•••
"Terimakasih." Hyunjin menjabat tangan bapak petugas pengangkut barang setelah semua kardus kardus yang berisi keperluan hidupnya diturunkan dari atas mobil.
"Sama sama, terimakasih juga telah menyewa jasa kami."
Setelah membayar dan juga saling melemparkan senyum terimakasih, bapak petugas tadi pun akhirnya pergi. Sebenarnya ia telah menawarkan diri ke Hyunjin tapi sayangnya Hyunjin menolak, sepertinya akan lebih baik jika ia mengerjakan sisanya sendiri.
Ah iya, hari ini merupakan hari kepindahan Hyunjin, lelaki tampan itu memutuskan untuk tinggal terpisah dari keluarga karena satu dan lain hal. Namun percayalah, Hyunjin sama sekali tak menyesal, ia justru sangat senang dengan keputusan ini.
"Hah...saatnya bekerja." Hyunjin melakukan pemanasan kecil sebelum mulai mengangkat banyak kardus kardus ke dalam rumah barunya, Hyunjin tahu ini akan menjadi pekerjaan yang sangat melelahkan, namun entah kenapa Hyunjin justru menikmatinya.
Punggung dan ototnya semakin pegal seiring dengan banyaknya kardus yang sudah berpindah. Meski hanya tinggal seorang diri tapi Hyunjin itu cukup ribet dan memiliki barang yang susah ia tinggalkan di rumah. Seperti kumpulan CD, PS dan juga puluhan komik miliknya. Iya, Hyunjin memang tidak sekeren kelihatannya.
Saat kembali ke luar untuk mengambil kardus terakhir, sekilas ekor mata Hyunjin menangkap sosok seseorang yang baru saja keluar dari rumah yang terletak persis di sebelah rumah barunya.
Ah tetangga baru.
Kebetulan sekali, lelaki yang jika tidak salah mungkin seumuran dengannya itu berjalan ke arah yang sama menuju ke rumah Hyunjin. Hyunjin sudah memperlambat gerakannya, berniat untuk menyapa guna membuat kesan ramah.
Hey ayolah, meski kelakuan Hyunjin terkesan bar bar dan juga brandal namun dia cukup memiliki attitude dan juga pengetahuan untuk berbaur dengan baik di masyarakat. Hyunjin juga tak sebrengsek itu meski di telinganya terdapat dua buah tindik kecil yang melubangi indra pendengarannya itu.
"Hey-" Hyunjin sudah memasang senyum terbaiknya, lelaki tersebut pun menoleh.
Lalu segera memalingkan wajahnya lagi.
Berjalan lurus dengan ekspresi datarnya.
Seketika muncul perempatan siku siku imajiner di kepala Hyunjin. Apa apaan tetangganya itu? Sangat sombong dan menyebalkan.
Tak mau ambil pusing, Hyunjin lalu mengangkat kardus terakhirnya masuk ke dalam rumah, tentu saja diiringi dengan dumelan tentang tetangga barunya. Meski Hyunjin tak terlalu suka bergosip namun sekarang ia sudah terlihat seperti salah satu biang rumpi, salahkan saja keheningan yang membuatnya bingung ingin melakukan apa.
Bukan salah Hyunjin juga jika pilihan akhirnya jatuh untuk menyumpah serapahi lelaki tadi.
"Haish...aku harap aku tidak terlibat urusan apapun dengannya."
Kau bebas berharap namun sepertinya takdir bukan ada di tanganmu.
To Be Continue
Apasih? :(
Hwalloooo...gue hanya ingin menyapa hehehe....
Hyunlix lagi nih, sebenernya mau publish kemarin sih tapi karena kendala beberapa hal, baru bisa up jam 1 pagi ini deh :>
Tertanda, 13/04/2020
Bee, selamat datang di Hyunlix world
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Rain [Hyunlix] ✔
FanfictionHyunjin hanya punya Felix, dan begitupun sebaliknya. Dominant : Hyunjin Sumbisive : Felix __________ Copyright © smuthieflx 13 April 2020