"Mad pulang, di jemput Didit?"
Madeline menoleh, menyimpan ponselnya ke saku seragam, lalu tersenyum dan menggeleng antusias.
"Nggak, bosen." Jawab Madeline, membuat kedua mata Elga menyipit, menyelidik.
Elizabeth, juga mulai curiga, tumben Didit ngga njemput? terus ni bocah pulang sama siapa? "Terus elo pulang sama siapa?" tanya Elizabeth dulu, membuat Elga melirik sekilas Elzabeth yang sama curiganya.
"Bian," Madeline tersenyum manis, Elga dan Elizabeth melebarkan mata, terkejut.
Ingin bertanya lebih lanjut, Bian datang keluar dari gerbang, menghampiri Madeline, Elga dan Elizabeth di depan halte, "Mad? udah siap?" tanyanya, sambil memberikan helm bogo hitam milik Madeline.
Elga dan Elizabeth semakin terkejut melihat semua yang kini tengah live di depan mata mereka. Elizabeth menahan sesuatu, panas. Dia mengibaskan telapak tangan di depan wajahnya, membuang wajah, beralih menatap per-empatan didepan yang terlihat ramai.
"Mad?" panggil Elga lirih, ingin meminta penjelasan.
Ingin menjawab Bian, Madeline menoleh mendapati kedua temannya yang berdiri, dengan kebingungan yang terlihat jelas, dan beralih menatap Elga, mengangguk meyakinkannya.
"Ayo Bi,"
Mengambil helmnya, memakai. Kemudian naik ke montor matic Bian, ngga romantis kan? yayalah bukan ninja. Elga akhirnya tersenyum, entah dia juga bingung, lalu setelah Madeline sedikit menjauhi halte depan sekolahnya, di bawa oleh motor matic Bian, dia melambai semangat dan berteriak heboh, "Jangan lupa nyabuk Mad! nggak nyabuk rugi!" Madeline menoleh, tersenyum dan mengacungkan jempolnya ke udara.
Elizabeth yang melihat itu semakin kesal, mengalihkan pandangan menatap Elga tajam, merasa risih, "Norak." Ketus Elizabeth.
Elga semakin tersenyum lebar, menjendul kepala Elizabeth, "Ngomong aja kali buk, kalau cembokur!" seru Elga, dengan tawa yang sekali lagi pecah.
Elizabeth membuang muka, menyembunyikan rasa gugup, dan mencoba marah.
"Halah udah ngga usah cembokur gitu kali, Bian bukan tipe Madeline."
Elizabeth menoleh cepat, menatap Elga aneh, yang di tatap justru tertawa lagi, lalu menepuk bahu kanan Elizabeth, "Gue udah tau Bet, sekarang kita masuk aja yuk!" ajaknya, menyeret Elizabeth masuk ke sekolah kembali.
Elizabeth diam, berfikir keras kenapa Elga bisa tau? padahal kata-kata anak bucin jaman sekarang, Elizabeth berada di dalam fase -mencintai dalam diam- nah, kalau dalam diam Elga ngga mungkin tau dong. Menggeleng keras, Elizabeth tidak mau semakin pusing, melihat Madeline yang sangat senang ketika Bian sudi mengantarnya pulang, atau malah berkencan sudah cukup membuat Elizabeth panas, iya cembokur! Madeline tidak tahu memang, tapi secepatnya dia akan mengetahui, ketika Madeline duduk di atas motor Bian memfikirkan apa yang membuat Elizabeth tidak tertarik ngelucon hari ini? biasanya maju nomor sa-
"Mad? laper nggak?" tanya Bian, melirik sepion sepeda motornya, menatap Madeline sejenak yang terlihat bingung.
Mengerjap sekilas, Madeline tiba-tiba peka, balik menatap Bian lewat kaca sepion sepeda motor yang sama, lalu menggeleng lemah. Bian menatap Madeline aneh, kok lemes? perasaan tadi fine fine ae.
"Elo fine-fine ae kan Mad?"
Madeline kembali menatap kaca sepion sebelumnya, lalu tersenyum. Bian lega, tapi tidak sepenuhnya. "Jadi kita kemana? langsung pulang atau mampir dulu?" tanyanya, mendengar kata -pulang- tangan berat Madeline memukul refleks pundak kanan Bian.
"Ih Bi! kan Mad tadi istirahat udah ngomong masa lupa!" protes Madeline, Bian bingung.
"Hah?"
"Ya Tuhan!, Mad kan tadi minta Bian ngenalin Mad ke temen tawurannya Bian. Masa gitu aja lupa, belum se abad padahal." Jelas Madeline, sedikit ngotot, seperti Elizabeth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mat and Mad
Teen Fiction❝Mat, ngga boleh ikut tawuran, kalo Mad juga ngga ikut tawuran bareng Mat.❞ ❝Gimana kalau biang tawuran gue itu elo? Masih mau ngintilin gue, ngerengek alay minta ikut tawuran bareng?❞ ❝Justru itu, karena Mad biangnya. Mad harus ikut tawuran sama M...