Chapter 2

347 22 5
                                    

" Eum... Kalau gitu aku pulang ya, kamu hati-hati di rumah. Jangan lupa kunci semua pintu dan jendela.." pesan Hiro.

" Iya, sayang. Kamu juga hati-hati ya di jalan, gak usah ngebut.."

" Iya, aku gak bakalan ngebut, kecuali kalau dalam keadaan kepepet. Aku pulang ya. Assalamualaikum..."

" Wa'alaikumsalam..."

Hiro membawa laju motornya meninggalkan rumah Tari, sedangkan yang punya rumah buru-buru masuk dan mengunci semua pintu juga jendela seperti yang Hiro katakan tadi.

Setiba di rumah, Bik Aah menghampiri Hiro dan memberikan sebuah amplop coklat. Hiro menerima amplop tersebut dan kemudian membaca isinya. Namun, setelah membaca isi surat tersebut, raut wajah Hiro seketika mengeras, pertanda tengah menahan amarah.

" Surat dari siapa, aden?" tanya Bik Aah.

Bukannya menjawab, Hiro justru berlalu menuju kamarnya di lantai atas. Bik Aah ingin menyusul, tapi terlalu takut.

Di kamarnya, Hiro membanting surat tersebut dan berteriak marah, membuat Bik Aah semakin ketakutan.

" Jadi... Selama ini gua udah di bohongi oleh Selina? Bukan dia yang sudah mendonorkan ginjal untuk Tari? Aarrgghhh..."

Karena masih penasaran, Hiro lantas menghubungi seseorang yang sangat ia percaya untuk mencari dan memberikan informasi mengenai identitas sang pendonor ginjal.

" Halo... Lo serius dengan surat yang lo kirim ke gua? Apa benar pendonor ginjal calon istri gua adalah pria, dan bukan wanita?"

' Yah elaahh... Lu pikir gua bercanda? Gua dapat informasi langsung dari dokter yang bertanggung jawab atas operasi donor ginjal calon istri lo itu. Dan emang kenyataannya seperti itu. Orang yang sudah berbaik hati mendonorkan ginjalnya untuk calon istri lo itu adalah pria, bukan wanita. Kalau lo mau tahu siapa dia, lebih baik lo sendiri yang tanya langsung ke dokter itu. Biar lebih jelas aja dan lo percaya 100%..."

" Hhh... Oke. Thankz untuk informasi ini.."

Hiro kemudian mematikan ponselnya dan pikirannya kembali ke masa lalu, ketika dirinya tak sengaja bertemu dengan Selina di jalan.

*******
#Flashback..

Hiro sedang berada di jalan menuju warung kota, namun tak sengaja melihat Selina berjalan dengan tertatih di pinggir jalan.

" Lho.. Selina? Lo lagi sakit?"

" Gak. Aku gak papa kok, Hiro. Cuma perih aja sedikit di bagian pinggang.."

" Gua antar lo ke rumah sakit aja ya, biar tahu kondisi lo seperti apa.." saran Hiro.

" Gak usah, Ro. Beneran. Aku gak papa kok.."

Karena sedikit curiga dan penasaran, Hiro pun memaksa Selina untuk memeriksakan diri di rumh sakit. 

Begitu tiba di rumah sakit, Hiro meminta tolong pada sahabatnya untuk memeriksa kondisi Selina yang sejak tadi mengeluh sakit di bagian pinggang.

Setelah menunggu beberapa menit, Selina keluar dari ruang periksa bersama dokter yang memeriksa dirinya. Hiro pun menatap keduanya dengan tatapan penuh tanya.

" Dia... Bukan sakit biasa, Ro. Dia baru saja mendonorkan ginjalnya dan efeknya memang seperti ini.." jelas dokter tersebut.

" Donor ginjal? Selina, apa lo yang sudah mendonorkan ginjal untuk Tari?" tanya Hiro to the point.

Awalnya Selina hanya diam, namun Hiro terus memaksa dan mendesak, hingga akhirnya Selina mengakui kalau dia lah yang sudah mendonorkan ginjalnya untuk Tari.

Pembuktian Cinta (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang