03

6.3K 521 14
                                    

"ayo kembali"

Pelipis penuh dengan keringat dingin, dahinya terus berkerut tak nyaman, tarikan nafas yang tidak teratur. Tidur pemuda itu lagi lagi harus terganggu kala mimpi itu kembali datang. Memaksa dirinya untuk bangun lebih awal karena sudah tak tahan menahan sesak, bangkit dan mendudukan dirinya dengan tertatih.

Jaemin menarik nafasnya dalam dalam lantas menghembuskannya perlahan, melakukannya berulang ulang sampai ia merasa nafasnya kembali normal. Pemuda bersurai legam itu hanya bisa berdecak kesal karena tidurnya selalu terganggu hanya karena mimpi yang bahkan ia tak tau alasan mimpi itu terus hadir dalam tidurnya.

Orang orang bilang mimpi itu bunga tidur, terkadang mimpi datang bisa saja adalah peristiwa lampau yang pernah di alami sebelumnya, atau kejadian acak dengan orang orang yang dikenalnya di kehidupan nyata. Tak jelas apa kejadian yang ada di mimpinya, namun bersama orang orang yang ia kenal, itu cukup masuk akal. Lalu bagaimana dengannya? Apa mungkin ia mengenali wanita itu? Bahkan jaemin tak mengenali suaranya, tidak mungkin itu ibu panti karena ia sangat jelas mengenal suara ibu, sangat berbeda dengan suara wanita dalam mimpinya.

Sekali lagi pemuda itu mendengus kesal, waktu masih terlalu dini untuk bangun, akan tetapi tak ada gunanya ia kembali berbaring, jaemin sudah pasti tidak bisa untuk kembali terlelap, mimpi itu menghancurkan tidurnya, lagi.

Dengan perasaan dongkol, jaemin turun dari ranjangnya lantas melangkah keluar. Biar nanti ia membereskan rumah, jaemin memilih untuk menenangkan diri terlebih dahulu.

Pemuda itu membawa langkahnya keluar, menghirup udara dingin pagi itu, ah entahlah apa jaemin harus menyebutnya pagi di saat jarum jam masih menunjukan pukul 3 dini hari. Baiklah tak peduli itu pagi atau malam, yang jelas udara nya dingin. Namun begitu, jaemin tak mengurungkan niatnya untuk sekedar berdiam diri di atas dipan di luar, ia juga tak peduli dengan dipan yang terasa basah karena embun.

"Kembali kemana?" Gumamnya entah pada siapa, mungkin pada embun yang membasahi permukaan dipan?

Jaemin mendongakkan kepala, menatap langit yang saat itu di penuhi dengan bintang, ia hanya tersenyum tipis. Sampai saat ini, jaemin masih percaya bahwa orang yang telah pergi akan menjadi bintang. Baiklah, mungkin sebagian orang menganggap itu tak masuk akal, menganggap itu  hanya sebuah bujukan pada seorang bocah yang ditinggalkan, namun jaemin di usianya yang berjalan 18 tahun, ia masih mempercayainya, atau mungkin akan terus percaya.

Jaemin tidak ingat seperti apa wajah mendiang ayahnya, ia hanya tau bahwa ayahnya telah pergi karena sebuah kecelakaan. Meski begitu, ia selalu yakin kalau sang ayah selalu mengawasi dirinya dari atas sana, memberi kekuatan hingga ia bisa bertahan hingga kini. Dari sini, jaemin hanya bisa meminta maaf karena melupakan hadirnya, dan ia juga hanya bisa berharap hari ia kembali akan segera tiba.

Terserah kembali kemana atau pada apa, jaemin sudah tak ingin mengerti lagi maksud wanita itu, namun definisi kembali baginya sekarang hanya satu, kembali pada ayahnya, hanya itu.

Bukanya jaemin menyerah, namun ia rasa hidupnya memang sudah tak memiliki tujuan yang jelas,  memangnya siapa lagi yang ia tunggu atau yang akan ia datangi? Karena yang jaemin tahu, ia hanya memiliki ayah yang sudah meninggalkannya. Ibu? Jaemin hanya memiliki ibu panti, ah jaemin sudah terlalu lama merepotkan ibu, ia rasa ia sudah tak seharusnya terus merepotkan wanita setengah baya itu.

Lalu ibu kandung? Jaemin tidak tahu ia masih mempunyainya atau tidak. Ibu panti tidak pernah menceritakan tentang ibu kandung jaemin sebelumnya, setiap ia bertanya pun beliau selau menjawab tidak mengetahui apa apa tentang ibu kandung jaemin.

"Hei bro, ngapain subuh subuh nangkring begitu?"

Seketika jaemin membuyarkan lamunannya, menolehkan kepala ke arah sumber suara hanya untuk mendapati sosok yangyang yang tengah berdiri di sebrang sana dengan handuk tersampir dipundaknya. Tetangganya itu berjalan maju, sampai ia sampai pada pembatas halaman, lantas dia menyengir kuda seperti biasa.

My Page | NaJaeMin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang