"Alyssa Billa!" teriakku di pintu kereta. Dia menoleh perlahan dan kembali tersenyum lalu melambaikan tangan. Aku malah tertawa dibuatnya. Perlahan Aku turun dari kereta lalu berjalan menujunya. Dia hanya terdiam dan memperhatikanku. Bahkan ketika Aku melewatinya, dia tetap diam saja.
"Mau jalan-jalan pagi atau diam saja di situ?" tanyaku singkat.Kami berjalan beriringan, stasiun ditinggalkan beserta kumpulan manusianya. Sekarang terbalik, giliran Aku yang bercerita dan sesekali dia tertawa. Untuk ukuran perempuan cantik, dia pendengar yang baik.
Di persimpangan, dia berhenti berjalan lalu masuk ke warung pinggiran. Aku ikut saja. "Bu, paket sarapannya dua yaa." Hanya itu saja yang dia ucapkan sebelum mengisi kursi di pojokan. "Rumah kamu di daerah sini?" tanyaku kembali membuka obrolan, hanyut dalam nyaman lalu senantiasa diteruskan.
Selepas menyantap sarapan dan berkompromi, akhirnya kami sepakat kembali berjumpa di Gerbang Gedung Sate dan sekarang Aku sudah di sini. Lumayan lama menunggu, dia tiba dengan mobil negara. Rambut terurai, dress selutut tanpa lengan diakhiri dengan sepatu flat shoes putih polos. Begitulah kira-kira penampilannya.
"Kok kamu ngeliatnya gitu?" tanyanya ketika tepat di depanku. Aku hanya diam saja. "Oh itu. Iya, Ayahku salah seorang pejabat daerah. Jadinya pake mobil dinas." jelas dia. "Bukan, kamu sangat cantik." kataku menjawab pertanyaan pertamanya. "Ih gombal." katanya lagi sambil tersenyum.
"Buat Aku, tempat ini kaya akan inspirasi. Makanya Aku ngajak kamu kesini." jelasnya selepas kami berjalan beriringan dan tiba di Taman Gasibu. "Mungkin tulisannya gak akan seindah cerita kamu di gunung." katanya lagi.
"Nanti sore ngopi yuk?" ajakku. Dia hanya tersenyum, menggelengkan kepala lalu kembali menulis. (Bersambung)
**
-Bisu Gasibu-
Aku rasa ini akhirnya,
Sesak menumpuk
Lamat-lamat hati tertusukTerlampau berharap
Buatku meratap
Hati merana
Jiwa meronta-rontaSedang kamu membisu
Dalam dekap Gasibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namanya Alyssa Billa
Fiksi RemajaAlur yang hidup bekerja secara acak. Kita manusia kerap kali dihadapkan dengan ketidaksengajaan. Kadang terasa indah, tak jarang jadi musibah. Dan sekarang aku mengalaminya. Sebuah ketidaksengajaan.