Mata bulat berbinar, senyum merekah menampilkan deretan gigi rapinya, tertawa ceria. Berlari dengan girang sembari melompat-lompat kecil, anak itu tertawa geli begitu kaki telanjangnya menapak pada rerumputan. Berjingkrak jingkrak senang.
"anakku, ayo kembali"
Berhenti bergerak lantas membalik tubuhnya hanya untuk mendapati seorang wanita tengah berdiri di dekat air mancur. Senyum anak itu kembali merekah, pipi gembilnya membuat ia nampak begitu menggemaskan. Lantas ia berlari menghampiri.
"Anakku, ayo kembali"
Menyeka air mata yang terus meluncur tanpa izin, pemuda itu mendengus kesal lantas membuka kedua kelopak matanya. Sama seperti malam malam sebelumnya, jaemin sangat benci ketika tidurnya terganggu oleh sebuah mimpi yang begitu membingungkan.
Siapa wanita itu?
Jaemin bangkit mendudukan dirinya.
Ia sedikit merintih saat dirasa kepalanya begitu berat, tangannya sedikit memukul mukul kepalanya pelan berusaha menghilangkan rasa pusing itu.Melirik jam digital di atas nakas, pemuda itu menghela nafas lega. Setidaknya ia tidur cukup meski bangunnya dengan gangguan dari mimpi itu. Lantas ia segera beranjak untuk bersiap pergi sekolah.
Pagi ini pun seperti pagi yang sudah sudah, hanya sedikit membersihkan, bersiap dengan sedikit sarapan. Sebelum melangkah keluar ia sempatkan meminum obat yang selalu ia bawa untuk jaga jaga jika kepala mendadak pening seperti tadi.
Membuka pintu kemudian mengernyit begitu ia dihadapkan dengan seorang pemuda yang amat dikenalnya, pemuda itu menyengir puas karena ia tak perlu mengetuk pintu atau bahkan menunggu jaemin bersiap.
"Lo ngapain ke sini?" Tanyanya jaemin sembari kembali menutup pintu, tak lupa menguncinya
"lo sakit?" Bukannya menjawab, pemuda berkulit tan ini malah bertanya dengan raut wajah khawatir, kedua tangannya menangkup wajah pemuda na, menatapnya dengan begitu lamat.
"Masih hal yang sama, gue gak papa" jawab jaemin seadanya membuat haechan menghela nafas dalam, pemuda itu sama kesalnya dengan jaemin, kesal karena harus melihat jaemin seperti ini lagi.
"Udah minum obat kan?" Tanya haechan sembari mengelus kepala jaemin, sayangnya langsung ditepis sama empunya. Haechan terkekeh gemas.
"Udah, terus lo ngapain kesini?" Ulang jaemin karena tadi belum di jawab
"Jemput lo lah masa jemput yangyang, ogah banget" serunya.
"Apa sebut sebut nama gue!!" teriakan itu dari sebrang sana.
"Eh nggak ko. Salah denger kalik" sahut haechan, pemuda itu meringgis malu. Tentu saja, haechan dan yangyang hanya sebatas saling kenal, tidak dekat jadi pemuda tan itu masih bisa menunjukan rasa malunya.
Kalau di hadapan teman-temannya, untuk haechan apa itu malu?
"O yaudah" balas dari yangyang lantas kembali melanjutkan langkahnya
"Udah ah. Ayok turun" ajak haechan lalu menarik tangan jaemin kebawah.
Mereka tidak naik bus karena haechan diantar oleh sopirnya. Sesampainya dibawah sang sopir lantas membukakan pintu mobil mempersilahkan tuannya untuk masuk.
"Uh..Paman kim" seru jaemin seraya menunjuk sopir dari sahabatnya itu. Sedikit ragu untuk menyapa, takut salah orang. Namun begitu pria itu menatapnya, senyum keduanya merekah antusias.
"Hei jaemin apa kabar" pria itu menghampiri jaemin lalu memeluknya. Salah satu orang yang dekat dengannya, benar jaemin itu sangat dekat dengan keluarga haechan, bahkan dengan sopirnya sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Page | NaJaeMin ✔️
Fanfiction[End] Jaemin tidak pernah menduga semuanya akan terjadi. Awalnya ia sudah pasrah dengan hidupnya, menerima bahwa dirinya hanya memiliki diri sendiri dan teman teman di panti. Namun siapa yang akan mengira bahwa tuhan masih berbaik hati untuk membuat...