Lembar 13 Kejutan dari Ahmad

301 23 3
                                    

Pernikahan Salma sudah didepan mata, semua keluarga pasti akan datang berkumpul untuk membantu menggelar akad dan resepsi pernikahan, kabarnya keluarga Paman Abdullah akan datang lebih cepat, Annisa merasa senang mendengar Pamannya akan segera datang.

Diceritakannya pada Andy mengenai Pamannya yang baik hati itu, sekarang Annisa tidak sungkan lagi mengajak Andy mengobrol, bercerita banyak hal entah itu mengenai keluarganya, berbagi pengetahuan tentang keagamaan atau apapun.

Andy senang saat mendengar Annisa bercerita, dia selalu bercerita dengan penuh semangat, mengingatkannya pada gadis kecil menggemaskan yang terjebak didalam lift bersamanya, yang dengan bangga sudah memukul anak laki-laki karena sudah membuat Kakak perempuannya menangis.

Sekarang Andy tidak bisa membayangkan bagaimana gadis kalem dan feminin ini bisa memukul laki-laki, padahal dulu Annisa tomboy sampai disebut seperti preman pasar oleh teman-temannya dan diolok-olok tidak akan pernah menikah, tapi ternyata sekarang dia malah sudah dilamar.

Perkataan Andy waktu sepertinya benar-benar mengena padanya, bagaimana dia bisa berubah drastis hingga memakai rok dan menjadi feminin, hanya karena Andy mengatakan anak perempuan sebaiknya memakai rok dan tidak memukul anak laki-laki, padahal waktu itu umur Annisa mungkin baru sekitar lima atau enam tahun.

"Kau tahu, Paman Abdullah yang paling terbaik, aku sangat menyayanginya." Annisa menutup cerita.

Andy tersenyum. Tentu saja dia tahu, dia pun mengenal karyawan yang bekerja di perusahaan pamannya itu.

"Kapan Paman Abdullah akan datang?"

"Katanya besok mereka tiba disini."

"Pasti senang rumahmu akan menjadi ramai."

"Kata siapa? Rumah ramai bikin pusing, apalagi kalau anak Bibi Zainab yang datang, masih kecil-kecil soalnya terkadang suka mengganggu."

"Aku tidak tahu rasanya seperti apa rumah ramai oleh saudara." Annisa hanya menatap Andy kasihan.

"Mau tukar rumah denganku saat sepupu-sepupuku berkumpul?" tawar Annisa.

Andy hanya tertawa.

"Kamu merasa terganggu oleh kehadiran anak kecil, padahal anak kecil selalu menempel padamu."

"Aku tidak tahu kenapa padahal aku tidak melakukan apa-apa, tapi mereka lebih senang dekat denganku, ya memang tidak selalu mengganggu tapi kalau sudah kumpul keluarga, jangan harap bisa mengerjakan tugas kuliah, bisa nggak fokus karena berisik."

"Pasti akan menyenangkan."

"Kamu selalu sendirian memangnya?" Andy hanya mengangguk.

"Saudaraku hanya Marie dan Shopie, adik Ayahku hanya Paman Yusuf dan Ibuku anak tunggal sama seperti aku."

"Kasihan, kalau begitu nanti setelah kamu menikah, mintalah istrimu melahirkan banyak anak untukmu, biar anakmu tak jadi anak tunggal sepertimu."

"Akan kulakukan," sahut Andy sambil dia membayangkan bagaimana jika dirumahnya, dia memiliki Annisa kecil, anaknya pasti akan sangat cantik.

"Mungkin nanti kamu akan memiliki anak kembar," ujar Annisa. Tak sadar Annisa malah membayangkan Andy kecil berada diantara mereka.

Astagfirullah, gumamnya dalam hati. Mengapa dia membayangkan hal seperti itu?

Annisa semakin menyadari ternyata Andy baik hati, dia pandai bergaul dan cukup ramah, mungkin dulu pergaulan lah yang membuatnya tersesat tapi kini dia tampaknya mulai memilah milih teman, teman yang memberikan dampak buruk padanya sudah keluar dari list pertemanan Andy, nomornya pun sudah dia hapus dari memory ponselnya.

Birunya Langit Cinta {Revisi} 《Tamat》♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang