First

15 4 0
                                    

Dering telepon Kezia berbunyi nyaring. Menampilkan foto seorang cowok berparas tampan idaman satu fakultas. Diatasnya, tertera sebuah nama 'Dava♥️'. Kezia buru-buru menjawab.

"Hallo, By" jawab Kezia dengan nada manja.

"Haii" cowok itu membalas.

Setelah itu, terjadi percakapan panjang nan manis antara keduanya.

Satu dua jam berlalu, percakapan itu diakhiri dengan senyum bahagia Kezia. Selama itu, hanya ada dua kesimpulan yang didapatkan. Mereka baik-baik saja dan Kezia akan dijemput Dava, kekasihnya itu, besok pukul 1 siang.

-Kawal Rasa-

"Dava, maaf ya, kamu jadi nungguin aku make up dulu. Maaf kalo lama." Sapa Kezia saat memasuki mobil.

"Gapapa kok, santai aja." Kata Dava sambil menyalakan mesin mobil.

Perjalanan mereka berbaur dengan canda tawa. Pada umumnya, Dava adalah cowok kaku dan dingin untuk sebagian banyak orang. Namun tidak untuk beberapa orang seperti Kezia, salah satunya.

"Kez, " Dava memecah beberapa detik keheningan yang terjadi.

"Iya, " jawab Kezia sambil menoleh.

"Kamu harus janji ya sama aku." Kata Dava lembut.

"Janji apa?" Kezia bingung.

"Kita nggak akan pernah berpisah." Nada bicara Dava berubah menjadi tegas.

"Hah?" Kezia menjawab dengan rasa bingung bercampur kaget.

"Banyak yang nunggu kita putus, By." Kata Dava masih dengan level tegas yang sama.

Kemudian hening.

"Mungkin ya, Dav. Manusia bisa berencana. Tapi kalau Tuhan berkehendak lain gimana?" Jawab Kezia.

Dava diam hingga memarkirkan mobilnya di pelataran sebuah kafé. Saat Dava turun, Kezia mengikutinya.

Dava tetap diam hingga duduk di bangku kafé bernuansa monokrom ini.

"Nanggung, nunggu pelayan dateng aja." Rupanya Dava mengerti keresahan Kezia saat Dava diam cukup lama. 30 menit. Itu lama bagi Kezia yang cerewet dengan suara cemprengnya.

Saat pelayan berbalik setelah mengantar pesanan, Dava memunculkan wajah keterkejutannya terhadap salah seorang pengunjung kafé. Kezia tidak tahu apa yang membuat raut wajah Dava berubah walau samar.

"Aku nggak pernah mau kehilangan kamu." Kata Dava tiba-tiba.

Kezia seakan baru tersadar dari lamunannya.

"Kamu pikir aku mau kehilangan kamu?" Kezia melontarkan pertanyaan retoris.

"Kita harus janji bahwa kita bakal saling menjaga." Kata Dava setelahnya.

"Aku janji." Kata Kezia sambil tersenyum tipis namun tulus.

"Dav, minggu depan, anak Mapala mau muncak lagi, kan? Kamu ikut?" Kezia kembali memulai pembicaraan.

"Tahu dari mana?" Tanya Dava.

"Ditto." Kezia menyebut salah satu anggota Mapala yang ia tahu.

"Mungkin, " Jawab Dava singkat.

"Tapi kamu bisa jamin..."

"Everything is fine, baby." Jawab Dava lembut, memotong ucapan Kezia beserta  wajah khawatirnya. Mungkin, trauma atas pendakian terakhir, Dava hilang. Pencariannya yang berlangsung semalaman, cukup membuat Kezia kalang kabut.

Kawal RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang