Wkwkw belum ada yang jawab? Ntar aku bocorin deh.
***
Luna tersenyum melihat dua kertas itu. Luna pikir dia tidak bisa masuk ke universitas negeri impian, karena nilai dia selama ini rendah.
Jika seandainya orangtua Luna melihat ini, reaksi mereka bagainana ya?
Senang?
Sedih?
Apa gue harus beritahu ke mereka ya?
Batin Luna.Ceklek
Dean masuk kedalam kamar Luna. Dengan membawa nampan diatasnya piring dengan makanan tertata rapi serta air putih.
"Lun, dimakan dulu nih. Tadi ga sempat makan kan?"
Luna meletakkan kertas dan hp nya, beranjak dari kasur ke sofa, tempat abangnya berada.
"Badan mu makin kurus. Apa kata orang nanti jika mereka tahu kalau aku tidak becus ngurus anak orang."
Luna mendengus mendengar ucapan abangnya barusan. Emang dia kurusan apa? Malah teman dia sendiri bilang kalau Luna mulai gendut. Heran.
Setelah selesai makan, Luna beranjak dari sova, mengambil dua kertas itu dan hp nya, dan kembali duduk dekat abangnya.
"Bang."
"Hm."
"Apa, Luna kabari mom dan dad tentang surat ini?"
Mendengar pertanyaan adeknya itu sontak membuat Dean kesal. Ditatapnya Luna dengan pandangan tajam, mengisyaratkan tidak.
"Kenapa bang natap Luna seperti itu? Luna ada salah?"
Dean menghela nafas kasar. Berdiri dari sova dan mengambil piring serta gelas kotor itu.
"Abang ke dapur dulu."
Setelah itu Dean menghilang dari balik pintu.
"Apa pertanyaan gue tadi salah ya? Kenapa tiba-tiba bang Dean marah?"
***
Belakangan ini dad melihat istrinya berada di dalam kamar Luna. Duduk menyendiri sambil memandangi foto Luna. Dan kali ini, dari pagi sampai sore istrinya tetap di dalam kamar. Bahkan tidak keluar kamar untuk makan pagi dan siang.
Dad khawatir. Apalagi istrinya terlihat kurus. Tiap malam mimpi sambil nangis. Nyebut nama Luna berkali-kali dan minta maaf. Apa mungkim ini efek karena sudah lama Luna pergi?
Kasihan kalau ini dibiarin terus menerus. Ingin rasanya menemui Luna dan membujuk anaknya untuk balik. Namun ego dan gengsinya mengatakan tidak perlu.
Kali ini, dia mencoba untuk bujuk.istrinya makan. Kalau tidak mau, mungkin ajak jalan-jalan atau makan diluar bisa mengurangi sedikit kesedihannya. Asalkan istrinya mau makan dan bisa tersenyum, dia juga ikut bahagia.
"Sayang." mom tersadar lalu meletakkan foto Luna diatas meja.
"Ayo makan dulu, gak cape duduk disini terus? Kamu belum makan loh."
"Belum lapar dad. Duluan aja. Nanti mom nyusul." sudah Dad duga, pasti istrinya menolak.
"Kalau jalan-jalan? Sekalian makan diluar. Kan semenjak punya anak kita gak pernah Qtime berdua." bujuknya lagi. Berharap istrinya luluh.
Mom menggeleng lemah. Lagi dan lagi dia menolak ajakan suaminya. Kalau begini terus yang ada istrinya jatuh sakit.
"Kamu maunya apa? Kamu gak capek begini terus hm?"
"Gak mau apa-apa dad." mom mengambil foto Luna. Mengusapnya lembut, dan tersenyum. Membayangkan bila yang dia usap adalah wajah lugu Luna. "Gimana ya kabar dia sekarang? Gimana sekolahnya?" tanya mom.
Dad mendengus kesal mendengar ucapan mom nya. Kenapa tiba-tiba istrinya seperti ini?
Lama-lama ia jengkel melihat istrinya seperti ini.
"Kamu maunya apa sih? Disuruh makan gak mau." kesal, dad keluar dari kamar itu. Membiarkan istrinya makan sendiri daripada harus lihat istrinya. Bisa-bisa dia ilang kendali dan membentak istrinya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...