Oke perkenalkan namaku Suci Ferawati, umurku akan memasuki 21 tahun.Aku anak ke 4 dari 9 bersaudara.Maaf jika cerita ini sedikit tidak masuk diakal kalian.
Aku terlahir dari keluarga yang bisa dikatakan kurang harmonis, adakalanya aku seperti tidak dibutuhkan dikeluargaku.Aku seperti berbeda dari saudara-saudara ku.Aku terlalu pendiam hingga tak satupun keluarga ku mengerti betapa hancurnya psikis ku.Aku perempuan yang sangat rapuh namun tidak ingin terlihat rapuh oleh siapapun termasuk keluarga ku.Aku perempuan yang teramat sangat menginginkan kasih sayang namun dianggap sebagai benalu.Aku perempuan yang sangat suka memberi kekuatan kepada orang lain namun tak memiliki kekuatan untuk menghadapi masalah ku sendiri.Aku sering menyembunyikan tangisku didalam senyumku.
Bukannya aku tidak mau bersyukur kepada yang memberi kehidupan,namun kehidupan ku sangat teramat menyiksa batinku.Pernah suatu ketika aku berada didalam masalah yang rumit aku berpikir untuk mengakhiri hidupku.Ya,bodoh bukan ? Namun semua itu terabaikan begitu saja.Hingga suatu hari datang seorang pria yang sama sekali tidak pernah terlintas dipikiran ku.Pria yang sama sekali tidak pernah kubayangkan sedetikpun.Ya,dia bernama Riski Bastomi.Kakak kelasku sewaktu SMA,umurnya satu tahun di bawahku sebenarnya.Hari berlalu begitu saja.Dia sering menjemput ku sewaktu pulang sekolah dan mengajak ku makan di warung bakso langganannya.Dia pria yang tidak bisa romantis, sekalipun romantis itu hanya bertahan beberapa menit saja.Haha...aku kadang masih suka tertawa geli jika mengingat itu semua.Awal kita bercakap lewat komentar di Facebook dan dia memberanikan diri menyapaku lewat messenger.Awalnya ku kira semua berjalan baik-baik saja.Sampai akhirnya dia memutuskan mengakhiri hubungan ini hanya karena alasan bahwa ibunya tidak suka jika dia menjalin hubungan dengan orang yang usianya lebih tua darinya.Aku bisa memaklumi itu.Bahkan aku sudah mengiranya diawal-awal hubungan kita.Namun mengapa baru setelah kita menjalin hubungan dua tahun dia mengatakan itu.Hatiku hancur,namun tak ku perlihatkan kepadanya.Aku kecewa namun aku tak bisa berbuat apa-apa selain mengikhlaskan.Melawan takdir pun takkan mungkin, karena takdir tak pernah bertanya apa mau kita dan bagiamana kita kedepannya.