Bab 23: permohonan

228 22 1
                                    

Sepanjang jalan Stella memakai sepatu belian dari Velan itu sangat jengkel. Velan hanya mengingat kejadian dimana Dirinya berani memasangkan sepatu kepada Stella.

Setiba Velan dirumah, Velan langsung membaringkan tubuhnya ke Kasur yang cukup besar baginya.

"Assalamu'alaikum Mah," salam Velan terlebih dahulu yang langsung di sambut oleh Velani sang mama.

Velan mencium tangan mamanya, "Wa'alaikumsalam, Gimana Tausyiahnya?" tanya Velani, Velan nyengir.

"Ya gitu lah, Sudah terjawabkan kegelisahan Velan Mah. Mamah, Apa Velan harus masih nunggu lagi?" tanya Velan, Velani tahu bahwa anaknya sedang menyukai seseorang dan orang itu sangat akrab dengan dirinya.

"Mungkin, Sabar sayang. Anak mamah pasti bisa, Kaya abang kamu tuh dia jomblo biasa aja," ujar Velani meledek anak pertamanya Alaska.

Alaska saat itu sedang mengambil minum, "Uhuk! Mamah ihh!" jerit Alaska membuat Velan dan Velani tertawa bersama.

Annisa saat ini sedang berda di sopa depan Tv, Alaska dan Annisa sedang asik memilah serial Tv yang sama yaitu Bola.

"Nisa! kamu tidur, jangan bergadang ngikutin abangkamu si teluk entu," ucap Velani menegur sang anak satu-satunya perempuan. Annisa mulai bangkit dari sopa dan langsung naik ke atas anak tangga ke kamarnya.

"Iya Emak Annisa yang cantik dan membahenol! Kahahah," ujar Annisa sambil menggoda Mamahnya, Velani tersenyum.

"Siapa yang ngajarin kamu gitu?" tanya Velani menjerit. "Bang Alaskaaa!" jawab Annisa menjerit.

"Alaskaa!" ulang Velani. Alaskanya sudah nyengir manis banget astaga.

****
Hari pun mulai menyeru senyum yang begitu lebar dengan cahayanya membuat tubuh gadis yang meringkuk di dalam selimutnya pun terbangun pas saat suara Adzan Subuh berkumandang nyaring di telinganya.

"Hoamm! Sudah pagi lagi," ucap Stella yang kemudian memasuki kamar mandinya untuk membersihkan tubuhnya yang begitu lelah bekas kemarin. Stella sudah selesai membersihkan tubuhnya yang di lanjutkan sholat subuh terlebih dahulu.

Stella sudah selesai sholat subuhnya dan kemudian mengganti bajunya dengan seragam hari ini. Seragam pramuka yang lengkap dengan cadar hitamnya juga.

"Nah tinggal pakai celak mata, Sudah deh," ujar Stella yang kemudian mengoles matanya dengan celak berwarna hitam belian mamanya dari makkah dulu.

Stella mulai keluar dari kamarnya padahal baru jam 06.05 pagi. Stella mulai menghampiri mamanya yang sudah lama berada di dapur.

"Assalamu'alaikum, Mama cantiku yang baik hati!" puji Stella sambil memeluk tubuh Tia dengan tiba-tiba membuat Tia kaget.

"Allahu akbar! Stella ya Allah, kamu ya!" ucap Tia yang kemudian mengelus kepala anak tercantiknya yang sudah begitu cepat tumbuhnya.

"Sama Papah kan?" tanya Tia, Stella mengangguk karna sejak dirinya berniqob memutuskan untuk di antarkan sama Papahnya aja.

"Abang mana Ma?" tanya Stella yang mulai membuka handstock nya untuk menyentuh sayuran di samping Mamanya. "Di kamar, palingan lagi sholat," ujar Tia, pas sekali saat itu Huda mulai turun dari anak tangga menuju dapur.

"Ma! selamat pagi, Bikinin Huda bekal ya, Sesekali kan?" ujar Huda yang sudah cengar-cengir di samping mamanya. Sedangkan Stella mulai memasakan sayur untuk semuanya.

"Lo ngapain dah? entar kompor kebakaran gegara lo, kan lo gak bisa masak. Kahahaha!" ledek Huda, Stella langsung melemparkan tomat yang besar kepada Abangnya yang barusan meledek dirinya.

VELANSTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang