Ara nampak gelisah. Sudah tak mengerti berapa kali ia mondar-mandir didalam kamarnya. Ia merasa gugup.
Dan benar. Ketika knop pintu bergerak, menandakan ada seseorang yang akan membuka pintu, Ara dibuat gugup kembali.
Ketika pintu terbuka sedikit, tiba-tiba saja Ara berlari kedalam kamar mandi.
Rey yang baru masuk sekilas melihat Ara terburu-buru memasuki kamar mandi. Ia kebingungan.
Diketuknya pintu kamar mandi itu. Dan yang dapat Rey dengar hanyalan suara mualan.
Sepertinya Ara mual.
Rey bertahan didepan pintu menunggu Ara. Tak lama Ara keluar sembari mengelap mulutnya. Wajahnya pucat.
Tadinya ia yang gugup karna Rey. Kini ia terlihat biasa saja meski Rey dihadapannya.
Rey mengulum senyum manis. Ara membalas dengan senyum tipis. Dirangkulnya pundak Ara lalu dituntun perlahan oleh Rey menuju tepi ranjang.
Ara tak bisa bohong. Jantungnya maraton kala itu juga.
Rey menduduk'kan Ara perlahan ditepi ranjang. Ia tidak ikut duduk disamping Ara, ia seolah bersimpah dihadapan Ara.
Rey tahu. Pasti penyebab ini karna Ara memakan ikan tadi. Senyum Rey masih terlukis, belum juga pudar.
Digenggamnya kedua tangan Ara. Hangat. Ya, kehangatan itu yang Ara dapat. Kehangatan yang ditambah senyum manis Rey.
Perlahan tangan Ara ditarik dan...
Cup.
Rey mencium punggung tangan Ara mesra nan hangat. Ara diam-diam tersenyum dan menjerit dalam hati.
Oke, kini mungkin hobi Rey adalah memberikan kecupan mesra pada Ara.
Rey mendongak. Melepaskan kecupannya. Ia menampilkan deretan gigi rapinya.
"Gimana hm?" ucap Rey lembut sembari menempelkan kedua telapak tangan Ara di kedua pipinya.
Ara tersenyum manis, meski bibirnya pucat tapi tetap saja senyumnya itu manis.
"Masih mual hm?" lembut. Begitu lembut. Ara mengulum senyum kembali dan menggeleng lemah.
"Yaudah ayok tidur." titah Rey sembari berdiri tegak, tapi jangan lupakan tangan Rey yang masih setia menggenggam Ara.
Setelahnya Ara sedikit terkekeh. Lalu ia melepas genggaman Rey dan berbaring.
Rey masih seperti tadi. Ara belum memejamkan matanya, ia masih menatap Rey.
Rey berjongkok tepat dihadapan wajah Ara. Ara kebingungan sekaligus gugup. Rey mendekatkan wajahnya pada Ara.
Ara memejamkan matanya. Ia bisa merasakan derap napas Rey. Begitu dekat. Intim.
Apa mas Rey mau cium aku lagi? Aduh!
Ara masih terpejam. Jarak mereka begitu dekat. Bahkan kini hidung mereka bertemu. Membuat Ara sedikit tersentak, namun masih terpejam.
Kemudia Rey sedikit menggeser wajahnya. Ia mendekatkan mulutnya dengan telinga Ara. Hingga pipi kirinya menempel dengan pipi kanan Ara.
Rey berbisik, lembut, begitu lembutnya, "Aku suamimu. Buka hijabmu!"
Deg.
Ara membelalak kaget. Matanya langsung terbuka lebar. Dugaannya salah.
Rey terkekeh melihat perubahan raut wajah sang istri. Ia menjauhkan wajahnya dan duduk disamping Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ya Kamu[Selesai]
Fiksi Remaja[SELESAI] "Aku mencintaimu karna Allah. Maka, biarlah hanya Allah saja yang akan memisahkan kita kelak. Dan, aku berharap Allah mempertemukan kita kembali di Jannah-Nya". --Jodohku Ya Kamu--- (SPIRITUAL-ROMANCE) *** HARAP TINGGALKAN JEJAK B...