"Apa! jerman?" Ia terkejut bukan main ketika sahabatnya itu mengatakan ia kan kuliah di Jerman. Pasalnya Adit tak pernah menyinggung soal kuliahnya.
Kini ia tahu alasan yang membuatnya beberapa hari ini tampak murung dan alasan kenapa hari ini ia menyuruhnya datang ke rumah."Lo bercanda ya?"tanya celin tak percaya
"Engga gue serius cel"
"Engga lo pasti bohong"
"Emang lo liat kebohongan di mata gue" sarkas Adit
"Tatap mata gue Cel, supaya lo bisa liat kebohongan itu, gue nggak akan seserius ini kalau gue bohong" nadanya kian melemah
Sementara Celin terus menatapnya intens, tidak ada aura kebohongan dari dalam matanya. Dan itu artinya dia berkata jujur
Selama beberapa menit tidak ada pembicaraan di antara mereka. Hanya saling menatap seakan tatapan itu menyuarakan hati mereka.
"Dan gue punya satu permintaan ke lo" Adit berkata sambil memegang pipi Celin dengan lembut.
Deg deg deg
Detak jantungnya kian menjadi jadi kala Adit menatapnya seintens ini. Rasanya sungguh campur aduk antara marah, senang, sedih, terharu.entahlah
"Kapan lo berangkat?"
"Satu hari setelah kelulusan"
"Itu artinya minggu depan?"tanya Celin memastikan
Adit hanya mampu mengangguk lemah
"Lo yakin sama keputusan lo?"
"Gue ngga bisa berbuat apa apa lagi cel, karena ini semua kemauan bunda"
"Lo tau sendirikan gue nggak bisa nolak permintaan dari orang yang paling gue sayang di dunia ini" dia menghela nafas pelan
"terlebih lagi ini demi kebaikan gue"
Celin mengangguk mengerti, walaupun tidak menampik bahwa dia sedih, sangat sedih
"Ya kalau ini sudah jadi keputusan lo gue bisa apa dit" ucapnya tak sanggup menyembunyikan kesedihannya
"Seenggaknya gue seneng lo mau cerita ke gue"ucapnya tersenyum tulus
Adit terus memandangnya dan menggenggam tangannya lembut dan penuh perasaan
"Gue punya satu permintaan sebelum berangkat ke Jerman"
"Apa?"
"Gue mau kita ngabisin waktu berdua sebelum gue berangkat ke Jerman, dan ngulang sesuatu yang pernah kita lakukan bersama"
"Oke, kita masih punya enam hari sebelum lo berangkat" lalu Celin beranjak dari tempat duduknya.
"Mau kemana?"
"Katanya mau ngulang sesuatu yang pernah kita lakuin, gimana sih! Apa jangan jangan lo lupa kita pernah ngelakuin apa aja?"
"Hehehe" kekehnya memamerkan deretan gigi yang tak begitu rapi
"Ayo ikut gue"
"Kemana?"
"Nanya mulu, kapan berangkatnya bambang"
****
"Ini seriusan kita mau naik Sepeda?"tanya Adit tak percaya
"Ya iya lah masa mau naik odong odong"
"Udah jangan banyak cincong, ayo buruan naik"
"Ayo"
Dengan sedikit ragu akhirnya Adit mau dibonceng Celin
Sementara sepeda terus dikayuh mereka mereka asyik menikmati pemandangan di sekitar dan sesekali mengenang masa kecil mereka hingga tak terasa mereka sampai pada suatu tempat
Tempat dimana mereka memulai persahabatan mereka, tempat yang menjadi saksi bisu pertumbuhan mereka
Tempat yang tak jauh dari tempat tinggal mereka.udara segar, danau yang masih terlihat jernih, dan bermacam bunga tumbuh di sekitarnya. Tak jauh dari sana terdapat pula taman yang tak begitu ramai dikunjungi oleh orang orang yang tinggal di sekitar tempat ini.
Mereka berdua tampak mengembangkan senyumnya. Adit bergegas turun dari boncengan begitu juga dengan Celin.
Tampaknya mereka akan menghabiskan banyak waktu berdua untuk beberapa hari kedepan sebelum keberangkatan Adit ke Jerman
Scroll terussss...
Tbc😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen FictionJatuh cinta denganmu bukan suatu kesalahan. Tetapi terus berada didekatmu adalah patah hati yang kubuat sendiri. Mungkin mengagumimu dengan diam adalah cara terbaik untuk mencintaimu. ~Marcelina balqis~