bad dream II

4.2K 456 10
                                    

PRILLY

Aku merasakan sesuatu yang hangat menyapu bibirku lembut. Aku sangat menyukainya. Manis dan lembut, penuh perasaan. Mataku masih terpejam. Aku tak ingin membuka mata. Aku tahu ini hanya mimpi. Aku tak ingin mimpi ini berlalu.

Aku serasa melayang. Kakiku tak memijak sesuatu. Aku semakin yakin kalau ini adalah mimpi. Namun dekapan hangat ini membuatku gila. Aku harus tahu siapa yang berada di depanku. Aku harus tahu siapa yang memperlakukanku selembut dan sehangat ini.

Aku membuka mataku perlahan. Menatap mata yang terbingkai bulu mata panjang dan lentik itu terpejam dalam damai. Hidung kami masih bersentuhan. Mataku membelalak menyadari bibir Ali yang masih membelai lembut bibirku penuh kasih. Ia menyadari aku yang membuka mata, lalu membuka matanya perlahan, menatapku begitu dalam.

"Sisi.", ucapnya lembut.

Ia menyandarkan dahinya di dahiku. Menatapku penuh kasih. Napasnya sama memburunya dengan aku. Aku hanya balas menatapnya dalam diam. Entah ini yang keberapa kali aku dipanggil sebagai Sisi oleh Ali dalam mimpiku. Aku tak lagi merasa kaget. Hanya rasa penasaran yang terus menghinggapiku.

Ia mendekapku semakin erat, aku memejamkan mataku. Merasakan pelukannya yang hangat di tubuhku. Tiba-tiba sebuah suara mengejutkanku. Aku membuka mata dan mendapati aku berada di tengah sebuah ruangan besar. Aku mengedarkan pandangan, melihat sebuah meja tinggi di hadapanku.

Aku merasakan tangan yang hangat menggenggam tanganku. Aku menoleh mendapati Ali di sebelahku. Kami berpakaian serba putih. Aku melihat Ali menatap kosong ke arah seseorang yang sedang membacakan sesuatu. Aku hanya melihatnya menatap selembar kertas sambil mulutnya komat-kamit, aku tak mendengar suaranya.

"Ali? Kita ada dimana 'Li?", tanyaku pada Ali.

Ali bergeming. Ia hanya menggenggam tanganku semakin erat. Sepertinya ia tak mendengarku. Aku menoleh frustasi kesana-kemari. Aku melihat seorang laki-laki yang berada di balik meja tinggi di hadapanku mengarahkan telapak tangannya pada Ali. Aku hanya menatapnya kaget. Aku melihat sepasang sayap besar di punggungnya, serta mahkota besar keemasan di kepalanya. Ia hendak melakukan sesuatu pada Ali.

"Tidak! Jangan!", teriakku menghambur ke arah Ali, aku mendekapnya.

Aku melihat cahaya putih berpendar membentuk perisai di sekelilingku dan Ali. Aku melihat apapun yang diarahkan Raja bersayap itu berjatuhan di sekitar kami. Raja itu menatap kami marah. Ia mengarahkan tangannya kepadaku. Aku hanya terdiam ketakutan, namun Ali tidak. Ia menatap Raja itu dengan marah, matanya menyala merah. Raja itu tersentak, mahkotanya bergeser miring di kepalanya sesaat setelah Ali menatapnya penuh amarah.

Perempuan yang membacakan surat tadi menatap kami marah. Beberapa orang lain di belakangnya mengangkat tongkat ke arah Aku dan Ali. Aku menatap mereka bingung bergantian. Melihat perempuan itu mengarahkan tangannya kepada Ali, aku tak ingin sesuatu terjadi pada Ali. Aku mengayun tanganku perlahan ke arahnya, dan tangannya tersentak bahkan terluka yang aku sendiri tak tahu mengapa.

Aku menatap telapak tanganku bingung. Ada di mana aku sebenarnya?, pikirku. Aku menggenggam tangan Ali erat. Memejamkan mataku ketakutan. Aku ingin bangun, bangunkan aku dari mimpi ini!, pikirku dalam hati.

Namun sesuatu mengejutkanku, aku merasakan angin menderu disekitarku. Aku menbuka mata perlahan, melihat Ali berada di depanku. Kedua tangannya menggenggam tanganku erat. Aku melihat sekelilingku. Ada beberapa orang berdiri mengelilingiku dan Ali, mengarahkan tangan dan tongkat mereka kepada kami. Aku hampir menangis ketakutan.

Sesuatu bergerincing, dan aku menundukkan kepalaku. Melihat bandul kalungku yang berbentuk sayap bersentuhan dengan kalung yang sama yang melingkar di leher Ali. Aku membelalakkan mataku, lalu menengadah melihat Ali yang kemudian menyandarkan lagi dahinya di dahiku. Aku memejamkan mataku, air mataku menetes.

"Until we meet again, Sisi.", ucapnya lembut.

"Until we meet again, Digo.", suaraku bergetar menahan tangisku.

Tubuhku bergetar. Napasku sesak. Aku merasakan angin berderu semakin keras di sekitarku. Aku tak bisa menahannya lagi. Aku ingin berteriak.

"DIGOOOOOO!!!", aku tersentak melihat kegelapan yang samar di sekelilingku.

Aku merasakan keringat membanjiri tubuhku. Wajahku basah oleh airmata. Aku bangkit duduk dan memeluk lututku erat. Aku menangis tersedu, menumpahkan semua yang kurasakan.

------------------------------------------------------

wings of alter egoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang