Yuju terkejut dengan pernyataan Kai yang tiba-tiba. Mereka bertatapan sedikit lama. Yuju berusaha mencari celah dari manik mata Kai.
'Apakah dia benar-benar gila?' Tanya Yuju dalam hati.
"Gue tau ini rasanya mendadak dan tiba-tiba. Gue juga bingung harus jelasin darimana" imbuh Kai.
Yuju meraih sekaleng air soda yang tadi diletakkan Kai di meja, tepat di depan Yuju.
Selesai membasahi tenggorokkan nya, Yuju mulai menanggapi pernyataan Kai.
"Maaf, sebelum ini makin jauh. Gue cuma bisa bilang kalau sekarang gue ga mau terikat sama suatu hubungan dan mungkin..." Yuju memberi jeda sesaat untuk kembali menatap mata Kai yang mulai berubah maniknya.
"Mungkin kita bisa temenan aja" tambah Yuju.
Kai memalingkan wajahnya, sesekali ia menangkupkan kedua tangannya, menutupi wajahnya dengan ekspresi yang tak dapat digambarkan.
Cukup lama mereka terdiam, berkecamuk dengan pikiran dan perasaan masing-masing.
"Gue tunggu" tiba-tiba Kai bersuara, ia meraih kedua tangan Yuju dengan lembut. Mereka saling berhadapan "Gue tunggu sampe lu mau nerima gue jadi pacar lu, kapanpun itu".
Yuju terenyuh melihat sikap Kai yang berubah lemah, genggaman tangannya yang tiba-tiba penuh perasaan dan kasih sayang membuat Yuju luluh seketika.
Ada rasa sedih yang tak mampu digambarkan mereka berdua malam itu.
Hingga keduanya terpisah dengan janji yang akan senantiasa menunggu diujung pintu hati Yuju.
Yuju kembali ke dorm dengan tatapan flat. Semua member sudah tidur saat Yuju datang.
Keesokan harinya Yuju memutuskan untuk tidak masuk kuliah sehari, dengan alasan tidak enak badan.
Yuju memang tipe orang yang moody-an. Kalau ada hal yang ribut didalam pikirannya, pasti segala sesuatu yang dikerjakannya akan sia-sia.
Sowon masuk ke kamarnya dengan secangkir coklat hangat ditangannya.
"Minum dulu nih. Kalau udah siap cerita, nanti malam dateng aja ke kamar unnie"
"Mmm" jawab Yuju. Kemudain Sowon berlalu keluar kamar Yuju.
Ponsel Yuju berdering, nama pemanggil menampakkan kesan yang akrab.
Dokyeom Calling
Mau tak mau Yuju harus mengangkat panggilan darinya, kalau tidak mungkin besok ia sudah tak dapat melihat senyum sahabatnya itu.
Yuju: Hallo
Dokyeom: Lu kenapa dah?
Yuju: Gaenak badan aja
Dokyeom: Tumben sakit
Yuju: -huening-
Dokyeom: Iyadeh buruan sembuh
Yuju: Iyaa
Dokyeom: Dah ya
Tut.. tut.. tut... Pemanggil diseberang telepon mengakhiri panggilan terlebih dahulu.
Yuju kembali berkecamuk dengan pikirannya, entah antara iya atau tidak.
Ia mulai memikirkan tentang kehidupan asmaranya juga. Ya, meski hanya sekilas.
Tapi tetap saja Yuju mempertegas keputusan akhirnya untuk tetap seperti ini saja.
Tak ada orang spesial apalagi hubungan, ia hanya berharap Tuhan memberinya nasib yang spesial.