Tiga Puluh Dua

264 35 8
                                    

Jangan lupa vote dan komen terlebih dahulu ya. Terima kasih

♡ ♡ ♡

The Alpana berkumpul di rumah Agasa hari ini mereka dibuat geger oleh rekaman kecelakaan Mahera—ketua geng mereka kecelakaan dengan sangat miris dan membuat siapa pun yang melihat akan emosi.

"SIALAIN! BETELGEUSE SIALAIN!"

"INI PASTI MEREKA. GUA YAKIN BANGET MEREKA!"

"Sabar Bro, jangan main hakim sendiri," Davindra mencoba menenangkan Afat.

"Gua gak main hakim sendiri! Lo gak liat jaket yang dia pake?!"

"Sama woy! SA ... MA!" cakap Afat dengan meradang.

Afat mengebrak meja dengan napas memburu. Dada bidangnya naik turun. Raut wajah Afat sangat marah. Usai melihat rekaman cctv mengenai sebab mengapa Mahera bisa menjadi seperti sekarang. Rekaman tersebut dapatkan oleh Renu dari cctv yang berada di sebuah cafe dan jalanan.

"Kita harus kasih perhitungan sama mereka!" ucap Afat sambil mengetukkan jari telunjuk dengan berapi-api di atas meja.

"Betul itu, setuju gua!" jawab Sambara sambil memasukkan keripik pisang ke dalam mulut.

"Heh lo! Celamitan!" kelakar Sambara yang tidak terima Agasa mengambil keripik pisang tanpa izin.

"Bagi kenapa sih! Pelit amat!" bela Agasa.

"Bodo amat!" Sambara melotot, membuat Agasa ciut. Mata Sambara sangat sangar  jika melotot. Matanya seakan ingin keluar dari tempatnya.

"Ini rumah gua perasaan. Dan ini kripik pisang gua juga perasaan," cibir Agasa.

Afat memejamkan mata sejenak.
"Lo berdua bisa diem, ga?!" tegur Afat sentimen.

Mendengar teguran dari Afat— Sambara dan Agasa langsung terdiam. Tidak enak hati, sebab di rumah Agasa bukan hanya ada The Alpana, tetapi ada beberapa siswa Valletta Nusantara. Mereka adalah anggota cadangan yang akan selalu membantu.

"Karena mereka, Mahera masuk ruang ICU! Kita gak bisa diem aja!" ungkap Afat membara.

Seluruh anggota The Alpana menatap Afat dengan serius. Tangan Afat terkepal dengan kuat sehingga buku-buku jari tangannya otomatis tercetak dengan jelas.

"Jadi, kapan kita buat perhitungan sama mereka?" tanya Neil.

"SEKARANG AYOK!" kata Rizky bergelora.

"AYOK KUY!" Sambara memanas-manasi.

"KUY!!" perintah Afat. The Alpana dan para anggota cadangan dari siswa Valletta Nusantara pun segera berdiri keluar dari rumah Agasa dan menuju motor masing-masing.

Gemuruh suara motor yang saling beriringan yang cukup memekakkan telinga memecah keheningan. The Alpana mengendarai motor dengan cepat mebelah jalanan Jakarta yang saat itu sepi. Mereka tampak tidak sabar untuk segera sampai di basecamp Betelgeuse. Cukup setengah jam saja mereka telah sampai di tempat tujuan. Sesampainya di basecamp Betelgeuse, mereka dengan cepat turun dari motor. Afat melihat beberapa motor sport berwarna merah yang terparkir dan berjejer rapi di basecamp Betelgeuse. Menandakan mereka berada di basecamp.

Lukisan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang