A Woman and Her Husband (4)

3.5K 345 41
                                    

Ayo kita cek tebakan kalian!

Siap-siap, ada tokoh baru yang gak kalah hot dari Rey lhooo 😂

* * *


Rey kembali sekitar lima menit setelah aku dan Amalie berpisah. Temanku itu mengatakan harus segera pulang demi anaknya. Tapi, dia akan selalu siap jika aku membutuhkan bantuannya. Aku benar-benar beruntung memiliki teman sebaik dia.

Tapi, aku tidak menceritakan tentang teman baikku itu pada Rey. Tidak setelah aku tahu dia berbohong tentang saudari kembarku. Atau dia memang tidak pernah tahu bahwa aku memiliki saudara kembar bernama Floretta Willis.

"Apa ada masalah dengan terapimu?"

Aku melirik sebentar pada Rey yang tengah mengemudi.

"Tidak ada," jawabku singkat, tanpa menatap wajahnya. Bagaimanapun, aku tetap kesal dan kecewa padanya.

"Tadi Dokter Adam bilang kalau kamu sepertinya mengingat seseorang yang menyebabkan kecelakaanmu. Apa benar?"

Aku menoleh cepat. "Kamu bertemu Dokter Adam?" Aku justru balik bertanya.

"Ya. Sebelum aku menemuimu di kafetaria, aku ke ruangan Dokter Adam dulu. Aku ingin tahu perkembanganmu. Jadi, apa kamu mengingat pelakunya?"

Aku tidak langsung menjawab pertanyaan Rey. Aku butuh berpikir sebentar.

"Jadi, kecelakaan itu disengaja? Ada yang ingin mencelakaiku?"

Kulihat dari samping, rahang Rey yang mengeras, menahan geram. Otot lengannya menonjol hingga pegangannya pada kemudi juga semakin kencang.

"Itu yang masih aku selidiki. Tidak ada saksi mata ataupun CCTV. Tapi dari hasil penyelidikan polisi, kemungkinan mobil yang kamu kendarai melaju di atas kecepatan normal. Kamu berusaha menghindari mobil dari arah berlawanan saat di tikungan. Akibatnya, mobilmu menabrak pembatas jalan." Rey masih menahan marahnya saat bercerita.

"Apa kejadiannya malam hari?"

"Ya." Rey menoleh cepat padaku. "Apa kamu meningat sesuatu?" Suaranya terdengar antusias.

"Bukan." Mendengar jawabanku, pandangan Rey kembali pada jalan di depan. "Tapi, kenapa aku malam-malam begitu berkendara sendiri? Sementara aku punya dua anak kecil di rumah."

"Aku tidak tahu, Flo. Kamu hanya mengatakan harus pergi ke suatu tempat. Tidak lama."

Keningku mengerut. "Untuk apa aku pergi?" Gumamku, tapi rupanya masih terdengar oleh Rey.

"Kamu tidak mau mengatakannya. Tapi, sebagai informasi. Dua hari setelah itu adalah hari lahirku."

"Maksudmu?"

Rey hanya mengangkat bahu. Gesturenya lebih santai sekarang.

"Aku berencana memberimu kejutan atau hadiah ulang tahunmu?" Tanyaku lagi. Dan Rey lagi-lagi mengangkat bahunya. "Apa aku tipe orang yang seperti itu? Suka memberi kejutan?"

"Well, awalnya kupikir kamu tipe yang pasif. Tapi, semakin mengenalmu. Aku tahu bahwa kamu sangat perhatian. Kamu tidak pernah melewatkan hari ulang tahunku. Selalu ada kejutan dan hadiah yang manis." Kulihat senyum Rey mengembang tanpa melihat padaku.

"Oh ya?" Heran sendiri, mengetahui karakterku yang ... tidak kuduga.

Rey menatap padaku dengan senyum lebarnya. "Ya, kamu adalah istri yang sempurna bagiku. Aku mencintaimu, Flo."

Aku berdehem mengusir gugup yang mendadak kurasakan. "Ya, aku tahu. Oh, lihatlah ke depan."

Aku lebih dulu memutus aksi saling pandang kami. Rey tergelak pelan sambil kembali fokus pada arah jalan. Meskipun jalanan ini sepi, jarang ada kendaraan yang melintas, kami tetap harus hati-hati.

LOVE - Book Of Romance StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang