"Kak, jawab dong! Malah bengong," ucapnya.
"Mama ... nanti kakak ceritakan di rumah aja ya, Dek. Kakak mohon apapun nanti yang kamu dengar, jangan sedih, okay? Semua sudah takdir," lirihku pelan.
"Ma-maksud kakak, apa?"
"Kamu bakalan tau, tapi bukan disini. Melainkan di rumah," jawabku, lalu kembali mendorong pelan kursi rodanya.
Tiba-tiba ....
Dorr
Dorr
Dorr
Suara tembakan membuat pengunjung taman berhamburan lari, tidak terkecuali denganku. Tapi sebelum lari, ada beberapa orang dengan pakaian hitam membawaku pergi dari sana.
Bukan hal itu yang membuatku heran, akan tetapi sikap Fatiah yang memberikan isyarat kepada mereka agar membawaku pergi. Lalu, dia? Mau kemana?
"Bawa suami saya ke tempat yang aman, dan lindungi semua orang. Saya akan mengejar mereka," ucapnya pada seorang pria.
"Baik, Bu. Kami laksanakan," sahutnya, lalu membawaku pergi.
"Lepaskan! Saya ingin melindungi istri saya," ucapku memberontak.
"Maaf, Pak. Anda harus ikut bersama kami, ini adalah perintah dari Komandan. Kami tidak bisa membiarkan anda dalam bahaya," jelas seorang diantara mereka.
"Tapi, istri saya. Bagaimana?"
"Anda tidak usah khawatir, dia bukan orang yang mudah untuk dikalahkan."
Apapun alasannya, aku tetap tidak bisa mengikutinya. Jadi, pasrah saja pada mereka. Entah akan dibawa kemana aku, dan kenapa mereka bilang perintah Komandan?
Bukankah Fatiah hanya seorang Agent, lalu siapa mereka ini? Kenapa banyak sekali yang aku tidak ketahui tentangnya? Oh, astaga. Semua ini membuat kepalaku sakit, hingga tak sadarkan diri.
Brukk
Pertahananku ambruk, entah kenapa kepalaku terasa berputar. Untung saja dengan sigap mereka menahannya, kalau tidak. Entah apa yang terjadi?
***
"Aww, sakit sekali. Ada apa dengan kepalaku, ya Allah? Rasanya berat, dan kenapa aku bisa ada disini? Ruangan siapa ini?"
Aku bangkit dari tempat tidur, lalu berjalan melihat ruangan itu dengan seksama. Terlihat jelas disana, ada meja dan kursi seperti tempat orang yang memiliki pangkat yang tinggi dibidangnya.
Saat berjalan kesana, tanpa sengaja kutabrak sebuah bingkai foto. Kuambil dan melihat siapa yang ada didalam foto itu, dan itu adalah orang yang sangat kukenal.
"Fatiah?!"
Berseragam lengkap, dengan beberapa lencana penghargaan. Bersama seorang, yang kutahu itu adalah ayah, yakni Om Bram.
"Apa maksud semua ini?"
Kenapa bisa aku terjebak dengan pikiran sendiri, ada apa denganku? Banyak hal yang tidak kumengerti. Kenapa juga, sulit untuk mengerti dirinya? Ya Allah, terjebak dimana aku sekarang?
Kusimpan kembali foto itu diatas nakas, lalu kembali ke tempat semula. Berbaring dan menenangkan pikiran, adalah hal yang lebih baik kulakukan saat ini. Jika terlalu memikirkannya, bisa-bisa pembuluh darahku pecah akibat tekanan yang diberikan otak.
Saat ingin memejamkan mata kembali, pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan menampakkan sosok wanita yang memenuhi otakku saat ini.
"Kakak udah sadar? Apa masih pusing? Kenapa kakak bisa pingsan? Ada yang sakit, atau bagaimana?" Pertanyaan beruntun yang ia lontarkan hanya mendapat gelengan kepala dariku.
"Kakak pengen makan?" tanyanya lagi.
"Kakak sekarang enggak butuh apa-apa, Dek. Yang kakak butuh itu hanya kamu, ya kamu."
"Tadi kamu kemana? Dan siapa mereka? Kenapa mereka membawa kakak kesini?"
Satu-persatu pertanyaan itu mulai meluncur dari mulutku. Entah kenapa aku ingin dibuat mati penasaran olehnya? Tapi, bukannya menjawab. Ia malah duduk dan menggenggam erat tanganku.
"Kak, belum saatnya tau siapa Fatiah sebenarnya. Insya Allah, kalau Fatiah udah siap. Akan Fatiah ceritakan sama Kakak, okay? Sekarang, Kakak enggak boleh banyak pikiran dulu. Nanti kondisinya makin memburuk," ujarnya lembut.
"Baiklah, Dek. Kakak enggak bakalan maksa kamu buat ceritain semuanya, yang terpenting kamu enggak papa sekarang. Itu sudah lebih dari cukup buat Kakak," jawabku.
"Sekarang, mari kita pulang."
"Pulang? Kakak belum bicara dengan Dokter masalah kepulanganmu, Dek. Bagaimana bisa pulang sekarang?"
"Kakak tenang aja, Fatiah sudah bicara dengan Dokter. Alhamdulillah, beliau mengizinkanku pulang hari ini. Aku juga sudah mengabari ayah dan bunda, mereka akan datang jemput kita. Jadi, kakak enggak usah lagi bicara dengan Dokter, okay?"
"Hmm, baiklah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Agent (On-Going)
AzioneSepenggal cerita tentang seorang Agent Rahasia yang jatuh cinta pada suaminya sendiri. Namun, suaminya belum bisa membalas perasaan itu. Seiring berjalannya waktu, akankah cinta itu tumbuh? Seseorang yang saling mencintai karena ALLAH, akan berpisah...