"Kenapa ga ada yang bilang sih kalo udah masuk?"
Gadis dengan surai panjang itu berulang kali merutuki teman - teman se-organisasinya. Pasalnya tidak ada yang memberitahu dirinya bila kelasnya sudah dimasuki wali kelas.
Asmanya Raisa, siswi dengan jabatan wakil ketua osis itu dengan tergesa-gesa keluar dari aula dan hendak pergi ke kelasnya.
Dan benar saja, saat ia sampai di depan kelas langkahnya kontan terhenti. Maniknya bertatapan dengan puluhan pasang mata yang kini tengah memandanginya. Tak terkecuali sepasang mata dari seorang lelaki separuh baya yang ia yakini akan menjadi wali kelasnya setahun ini.
"Maaf, Pak. Saya terlambat, tadi baru selesai mengurusi kegiatan orientas-"
Lelaki itu mengangguk membuat perkataan Raisa terinterupsi. Kemudian beliau mempersilakan Raisa masuk kelas.
Gadis itu mengangguk sopan. Tungkainya terus melangkah hingga ia tertuju pada bangku tanpa meja di pojok belakang kelas.
Tanpa pikir panjang, Raisa menduduki bangku itu, membuat semua penghuni kelas menaruh atensi kepadanya.
"Raisa, ngapain di sini?" interupsi satu siswi kala Raisa baru saja menduduki kursi itu.
"Hah? Gue duduk di sini, soalnya kan ga ada bangku kosong," elak Raisa.
"Itu di sebelah Soraya ada bangku kosong kok, Sa," ujarnya menunjuk bangku gadis yang tengah sendirian mendengarkan ucapan wali kelas itu.
Raisa lantas menepuk dahinya. BODOH! BODOH!
Pantas saja semua orang memandanginya aneh, ternyata ada bangku kosong dan itu tak tampak di mata Raisa? Terlebih itu bangku di sebelah Soraya?
Bibirnya berkomat - kamit mengujarkan segala sumpah serapah atas perbuatan konyolnya seraya beranjak dari kursi itu. Perlahan ia jalan menuju bangku di sebelah Soraya.
Semua pasang mata terampas atensinya pada Raisa yang sedang menahan malu atas perbuatan konyolnya. Tak terkecuali satu pemuda yang sedang bergumam melihat Raisa.
"Bodoh," lirih pemuda itu.
Raisa dengan begitu perlahan duduk di sebelah Soraya. Saat pandangan mereka bertemu, Raisa hanya tersenyum canggung, begitupun Soraya.
Memang ada apa dengan Raisa dan Soraya? Raisa punya histori kurang baik dengan Soraya. Lebih tepatnya saat mereka masih duduk di kelas 11.
Raisa yang kala itu diutus untuk berkoordinasi dengan Tim Paskibra sekolah sedang pusing - pusingnya mengatur segala kegiatan.
Mungkin Tim Paskibra yang merasa kurang diperhatikan dalam gladi resik merasa kesal dengan Raisa, terlebih Soraya yang berujar, "OSIS gak berguna!" pada Raisa yang sedang lelah pikiran, tenaga, juga hati kala itu.
Raisa yang sudah menahan emosinya pun meledak - ledak. Tanpa pikir panjang, gadis itu membalas ujaran Soraya.
"DARIPADA ELO! BADAN DOANG TINGGI OTAK SAMA MULUT KAYAK GAK DISEKOLAHIN!"
Dan tahu apa yang selanjutnya terjadi? Soraya sakit hati, ia berlari menuju kelasnya dengan menahan tangisnya. Kala itu nama Raisa terkenal di jajaran anak 11 MIPA 1 karena telah membuat Soraya menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Youth
Teen FictionKisah sekolah Raisa dengan para pemuda yang singgah-pergi dari hidupnya. marchievers, 2O22.