BAB 3°

25 4 3
                                    

Aku menghela nafas lega saat sampai di sekolah, beruntungnya hari ini aku tidak terlambat. Semalam aku mengerjakan banyak tugas dan baru dapat tidur pukul 01.30, ditambah lagi hari ini aku harus datang pagi-pagi buta karena aku kedapatan bertugas jaga di depan gerbang.

Biar kujelaskan, jadi di sekolahku memiliki jadwal Satgas(Satuan Petugas) yang memiliki tugas untuk merazia siswa-siswi yang tidak memiliki atribut lengkap dan melanggar aturan sekolah. Petugas ini dipilih berdasarkan peringkat 10 besar yang ada ditiap-tiap kelas, nantinya kami akan menyetorkan data-data siswa tersebut ke OSIS.

"Kanya,Akhirnya lo dateng juga! Kemaren kenapa gak masuk?" cerca Hanin yang duduk di sebelahku, sambil berkutat dengan tugas fisika.

Aku yakin pasti semalam ia langsung tidur tanpa berniat mengerjakannya dan sengaja datang pagi-pagi untuk menyelesaikannya di sekolah. Kebiasaan para pelajar bukan?

"Panjang ceritanya. Lo belum ngerjain tugas?" tanyaku balik.

Hanin menyengir. "Belum, susah...."

"Mau liat punya gue?" tawarku yang langsung dibalas anggukan dengan Hanin.

"Ambil aja di tas ya, gue mau jaga dulu di gerbang"

Aku melangkahkan kakiku keluar kelas bergegas menuju ke gerbang depan.

"Hai Ghin!" sapaku pada Ghina anak kelas 11 IPA 1 yang dikenal akan kecerdasannya. Kebetulan aku dan Ghina memiliki jadwal jaga yang sama.

"Halo Nya" balasnya sambil tersenyum ramah.

"Anak-anak udah pada dateng?"

"Masi sepi nih. Oh iya, lu mau jaga di gerbang depan atau belakang?" ujar Ghina.

"Yang mana aja deh gue ngikut aja"

"Lo jaga gerbang belakang ya?"

Aku mengangguk dan segera melancarkan tugasku menuju gerbang belakang. Sebenarnya aku tidak menyukai pekerjaan ini, aku malas berhubungan dengan banyak orang, apalagi hingga menegur mereka hanya karena suatu kesalahan.

Sekolah memiliki dua gerbang masuk. Gerbang utama berada di depan sekolah, biasanya guru-guru dan murid-murid yang datang tepat waktu datang melalui gerbang itu. Sedangkan gerbang kedua adalah gerbang yang berada di belakang sekolah, dekat tongkrongan anak-anak yang dikenal akan kebadungannya. Jadi, rata-rata siswa yang melewati gerbang tersebut sudah dipastikan merupakan anak-anak yang suka telat dan melanggar aturan.

Huh.

"Kak, maaf gespernya mana ya?"

Saat ini aku sedang berhadapan dengan salah satu seniorku yang aku ketahui dari bet kelas yang terpampang jelas di bahu sebelah kirinya. Perempuan ini tidak menggunakan gesper, rok ketat, tidak lupa dengan make up yang menor abis.

Ia menatapku sinis."Ketinggalah di rumah"

"Namanya siapa kak dan kelas berapa?" tanyaku berusaha mungkin untuk menyembunyikan emosi.

"Milea" ujarnya asal.

Aku memicingkan mataku, sempat-sempatnya ini orang ngajakin bercanda."Kak saya serius" tegasku.

"Aelah ribet lo ! Gue Namira, 12 IPS 3" katanya lalu pergi meninggalkanku.

See? Itulah mengapa aku sangat membenci pekerjaan ini. Apalagi harus merazia kakak kelas, pasti mereka akan merasa harga diri mereka jatuh.Tapi jika aku tidak melaksanakannya, aku akan dicap sebagai siswa yang tidak bertanggung jawab.

"Dek, dasinya kemana?" kali ini ku bertanya pada adik kelas laki-laki.

"Lupa Kak" jawabnya dengan wajah yang dibuat-buat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akselerasi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang