Anzor menggeser duduk Noah dengan kasar, Noah menangkap pergelangan tangan Anzor dan mencengkramnya dengan keras. Noah membelalak pada Anzor, “Apa peringatanku kurang jelas?”
Anzor mencoba melepaskan tangannya, tapi cengkraman Noah lebih kuat dari yang terlihat. “Liz pasti ingin aku duduk disini,” Anzor melihatku. “Benarkan?”
Aku tersenyum manis. “Tentu saja.” Aku menyentuh jemari Noah, melepasnya dengan lembut dari pergelangan tangan Anzor. “Tolong geser sedikit.” Kataku pada Noah. Noah menatapku tidak percaya sebelum akhirnya bergeser dengan enggan.
Anzor menyelinap masuk, duduk diantara aku dan Noah. Anzor merangkulkan lengannya dipundakku, aku menyingkirkannya. Tapi aku malah mendapatkan tatapan mengerikan dari Ginny dan aku sangat mengerti apa arti tatapan itu. “Kau harus makan, aku tidak mau kau sakit.” Alasanku pada Anzor, tidak ingin satu gerakan kecil membuat misi ini berantakan.
Anzor mengangguk tersenyum dan mulai memperhatikan beberapa makanan yang tersedia dihadapannya. Asyira terlihat agak canggung dengan kedatangan Anzor yang ikut makan bersama kami, karena biasanya dia makan bersama perkumpulannya. Bisa dibilang kami berbeda gaya dengan perkumpulan Anzor. Tapi kini dia sendiri yang minta bergabung bersama kami, agak sedikit aneh. Aku tidak bisa menyangka begitu kuatnya pengaruh diriku terhadap Anzor, sampai dia bisa melakukan ini semua. Membuang Sam hanya untuk dekat denganku.
Anzor tersenyum mencoba mencairkan kecanggungan yang mungkin dia rasakan juga. “Bagaimana pelajaran kalian hari ini?” tanyanya pada teman-temanku. Mungkin jika bukan karena rencana kami, tidak akan ada yang menjawabnya .
Ginny tersenyum. “Baik saja.” Jawab Ginny.
Dan akhirnya pembicaraan dimulai, diselimuti dengan kepura-puraan yang sangat kental dari para sahabat-sahabatku. Aku bisa melihat dan merasakan dengan jelas kalau mereka sebenarnya enggan bicara dengan Anzor, bahkan menatapnya saja mereka malas. Tapi kali ini mereka bukan hanya bicara atau bertanya hal-hal sepele, mereka tertawa dan saling mengeluarkan guyonan satu sama lain. Anzor tertawa lepas, terlihat sangat nyaman dengan ini. Aku bahkan tidak sadar lengannya yang kekar itu bergelayut indah di pundakku.
Tapi ditengah-tengah kebohongan dan kepura-puraan yang terasa menyenangkan ini, ada satu orang yang sama sekali tidak mengeluarkan suaranya, tidak tertawa, tidak tersenyum. Noah hanya diam memakan makanannya, sama sekali tidak tertarik dengan keadaan Anzor. Aku tahu dia tidak senang kalau aku dekat-dekat dengan Anzor, dan aku mengatakan kalau hal itu tidak pernah terpikirkan olehku. Sekarang aku tampak seperti orang yang menelan ludahnya sendiri.
Noah tidak menghabiskan makanannya, begitu juga aku. Saat jam pelajaran berikutnya dimulai, aku berjalan menuju kelas bersama dengan Anzor. Noah mengikuti tepat dibelakangku, diam tanpa berkata apapun. Saat Anzor menggenggam tanganku, yang kudengar hanya dengusan dari arah Noah.
Saat dikelas lapangan, Anzor duduk disampingku sementara Noah mengambil duduk dibelakangku. Aldo sudah berada di kursinya, saat semua muridnya tiba. Aku mencoba dengan sangat keras untuk fokus pada penjelasan yang Aldo berikan, walau beberapa kali pikiranku sempat melayang tapi aku bisa menghadapinya. Yang aku inginkan sekarang adalah, cepat-cepat pergi tidur agar bisa terhindar dari Anzor.
Dan ketika kelas akhirnya benar-benar selesai dan kupikir bisa menjauh dari Anzor untuk beberapa jam saja, ternyata aku salah.
“Kita hanya akan kumpul-kumpul saja, mengobrol dan makan beberapa makanan ringan. Akan menyenangkan, tapi tidak tanpamu. Bagaimana Liz?” tanya Anzor, yang tiba-tiba mengajakku ke pesta kecil dan rahasia di kamar Edward saat mengantarku kekamarku .
“Apakah ada Sam?” tanyaku.
Anzor memunculkan ekspresi merendahkan saat mendengar nama Sam disebut. “Tentu saja tidak ada.” Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vagsat Academy #1: Just a Good SPY (TAMAT)
Action[Beberapa bagian di PRIVATE] Katanya takdir akan membawamu? Tapi bagaimana kalau kau ditakdirkan menjadi seorang mata-mata? Mendadak kehidupan Elise yang tenang berubah drastis, saat keluarganya berada ditengah-tengah bahaya. Elise memutuskan menjad...