"ka... kalo misalnya suatu saat nanti lo punya pacar, lo masih bakal care sama gue ? apa lo akan selalu ada buat gue lagi ? atau lo bakal pergi ninggalin gue ?"
Pertanyaan Ensley secara tiba-tiba membuatnya terdiam. Gavie pun bingung dengan diri sendiri, akankah dia selalu ada untuk gadisnya ataukah dia akan pergi untuk wanita yang dia cintai dan memilih untuk melupakan gadis yang selama ini selalu ada untuknya.
Gavie masih terdiam dengan pikirannya saat ini. Ia bingung harus menjawab apa, dia enggan membuat Ensley sedih.
'diamnya lo membuat gue yakin, jika suatu saat nanti lo bakal pergi ninggalin gue'batin Ensley
"kalo kaka gak bisa jawab gapapa, sorry pertanyaan gue yang mendadak" ucap Ensley pada akhirnya
"Enss... percayalah sama kaka, kaka akan selalu ada buat kamu. kamu sendiri taukan selama ini kalaupun kaka punya pacar, kaka selalu memprioritaskan kamu dan gue pernah bilang kan kalo kamu adalah wanita yang aku sayangi setelah nyokap gue" hibur Gavie dengan Bahasa yang lebih halus
" iya sorry, gausah dipikirin pertanyaan gue sekarang lanjutin lagi aja perjalanannya."ucap Ensley mencoba mengakhiri percakapan.
Sesampainya mereka di mall, mereka langsung masuk ke dalam. Sepanjang perjalanan banyak yang memperhatikan dan membicarakan mereka. Ada yang membicarakan tentang betapa serasinya mereka dan bahkan ada yang mengjudge Ensley. Mungkin mereka iri karena dia berjalan dengan Gavie yang mungkin terlihat sempurna di depan mata perempuan.
"eh liat deh mereka, ko cowonya mau sih pacarana sama cewe kaya gitu"ucap salah satu pelanggan yang berada di dekatnya.
"iya kayanya cowonya di pelet deh, cewenya juga cantik paling-paling dia oplas atau ga dempul doang tuh"ucap teman pengunjung tadi
Perkataan itu membuat mood Ensley hancur. Gavie yang menyadari sikapnya yang berubah langsung merangkul Ensley layaknya seperti seorang pria yang membujuk pacarnya yang sedang marah.
"udah gausah di dengerin"ucap Gavie lembut. Dan menjauh dari orang-orang tadi
"mau beli apa hm ?"tanya Gavie
"udah ga mood, pulang aja yu"ajak Ensley
"engga... masa kita udah sampe sini mau pulang dengan tangan kosong"ucap Gavie tidak terima dengan ajakanya. Gimana kalo kita beli ice cream favorit kamu" ujar Gavie yang diberi anggukan oleh Ensley
Setelah mendapatkan ice cream, mood Ensley berubah yang tadinya hanya diam dengan wajah badmoodnya sekarang berubah dengan wajah ceria.
"ko kaka ga beli juga ?" tanya Ensley saat menyadari bahwa cup yang di bawa Gavie hanya satu
"abis uangnya di beliin buat kamu doang"canda Gavie
"ihhh...jangan bohong"ucap Ensley kesal dan menyendok Ice creamnya untuk Gavie "nih buka mulutnya"
"tuh kan mending juga beli satu, jadi bisa di suapin"
Ensley mendelik malas mendengar yang di ucapkan Gavie.
"udah ini mau kemana ?" tanya Gavie
"emmm... mau main, shopping terus terakhir makan" ucap Ensley yang langsung disetujui Gavie.
Ensley selalu bahagia jika ia sedang berjalan berdua denga Gavie. Ketika dia dengan Gavie, dia selalu berharap bahwa harinya jangan cepat berlalu.
Gavie benar-benar menepati janjinya, ia menuruti apapun yang Ensley mau. Bahkan Gavie membelikan Ensley beberapa baju yang dia inginkan. Dan sekarang mereka sudah di depan rumah Ensley.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIE
Teen FictionGavie Adhlino Altezza Siswa paling populer disekolnya, karna ketampanan yang ia miliki. Bukan hanya tampan, ia memiliki sifat : ✔ Dingin ✔ Cuek ✔ Egois Tapi tidak berlaku untuk Ensley, semua sifat itu hilang berubah menjadi lelaki yang hangat, perh...