bagian 10 - menghindar

128 20 1
                                    

Eunha berjalan sendiri pada koridor gedung. Wajahnya tidak berani menegak karena banyaknya tatapan mata, ia merasa takut.

Kuliah hari pertamanya selesai ditemani Bona. Namun akhirnya Bona pulang dengan pacarnya, jadi Eunha harus sendiri.

Sesekali ia merasa kesal karena tidak memilih kampus yang sama dengan Sojung ataupun Yerin. Tapi karena ini kampus impiannya sejak lama, jadi Eunha tidak terlalu menyesal.

"Aduh!"

Eunha meringis sakit karena seseorang tiba-tiba menyenggol bahunya lagi dengan kasar. Awalnya Eunha mengira orang itu Zara lagi. Namun, saat Eunha menengok ke depan. Bukan Zara, melainkan seorang mahasiswa yang ia tebak adalah seniornya.

"Maaf, ya." pria itu membuat tangannya menyatu dan merasa bersalah. "Saya lari soalnya buru-buru. Jadi nabrak."

Eunha hanya bisa mengangguk karena gimanapun pria di depannya ini toh sudah meminta maaf.

"Mahasiswi baru... kah?" tanya pria itu tiba-tiba dan Eunha kembali mengangguk untuk memberi jawaban benar.

"Omong-omong, kamu suka nulis gak?"

Eunha memiringkan kepalanya, ragu-ragu menjawab. Namun tiba-tiba pria itu bicara. "Kalau tertarik masuk klub kami. Bisa hubungi saya, ya. Kita lagi cari anggota baru."

Ia menarik pulpen yang ada di saku depan kemejanya dan menuliskan nomor telpon pada telapak tangan Eunha. Juga menuliskan namanya disana.

Pria itu berlari amat kencang seperti sedang dikejar. Eunha menatap telapak tangannya dan nomor juga nama yang tertera disana.

"Oh, namanya Gyu. Gabung kali, ya?" tanya Eunha menimang.

▶▶▶

Eunha memasuki rumah Wonwoo untuk memberikan tutor lagi pada Heejin dan Sagang. Gadis itu sopan memberikan salam ketika masuk. Heejin dan Sagang pun sudah siap di ruang belajar.

"Sore, Kak. Udah lama gak ketemu." sapa Heejin.

"Sore juga!! Sana sama Kak Wonwoo kemana?"

Sagang menjawab, "Kak Wonwoo lagi nemenin Kak Sana ngambil ponsel di mas china."

Setelahnya Eunha teringat kalau ponsel Sana sedang rusak. Kepalanya tergeleng agar fokusnya datang. Mereka memulai pembelajaran.

-

Kaki Eunha berjalan menuju dapur untuk sekedar mengambil air minum. Dan matanya berkedip melihat foto dikulkas. Ia mendekat dan memperhatikan orang-orang yang ada difoto.

Tangannya menyentuh seorang anak remaja dengan bola ditangannya. Eunha menebak-nebak anak itu adalah Wonwoo. Ia berdiri paling pinggir memegang pundak Sana yang masih lebih kecil darinya.

Eunha tersenyum melihat foto keluarga Wonwoo.

Matanya beralih pada foto disebelahnya. Ada foto keluarga lagi, namun orang tua dalam foto yang satu ini terlihat berbeda.

"Wali angkat."

Tentu Eunha terkejut. Sampai gelas yang dipegangnya terjatuh dan pecah. Bahkan, Eunha ikut terpeleset. Wonwoo juga karena bajunya ditarik oleh Eunha secara tidak sengaja.

Mereka berakhir dalam posisi yang bisa membuat salah paham. Yaitu Eunha berada di bawah Wonwoo.

Suara pecahan itu menarik perhatian ketiga adiknya. Ketiganya mengintip.

"Kak, kenapa?" Tanya Heejin.

"KENAPA?" Sagang yang paling heboh

"Suara pecah apaan sih, Kak?" Sana yang ikut melihat meski tidak befitu penasaran.

Kompak Wonwoo dan Eunha menoleh kearah mereka bertiga. Kemudian saling lihat lagi.

Eunha segera sadar dan melepas tangan Wonwoo dari tangannya. Ia memukuli keningnya, merasa bersalah.

Sagang baru mau menggoda Kakak tertuanya itu. Namun Sana langsung membekapnya dan membawa mereka- Sagang dan Heejin keluar dari dapur.

"Maaf ya, Kak. Aduh jadi jatoh." dumel Eunha pada dirinya sendiri. gadis itu berjongkok dan membersihkan pecahan gelas itu.

Wonwoo ikut berjongkok. "Jangan. Saya aja." ia mengambil pecahan kaca pada tangan Eunha. "Tolong ambilin sapu sama kardus yang ada di luar. Tolong, ya."

Lalu dengan tidak enak hati. Eunha menuruti Wonwoo dan pergi mengambil apa yang dibutuhkan.

▶▶▶

Notifikasi ponsel Eunha terus-terusan berbunyi sejak gadis itu selesai mengajar. Mengeceknya, ternyata dari grup angkatannya.

999 unread massage

jxxxxe
goblok kalian pada
eunha ada di grup ini juga padahal
gada akhlak wkwkwk

Semua tengah membicarakannya. Semua masih membicarakannya. Membuat Eunha merasa takut.

Ia melihat jam di kamarnya, 23.00. Eunha harus tetep nyelesein laporan. Gadis itu mengusap wajahnya kasar. Berusaha tidak menjadi penakut.

Wonwoo
masih belom tidur?

Satu pesan itu terabaikan.

Zara
penasaran gua. masih berani kuliah?

-

Seminggu berlalu dengan buruk. Eunha seperti tidak bisa membela dirinya. Ataupun meminta bantuan kepada Sana, Gabriel, Sahabatnya, ataupun Wonwoo.

Sindiran dan tatapan sinis, selalu Eunha dapatkan dari semua kecuali Sana dan Gabriel. Eunha juga terkadang mendapat perlakuan buruk, sampai perpustakaan tidak bisa menjadi tempat yang tenang untuknya.

Eunha mulai terasa terkucilkan. Ia mulai menjauh dari Sana ataupun Gabriel, perlahan-lahan. Dengan beralasan awal, ia sibuk.

Siapa sangka Eunha bertahan dengan situasi ini selama tiga minggu.

▶▶▶

Wonwoo melepaskan jas hitamnya dan meletakkan pada gantungan baju yang ada di kamarnya. Ia menuju ruangan yang semua adiknya juga tengah berkumpul.

Sesuatu terasa kurang. Eunha kembali tidak terlihat. Dalam tiga minggu ini, sudah 5 kali Eunha tidak terlihat.

"Kak." panggil Sana.

Wonwoo menoleh. Meskipun responnya agak lambat.

"Lagi sibuk-sibuknya sama bar, ya?" tanya Sana seraya membukakan jeruk dan diberikan pada Wonwoo.

Wonwoo menerima jeruk dari Sana dan melahapnya. Lalu mengangguk, "Kita lagi sibuk-sibuknya. Doain aja biar tempat Kakak bisa berkembang."

Ia berdeham dan menggaruk lehernya dengan telunjuknya. "Tutor kalian kemana lagi? Ga ngajar lagi?" tanya Wonwoo pada Heejin dan Sagang.

Sagang menoleh kepada Wonwoo. Ia bersender pada sofa dan menjawab seadanya, "Lagi gak enak badan katanya Kak Eunha."

"Apa? Eunha sakit?" Wonwoo mengelap wajahnya gusar, khawatir. "Eunha kenapa, ya?." gumamnya.

"Eunha aneh, Kak." ujar Sana tiba-tiba. "Gak yakin banget, tapi kayaknya Eunha..." gadis itu memutar tulunjuknya. "Sengaja menghindar."

Menghindar?

######

jangan lupa vote sama komen 💘

my best boy. (jung eunha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang