam 17.35. Lalu mengakhiri latihan dan menyuruh kami untuk pulang. Aku pun mengucapkan terima kasih pada Ferro dan memutuskan untuk pulang dan meninggalkan Ivanna dan Ferro berdua. Aku berjalan melewati lorong kelas yang sudah hampir sepi untuk sampai ke gerbang sekolah. Ternyata sopir ku sudah menunggu di depan.
Aku membuka pintu mobil avanza merah itu dan masuk. Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan Ivanna yang mengacaukan momen ku tadi dengan Ferro. Apakah mungkin aku menyukainya? gak, gak, gak, gue gak mungkin suka sama ferro. Aku pun memutuskan untuk tak memikirkannya dan kembali memainkan ponselku.
Di rumah 21.00
Setelah makan malam, aku pun membantu Tania mengerjakan PRnya. Setelah itu aku kembali merebahkan tubuhku di kasur dan memejamkan mataku. Tiba - tiba muncul dering notifikasi dari Whatsapp. Aku pun mengambil ponselku yang terletak di meja kecil di samping kasur dan membuka notifikasi tersebut, ternyata notifikasi dari Ferro.
Ferro: Lagi napain lu?
Valerie: Kepo bet dahh
Ferro: Emang salah ya gw nanya gitu
Valerie: Iy salah. Banget.
Ferro: Btw nnti kalian tampil make lagu apa?
Valerie: Kepo ih.
Ferro: Gw kan nanya doang
Valerie: Oo
Ferro: Lah pertanyaan gw ga dijawab -_-
Valerie: Kayaknya sih Someone you loved
Ferro: Punyanya Lukas Graham ya?
Valerie: ITU LOVE SOMEONEEE
Ferro: Eh bukan ya, lalu punya siapa
Valerie: Lewis Capaldi
Ferro: Udah tau kuncinya?
Valerie: Belom nyari
Ferro: Gue buatin deh
Valerie: Emang bisa?
Ferro: Ya bisa lah, besok gue buatin
Valerie: Lo sendiri pake lagu apa?
Ferro: Cie.. kepo nih yee
Valerie: Iyain.
Pesanku tidak dibalas lagi olehnya.
Hari demi hari, aku dan Ferro menjadi semakin dekat. Bermula dari Chat tiap hari dan kami pun semakin sering berbicara di sekolah tanpa sepengetahuan Ivanna.
Itu semua semakin meyakinkanku bahwa aku menyukainya dan Ferro juga menyukaiku.
BERSAMBUNG..
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Semoga kalian suka 💫Jangan lupa vote yaaa 🙌
Next part otw..
KAMU SEDANG MEMBACA
Valerie (end)
Teen Fiction• Bagaimana rasanya menjadi vampir setengah manusia? Ini karya pertamaku... Jangan lupa votee kalo suka semoga kalian suka 💖 note: bila ada kesamaan karakter, nama, watak dll mohon maaf saya tidak berniat meniru IDE CERITA INI BERASAL DARI OTAK SA...