Aluna berlari sambil mengejar seekor tupai yang berusaha menghindarinya.
"Na, luka kau belum sembuh total." Alex mengingatkan.
Aluna berbalik kebelakang menatap pemuda berambut coklat itu kesal, gadis itu kembali memperlihatkan luka di lututnya "Lukanya sembuh." Kesal Aluna "Dan karna kau, aku kehilangan tupai itu lagi!" Lanjut Aluna.
Alex menghela napas, ia lebih memilih diam dari pada harus bertengkar dengan seorang gadis.
Bastian menatap Alex "Mengapa kau begitu khawatir padanya?" Tanya Bastian datar.
Alex mengangkat bahunya "Entah, aku hanya merasa bahwa sebagian jiwaku mengabdi padanya." Ketika Alex kembali menatap Aluna, gadis itu entah sejak kapan kini mengejar seekor kupu-kupu.
"Kita perlu menanyakan sesuatu kepada gadis itu." Ando menatap ketiga sahabatnya.
"Hei biru!!" Teriak Bagas.
Aluna yang hampir saja menangkap kupu-kupu yang ia kejar terkejut hingga membuat kupu-kupu itu kembali terbang.
Ia menatap keempat pemuda dihadapannya dan mencari pemilik suara cempreng itu "Aku hampir menangkapnya!!" Kesal Aluna.
Gadis itu berjalan menuju keempat pemuda dihadapannya sambil menghentak hentakkan kakinya "ALUNA! Bukan biru!!" Ia menatap tajam Bagas.
Bagas yang ditatap tajam memilih mengalihkan tatapannya enggan menatap Aluna.
Aluna mendengus sebal, ia menatap Bastian yang sedari tadi menatapnya "Apa?" Sentak Aluna.
Bastian terkejut, ia memalingkan wajahnya menahan malu sedangkan Alex terkekeh, pemuda itu menatap Aluna "Na, Kita mau tanya boleh?"
Aluna beralih menatap Alex, Ia mengangguk mengizinkan, Aluna lebih menyukai sikap lembut Alex ketimbang ketiga pemuda dihadapannya.
"Kau tinggal disini? Dihutan ini?" Tanya Ando menyambar.
Aluna menggeleng "Aku terlempar keluar dari pohon besar."
"Pohon besar?" Bagas mengerutkan keningnya.
Aluna menggangguk "Iya, pohon itu berwarna kuning kemerahan." Lanjut Aluna.
Ando terdiam, keempat pemuda itu terdiam mereka saling menatap seakan tau apa yang saat ini berada di pikiran mereka berempat.
"Portal Ambresia?" Alex menatap Ando yang menggagguk.
"Tapi bukannya portal itu sudah lama hilang? Bukannya portal itu sudah~"
"Jika gadis ini menemukannya berarti portal itu masih ada." Sela Ando.
Bagas menatap kalung bulan sabit dengan bintang di tengahnya yang melingkar indah di leher Aluna "Kalung itu." Bagas mengerutkan keningnya seakan pernah melihat kalung tersebut. Ando, Alex, dan Bastian beralih menatap kalung yang berada di leher Aluna.
Aluna memegang kalungnya, ia menggangguk "Ini satu-satunya pemberian dari Bundaku," Aluna tersenyum.
Kalung Blue crescent moon star Batin Bastian "Apa aku bisa menyentuhnya?" Izin Bastian.
Aluna mengerutkan keningnya tanda bahwa gadis itu sedang memikirkannya "Buat apa?" Tanya Aluna.
"Kakaku ini seorang yang bisa melihat kejadian hanya dengan melewati atau menyentuh sebuah benda." Jelas Alex.
Aluna mengangguk paham, ia menatap Bastian mengizinkan pemuda itu untuk menyentuh kalungnya dan Bastian yang melihat itu segera beranjak dari tempatnya dan berdiri tepat dihadapan Aluna, tangannya terulur untuk memegang kalung di leher Aluna, matanya menutup berusaha fokus dan tak lama kemudian kejadian demi kejadian dilihat oleh Bastian mulai dari Aluna yang sedang memanjat pohon dan berakhir dengan gadis itu yang harus terjatuh, Aluna yang sedang memainkan biola dengan begitu terlatih membuat Bastian tersenyum namun tujuan utamanya belum ia dapatkan, ketika pemuda itu terus mengobrak abrik semua kejadian, sampailah ia pada sebuah kejadian dimana Aluna yang sedang berlari menuju hutan bersama seorang wanita, Bastian tertegun matanya menajam melihat lekat wanita paruh baya yang sedang berlari bersama Aluna.
Nyonya Calesta batin Bastian dan seketika raut wajah Bastian menegang ia menatap wanita itu sedang memandanginya sambil tersenyum, ia mengerjapkan matanya mengapa Nyonya Calesta bisa mengetahui keberadaannya? Ia seharusnya tak bisa dilihat oleh siapapun. Bastian mengusir semua pikirannya, mungkin saja Nyonya Calesta menatap sosok yang berada dibelakangnya atau yang berada didekatnya, ia terus menyakinkan itu kepada dirinya sendiri.
"Jaga dia yang akan menjadi kunci kedamaian seluruh dunia Immortal."
Bastian terdiam, ia menatap wanita dihadapannya sambil mengerutkan keningnya "Nyonya bisa melihat saya?" Tanya Bastian walau ia tidak yakin bahwa wanita dihadapannya ini sedang berbicara kepadanya.
Calesta tersenyum "Kau tau apa tugasmu."
Bastian menutup matanya dan ketika ia kembali membuka matanya, kini manik mata coklatnya itu menatap manik mata biru gadis dihadapannya yang sedang mengerutkan keningnya.
"Apa kau baik-baik saja?" Aluna menyentuh kening Bastian membuat pemuda itu kaget dan memundurkan badanya.
Bastian kembali mengingat ucapan Nyonta Calesta 'Jaga dia yang akan menjadi kunci kedamaian dunia immortal.' 'Kau tau apa tugasmu.' Bastian menatap Aluna dan beberapa detik kemudian ia menunduk hormat kepada Aluna membuat gadis itu dan ketiga pemuda yang sedari tadi melihat gelagat Bastian mengerutkan keningnya.
"Apa yang kau lakukan?" Bagas menatap Bastian bingung.
"Kau tau apa tugasmu." Bastian kembali mengulang ucapan Nyonya Calesta, membuat ketiga pemuda itu menatap Aluna tegang.
Mereka tau makna apa yang dikatakan oleh Bastian namun ketiga pemuda itu tak percaya bahwa mereka akan dipertemukan dengan sosok yang hampir ratusan atau beribu tahun lamanya telah hilang.
Aluna menatap keempat pemuda yang menatapnya sambil tersenyum bukan tatapan beberapa waktu yang lalu tatapan kejengkelan mereka karena Aluna yang terus mengikuti mereka.
Sedangkan tanpa mereka ketahui seorang pemuda dengan warna mata hijau jambrudnya bersandar dipohon sambil menikmati raut wajah gadis dihadapannya raut yang menunjukkan bahwa pemiliknya sangat kesal karena ulah keempat pemuda dihadapannya. Ia terkekeh melihat ekspresi Aluna yang menurutnya begitu menggemaskan.
"Kau gadis nakal yang tanpa sopan santun membuatku harus menghentikan segala urusanku."
****
Terimakasih buat kalian yang hanya melihat tanpa memberi vote, bagiku itu sudah lebh baik:D
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EREOSTIKA
FantasíaNote : Hanya seorang Penulis Amatir:D __________________ Dunia Immortal, Dunia yang dulunya begitu saling menghormati dan menghargai kini berganti menjadi sebuah Dunia dimana mereka saling berselisih, mempertahankan apa yang menjadi hak mereka. Hamp...