Jangan lupa vote dan komen terlebih dahulu ya terima kasih ♡
———
"Ayo Nadira sayang sini makan bareng. Jangan sungkan ya," ajak Namira.Dearni melihat sekilas Namira. Namira menghampiri Nadira yang masih saja terdiam. Ia pun mengajak Nadira untuk duduk. Menarik perlahan kursi yang akan di duduki oleh Nadira, lalu Namira mempersilakan Nadira duduk. Tidak lupa ia menyendokkan dua centong nasi goreng beserta telur dadar di atas piring Nadira.
"Ayo Nak, di makan. Jangan sungkan. Anggap rumah sendiri ya?" Nadira tersenyum cangung.
Namira pun duduk pada kursinya. Ia pun mengambilkan nasi goreng untuk Nadira, sambil tersenyum semringah.
"Ayo Nadira di makan." Nadira mengangguk ia menyendok nasi goreng dengan ragu.
"Tante baru tahu lho nama kamu Nadira. Berarti kita kembar. Sama kaya anak tante!" Nadira mengernyit.
"Maksudnya, Tante?"
"Iyaaaa ... Nama kamu kan Nadira nama Tante, Namira. Nadira— Namira," jelas Namira dengan perasaan senang.
Satu meja makan tersedak berbarengan. Reno, Dearni dan Disnika mendengar sang mama. Mereka pun langsung mengambil air putih yang sudah tersedia di atas meja. Namira sudah menerima Nadira dengan tangan terbuka. Ia sangat ramah pada Nadira.
"Mama. Mana ada kembar tapi usianya beda jauh," protes Disnika.
Namira melebar kan mata menatap Disnika. "Ada lah. Itu artis-artis banyak yang kembaranya seumuran Nadira. Kembar beda generasi ..."
"Udah makannya cepetan nanti kalian telat!" seru Namira.
Malam itu, Reno—ayah Dearni pulang ke rumah bersama Nadira. Semua sudah tahu jika Nadira akan menginap beberapa hari. Karena, Om Bara dan sekeluarga sedang tidak di Jakarta dalam rangka mengurus neneknya yang sedang sakit. Dan alasan yang paling besar mengapa Papa bawa Nadira bersama Papa karena Mahera—kakanya masuk rumah sakit akibat kecelakaan.
"Kalian mau berangkat bareng Papa sama Nadira atau berangkat sendiri?" tanya Reno kepada Dearni dan Disnika memecah kehingan.
Dearni melihat jam dipergelangan tangannya. Kemudian, ia mengalihkan pandangan menatap Reno.
"Aku berangkat sendiri aja Pa. Masih pagi banget kalau berangkat jam segini." ucap Dearni.
"Aku juga pa, berangkat sendiri aja," cetus Disnika.
"Kalau kamu kayaknya gak sendiri ya?" tanya Reno. Disnika yang saat itu sedang mengunyah makanan hampir tersedak dibuatnya.
"Kamu—sama pacar kamu, kan?" tebak Reno sambil tersenyum jahil.
"E—"
"Papa udah tahu kok kalau kamu pacaran."
Disnika menghentikan kegiatan makan. "Papa udah tahu?" Disnika melirik Dearni seraya menyikut lengannya.
"Gak apa-apa kalo kamu pacaran. Yang penting inget sama sekolah."
Disnika terbelalak dibuatnya. "Beneran, pah?" tanya Disnika memastikan.
Reno hanya membalas dengan anggukan. Ia melirik Nadira. Memastikan apakah Nadira sudah selesai makan atau belum. Dan Nadira pun sudah selesai sarapan. Reno pun langsung mengajak Nadira berangkat bersamanya.
"Nadira, sudah selesai sarapan nya?"
"Em ... Sudah Om."
"Ya sudah Om langsung antar kamu ke sekolah ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Luka
Genç KurguFaras Mahera Putra adalah seorang pentolan di SMA Valletta Nusantara. Dia ingin sekali menghancur hidup seorang gadis bernama Dearni. Karena dia atau lebih tepatnya orang tua dari Dearni telah membuatnya terusir dari rumahnya sendiri dan membuatnya...