"Ndin, dicari tuh."
Tangan Andin yang lagi scroll aplikasi terhenti seketika. Ia menengok Putri, teman sekelasnya yang suka banget makan permen karet.
"Siapa?" Tanyanya pada putri.
Yang ditanya hanya meniup permen karet menjadi gelembung besar sampai meletus lalu pergi ke belakang. Andin memutar bola matanya malas, lalu bergegas keluar kelas. Kepalanya celingak-celinguk mencari orang yang kata Putri tadi sedang mencarinya.
"Siapa kali yang nyari gue? Pagi-pagi gini udah nyariin."
"Heh!"
Andin menengok ke sumber suara, dan melihat Gara sudah ada di sampingnya.
"Eh! Lo yang nyariin gue?" Tanya Andin pada Gara.
"Jaket gue lebih tepatnya." Jawab Gara penuh penekanan.
Andin mengernyit, lalu ingatannya seolah dipaksa kembali waktu kemarin sore dia meminjam paksa jaket Gara. Dan berakhir dengan Gara yang mengatainya gila itu.
"Ya, ampun! Gara lo jangan marah ya. Sumpah gue nggak inget, gue lupa banget. Sorry." Ucap Andin penuh penyesalan, sambil menatap wajah Gara yang ganteng ini.
Gara hanya berdecak kesal, masih menatap cewek kecil kurang ajar didepannya dengan kesal ia berkata. "Besok!"
"Heem, sorry ya."
Memilih pergi dan tidak menjawab, Gara berlalu meninggalkan Andin yang masih setia di depan kelasnya sendiri memandangi Gara pergi.
"Duh, duh. Pagi-pagi dapet asupan."
"Weyy!" Belin tiba-tiba datang dan berdiri di samping Andin.
"Ih, bikin kaget lo." Andin menoyor kepala Belin.
"Sorry, ngapain Gara nyamperin lo?" Belin bertanya dengan muka kepo yang nggak bisa disembunyikan.
Andin hanya tersenyum, lalu menaik turunkan bahunya, membuat Belin semakin bingung. Lalu Andin menunggalkan Belin yang masih di depan kelas.
"Ih, Andin!"
***
Setelah jam istirahat, kelas Andin sedang jam kosong. Jadi kebrutalan temen-temennya dimulai saat itu."Tumben jam segini bu Rinda belum dateng. Diiim, bu Rinda kemana?" Anjas yang sedang main game di belakang bertanya pada ketua kelas.
"Guru-guru lagi pada rapat." Ucap Dimas sambil berdiri dan berjalan menuju depan kelas, ia mengambil spidol dan mengetuk-ngetuk spidol itu di papan tulis.
"Woy! Gue mau ngasih pengumuman, diem bentar ya?" Ucap Dimas dengan suara agak keras. Tapi ya, gitu, mana mau anak-anak begajulan dibelakang disuruh diem.
"Lo umumin sekarang aja kali Dim, biasanya mereka juga gak dengerin pengumuman kan?" Andin yang jengah bersuara.
"Nggak bisa, ini berat banget." Ucap Dimas mendramatisir, kemudian tertawa kecil. Lalu matanya melihat ke arah belakang.
"Njas! Diem dulu kali!" Belin melempar kotak pensilnya ke arah Anjas.
"Tau, ih Anjas diem dulu!"
"Kenapa sih, tinggal diumumin gitu aja."
Dimas sebagai ketua kelas paling sabar yang pernah dikenal Andin, akhirnya geleng-geleng kepala dan menghembuskan nafas kasar.
"Oke, jadi temen-temen gue minta perhatiannya, sebentar aja! Jadi, bentar lagi sekolah kita bakal ngadain Dies natalis." Mendengar pengumuman dari Dimas kelas yangbudah ricuh jadi makin ricuh lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CONNECTION
Teen FictionAndin adalah Andin. Bukan sekedar Andin biasa, kalau kata orang Andin itu ceria dan humble. Tapi penakut. Cicak, gelap. Andin nggak suka itu semua, tapi Andin paling suka coklat, gulali, dan semua yang manis-manis. Termasuk Gara, iya. Gara temen sea...