Lima belas

28 1 0
                                    

Happy reading guys

Lapangan ini seolah menjadi saksi. Mereka pernah dihukum, berlari, tertawa bahkan bersedih bersama. Sekolah ini menjadi kenangan, ia menyimpan banyak memori yang bahkan besok tidak akan pernah terjadi lagi. Bolos, dimarahi guru, keluar masuk BK, bahkan pura-pura pingsan saat upacara.

Jam kosong menjadi hiburan tersendiri bagi mereka, bergosip, bermain kartu hingga hal konyol pernah mereka lakukan dikelas. Yang awalnya jaim berubah menjadi lebih terbuka, yang awalnya masa bodo berubah menjadi sangat peduli.

Tiga tahun bukan hal yang singkat untuk mereka dapat mengetahui karakter masing-masing. Pertemuan memang tidak akan abadi, akan ada perpisahan diakhirnya.

Seharusnya mereka bahagia karena telah berhasil menyelesaikan berbagai rintangan yang selama ini mereka lewati. Hari ini, biarlah menjadi kenangan yang akan selalu membekas dihati masing-masing.

Berbagai acara sudah disiapkan dengan matang, panggung dan dekor pun sudah terpanjang rapih. Mereka datang dengan wajah bahagian bercampur sedih, menggandeng kedua orang tuanya untuk menyaksikan anaknya sudah berhasil menyelesaikan rintangan sebagai langkah awal menuju cita-citanya.

Dias memakai kemeja hitam yang disarankan oleh sekolah, pakaiannya terlihat rapih dengan gaya rambut baru yang menambah daya tariknya.

Ayumi tidak kalah memukau dengan Dias, ia memakai kebaya toska yang sangat pas dikulit putihnya. Ia tertawa bersama sahabatnya mengulang kejadiaan saat pertama kali mereka bertemu.

"Mir, lo itu dulu jaim banget. Ngomongnya aja pake aku-kamu, tapi kenapa sekarang lo kalau ngomong nggak pernah disaring sih, berisik lagi." Ucap Renata.

"Masa sih?" Ucap Mira tidak percaya.

Ayumi tertawa pelan. "Iya lo itu dulu jaim banget."

Kadang pertemanan itu bisa sedemikian mudah bisa terjadi. Ayumi sangat bersyukur mempunyai teman sekaligus sahabat yang telah mengisi masa sekolahnya itu. Banyak kejadian yang tidak akan pernah Ayumi bisa lupakan.

"Eh kesana yuk gabung sama yang lain."

Bagas datang bersama Bobi hanya sekedar melihat kakak kelasnya yang akan menjalankan wisuda.

"Woy Gas, Bob, sini!" Bagas dan Bobi menghampiri mereka yang tengah bersanda gurau.

"Gue bakalan kangen sama kalian nih." Fajar meranggul bahu Bagas dan Bobi.

"Dih kok jadi melow." Sahut Bobi.

Acara masih sejam lagi akan dimulai jadi mereka ada waktu untuk mengobrol dan bergurau bersama.

"Nikmati waktu selagi ada."

"Emangnya lo nggak mau ketemu lagi apa?"

"Beda lah bro, nanti disuruh kumpul bentar aja banyak alesan. Kalau sekarang aja nih, kumpul-kumpul pada ayo, lah nanti pasti punya kesibukan masing-masing." Jelas Dani.

"Contohnya lho." Sahut Fajar.

"Iya lah." Mereka tertawa.

"Tes tes, Para hadirin segera menempati tempat duduk yang telah kami siapkan." Ucap sang pembawa acara.

"Noh, udah mulai." Ucap Bobi.

Dias dan teman-temannya segera duduk yang telah disiapkan khusus untuk angkatan mereka.

Sambutan dan acara awal pun sudah dimulai. Pembacaan penghargaan dan pemberian piagam sudah dilaksanakan, mereka tengah menonton film yang berdurasi kurang dari 5 menit. Memperlihatkan mereka yang masih sekolah dulu.

HILANG [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang